Selamat Membaca!
__
Althar : The Rubic
Chapter I
Langit masih memancarkan sinar mentarinya, suhu udara panas khas pertengahan tahun. Ketiga remaja perempuan tengah duduk melingkar di kursi taman belakang sekolah. Angin sepoi menerbangkan beberapa helai ramput mereka yang dibiarkan terurai, kecuali Resta yang sedari tadi nampak frustasi mengusak rambutnya yang dicepol asal. Pusing dengan soal metematika di depannya.
Sekitar sepuluh meter dari tempat mereka duduk, di lapangan hijau sekolah segerombolan murid laki-laki bermain sepak bola. Suara mereka saling menyahut seiring dengan bola yang dioper ke teman satu tim. Para supporter yang didominasi oleh murid perempuan berseru menyambut setiap langkah para murid laki-laki yang bersikap sok kecakepan menurut teman laki-laki sekelas mereka.
Pemandangan itu sudah seperti rutinitas setiap istirahat kedua di Smatha. Para murid laki-laki, anggota Rovsifer- perkumpulan pembuat onar melakukan rutinitas berolahraga mereka hampir setiap hari di sekolah sekalipun matahari tepat berada di atas kepala. Kalau kata Pak July, selama tidak menghancurkan bangunan sekolah biarkan saja mereka berbuat sesukanya.
"Dapet, Res?" murid perempuan berkulit putih yang memiliki mata sedikit sipit berkat DNA turunan nenek dari pihak ibunya menatap Resta. Rambutnya yang berwarna hitam tebal terpotong rata di atas bahu. Wajahnya berbentuk oval, berhidung mancung, dan tubuh yang tinggi semampai. Ia Tasya, sahabat Resta sedari kecil. Dari mencuri mangga milik Pak RT sampai kini duduk di bangku kelas 10, mereka selalu bersama. Dulunya mereka adalah musuh abadi akibat berebut tempat duduk saat TK.
"Dapet hikmahnya." balas Danita- perempuan keturunan Korea yang lahir di Indonesia. Tapi katanya ia dibuat di Negeri Gingseng sebelum kedua orang tuanya pindah ke Indonesia, pernah tinggal di luar negeri selalu menjadi jawabannya ketika ada yang berkomentar tentang aksen bahasa Indonesianya yang sedikit berbeda. Ia memiliki tinggi badan yang paling minimal dari ketiga sahabatnya, wajah dan pipinya bulat, matanya juga sama. Kulitnya seputih susu sekalipun ia adalah orang yang paling senang ke pantai untuk berjemur.
Laki-laki itu memiliki hidung mancung, mata dengan tatapan tajam, alis tebal, dan rahang yang tegas. Di lihat sedekat itu membuatnya masih tergiang. Di tambah buku biologi berwarna hijau yang kini tergeletak di samping buku paket matematika berwarna merah- sarat akan kematian. Ekspresi terakhir laki-laki itu ketika ia menoleh ke belakang cukup sulit diartikan, tetapi Resta tahu ada dendam terpendam di sana.
Sepertinya pulang melewati rute yang berbeda adalah pilihan yang cukup bagus bila laki-laki itu berkemungkinan menghadangnya di jalan pulang. Bahasanya anak jaman sekarang, "pulang lewat mana lo!"
"Emm, murid yang fotonya ada di spanduk depan sekolah itu .. beneran anak pemilik yayasan ya?" pantas saja Resta merasa tak asing, ternyata wajahnya hampir selalu ia lihat karena terpampang jelas di samping gerbang masuk sekolah. Ukuran spanduknya saja hampir 5 meter sepertinya.
"Spanduk pendaftaran itu? Katanya sih iya." balas Tasya yang sibuk memakan kuaci.
"Emang anak pemilik yayasan. Kenapa? Ganteng ya? Emang dari lahir gaada burik-buriknya." ucap Danita cepat, ia merupakan murid yang sangat update mengenai gosip baru yang sedang hangat-hangatnya. Gadis itu bahkan hampir mengenal seluruh murid-murid famous di Smatha, maklum menjadi model pemotretan beberapa merk fashion membuatnya cukup terkenal. Akun media sosialnya saja memiliki puluhan ribu pengikut.
Jika Danita adalah cewek sosialita, Tasya adalah cewek tomboy yang suka berolahraga dan hiking, sedangkan Resta adalah cewek seni dan kutu buku yang banyak menghabiskan waktu sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Althar : The Rubic
Teen Fiction"Aku akan menyerahkan segalanya, semestaku- seluruh duniaku kepadamu." Tentang Althar, Putra Mahkota Atlantha dan cinta pertamanya. __ ♬ It's You (feat. Keshi) - MAX [Cover by: Pinterest] Update highest rank: #1 FIK...