Chapter V

15.3K 570 47
                                    

Selamat Membaca!

__

Althar : The Rubic

Chapter V

Sampai di Daun Buku, Resta langsung keluar dari mobil begitu Althar melakukan hal yang sama. Sejenak menoleh ke belakang — melihat pemandangan kotanya dari atas Resta mengikuti Althar masuk.

Tanpa beban dan perkataan apapun Althar melempar tasnya ke sofa. Berikut dengan dirinya yang menjatuhkan tubuh di sana dan merebahkan diri. Tak berselang lama terdengar dengkuran halus yang berhasil membuat Resta melongo tak percaya.

Antara Althar kelelahan atau memang secepat itu ia tertidur.

Berusaha tak mempedulikan, Resta berjalan mengelilingi Daun Buku. Mengunjungi sudut-sudut ruang yang belum sempat ia jelajahi waktu pertama kali datang.

Ternyata Daun Buku adalah sebuah kafe— terlihat dari daftar menu yang terdapat di ruangan sebelah begitu Resta melongok. Mengintip dari jendela yang terdapat di dalam ruangan, memperlihatkan sisi ruangan yang lain.

Resta dapat melihat sepasang suami-isteri yang telah berumur saling melempar senyum sembari membersihkan meja. Tawa mereka terdengar sampai ruangannya.

Banyak pertanyaan berkeliaran di kepala Resta. Mulai dari ruangan kafe yang tertutup sewaktu ia pertama kali datang. Hingga Althar yang seolah telah menganggap tempat ini rumahnya sehingga bebas datang ke sini kapan saja.

Bahkan pasangan suami-isteri itu yang tak pernah Resta lihat sebelumnya.

Wanita itu mengangkat kepalanya begitu menyadari tengah diperhatikan. Ia tersenyum lalu melambaikan tangan menyuruh Resta mendekat.

Resta tersenyum, matanya lalu menelisik ruangannya mencari pintu penghubung ke ruangan wanita itu. Ada banyak rasa penasaran yang perlu dituntaskan.

“Kamu gadis yang cantik. Kamu datang bersama Axel?” wanita itu menyambut ramah. Tangannya meraih tangan Resta dan menggiring duduk di salah satu kursi.

“Axel? Saya datang bersama Althar, Bu.” balas Resta tersenyum canggung.

Wanita itu tertawa, “ah, gak perlu formal seperti itu. Panggil Uma aja, anak-anak biasa panggil begitu.”

Resta mengangguk patuh. Anak-anak? Siapa?

“Axel itu nama tengahnya. Tapi sih, biasanya dipanggil Singa. Terus marah-marah deh.” kata Uma— wanita paruh baya berkulit putih langsat yang terlihat sehat dan bugar di umurnya yang telah menginjak 50 tahun.

“Kamu mau makan apa?” tanya Uma yang sudah berkutat menyiapkan sesuatu di dapurnya.

“Engga perlu repot-repot Uma, aku udah makan kok.” 

No, kamu harus coba masakan Uma. Ya, 'kan, Uba?” Uma bertanya pada suaminya yang baru masuk dari pintu yang menghubungkan ruangan mereka dengan jalan tanah setapak.

Pria dengan rambut yang telah memutih serta kaos tanpa lengan dan celana pendek di atas lutut mengangguk setuju. “Masakan Uma itu paling enak! Seumur hidup seenggaknya harus nyobain seratus kali!” katanya lalu tertawa. Resta yang mendengarnya pun ikut tertawa.

“Uba! Seratus kali bukan nyobain dong namanya!” protes Uma sibuk pada bahan masakan yang baru saja ia keluarkan dari kulkas.

“Kamu harus nyobain sup buatan Uma, sup buntutnya yang paling maknyus!” ucap Uba sebelum kembali keluar membawa sebuah sapu lidi di tangannya. Resta tersenyum, ia beranjak mendekati Uma membantu menyiapkan masakan.

Althar : The RubicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang