Bag 13; Apologize

1K 188 8
                                    

Luna seharian di kampus murung, ia sedih karena kejadian kemarin. Meskipun Jeka bilang jika tidak usah terlalu dipikirkan, toh nyatanya Luna sama sekali tidak bisa berhenti memikirkan nenek. Ia tahu Jeka tidak akan meninggalkannya, namun jauh di lubuk hatinya ia sangat ingin mendapatkan restu dari Nenek.

Ia merasa bersalah sudah terlalu larut dalam kebohongannya. Tapi mau apalagi? Nasi sudah menjadi bubur kalau sudah begini mau menyesal rasanya sia-sia. Nenek sudah terlanjur kecewa, Luna ingin minta maaf tapi gadis itu tidak tahu bagaimana caranya.

"Ci, jangan murung terus dong. Aku yakin nenek pasti maafin kamu". Yuna mencoba membujuk Luna yang sedari tadi melamun.

"Ini salahku juga karena udah bohong".

"Ya setidaknya kamu coba deh buat minta maaf sama nenek, mungkin dengan sedikit perjuangan nenek bakal luluh". Kata Rosi memberi saran, Rosi benar alangkah lebih baik nya jika Luna berjuang sedikit. Meskipun nantinya bakal sia-sia setidaknya ia sudah berusaha.

Di detik berikutnya, Jeka datang dengan tergopoh-gopoh. Pemuda itu terlihat panik membuat Luna penasaran setengah mati.

"Na, simbah masuk rumah sakit".

Deg!

Jantung Luna rasanya berhenti diberdetak. Gadis itu mulai berkaca-kaca. Ia semakin merasa bersalah, mungkinkah ini gara-gara kejadian kemarin?

"Ke..na..pa?". Ucap Luna tergagap, sungguh ia shock sekali mendengar berita dari Jeka.

"Nanti aku ceritain sambil jalan, ayo ikut aku". Jeka lantas menggandeng lengan Luna untuk diajak pergi. Bahkan Luna sampai tidak sanggup hanya untuk berpamitan pada kedua sahabatnya.

Di perjalanan menuju rumah sakit Sardjito saja Luna sampai tidak bisa bertanya apa-apa. Gadis itu melamun menatap jalanan dengan kosong. Pikirannya bercabang kemana-mana.

"Gak usah mikir macem-macem, simbah masih rumah sakit karena emang punya penyakit paru-paru dan sering kumat-kumatan". Kata Jeka yang sudah paham dengan gelagat Luna yang mendadak diam dan murung.

"Kamu yakin? Bukan karena kejadian kemarin?". Sejujurnya Jeka tahu jika nenek masuk rumah sakit juga akibat kejadian kemarin, nenek jadi kepikiran dan berakhir masuk rumah sakit. Hanya saja Jeka tidak mau Luna semakin merasa bersalah, terlebih hati gadis itu terlalu rapuh hingga mudah sekali merasakan rasa bersalah.

"Kamu percaya aja sama aku, asal kamu gak mikir macam-macam semua akan baik-baik aja". Jeka menarik tangan Luna untuk memeluk pinggangnya sebelum menambah kecepatan sepeda motor.

Sesampainya di depan ruangan Nenek, Luna melihat ada teman satu geng Jeka yang duduk di kursi yang telah di sediakan. Jeka menggenggam jemari Luna erat dan mengajak gadis itu mendekat ke sana.

"Hai ci". Sapa teman satu geng Jeka yang dibalas senyum kecil oleh Luna.

"Di dalem ada siapa?". Tanya Jeka pada kawan-kawannya.

"Mbak Ayu". Jawab Jooni singkat, Jeka mengangguk sebelum menatap kearah Luna.

"Ayo masuk ke dalam kita bicara sama simbah". Kata Jeka.

"Tapi nanti kalau nenek Tambah sakit gimana?". Jawab Luna dengan suara bergetar.

"Justru kalau kita gak ngomong Simbah bakal terus kepikiran". Kata Jeka menatap Luna serius. Luna sedikit menimang sebelum ikut masuk kedalam ruang rawat nenek.

Begitu pintu ruangan dibuka, Luna bisa melihat nenek yang sedang tidur menyamping sembari melamun. Mbak Ayu menatap kedatangan dua sejoli itu dengan tersenyum lembut.

"Mbah, itu ada Jeka sama Luna". Ujar mbak Ayu lembut. Mendengar nama Luna di sebut, mata nenek kembali berkaca-kaca.

"Simbah udah baikkan?". Tanya Jeka lembut yang dibalas anggukan kecil nenek.

Yeppeun (JJK-JEB)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang