Bag 15; Melepas yang Tersayang (END)

2.3K 221 39
                                    

Pagi itu sekitar jam sembilan pagi, nenek dimakamkan. Jeka ikut turun ke liang lahat demi mengantarkan nenek yang amat ia cintai. Meski Luna berjanji untuk tidak menangis hari ini, toh akhirnya ia menangis juga meskipun diam-diam. Setelah nenek benar-benar sudah dimakamkan, Luna melihat bahu Jeka yang nampak rapuh enggan meninggalkan makam nenek.

"Langitnya cerah, pasti nenek bahagia". Jeka mendongak dan mendapati gadisnya tersenyum manis. Jeka balas tersenyum menerima uluran tangan Luna dan bangkit berdiri.

"Nenek pasti bahagia kan Na?". Tanya Jeka sekali lagi dan Luna mengangguk dengan mantap.

"Kamu ingat saat nenek bilang kalau aku harus terus ada di sisi kamu? Aku merasa nenek nitipin kamu ke aku. Dan sekarang aku lagi genggam tangan kamu kayak gini. Pasti nenek seneng". Jeka tersenyum lembut kearah gadis nya dan menggenggam jemari itu lebih erat lagi. Jeka sudah melepas nenek orang yang amat ia sayangi, dan Jeka juga bersyukur ia memiliki seseorang yang menjadi alasannya hidup di dunia ini yaitu; Luna.

Sepulangnya dari pemakaman, toh Jeka tidak bisa untuk berhenti menatap pintu kamar nenek. Mendadak rumahnya sepi, sebentar lagi ia akan hidup sendirian di rumah ini. Jeka menunduk menatap lantai keramik yang seakan meninggalkan jejak kaki nenek. Pemuda itu mendongakkan kepalanya ke depan. Nenek sudah bahagia di sana, toh memang manusia akan pergi jika waktunya sudah tiba.

👀👀

Satu minggu kemudian Jeka sudah bisa tersenyum kembali. Ia menjalani hari-harinya seperti biasa, kuliah, kerja di bengkel, dan pacaran. Namun akhir-akhir ini gadisnya sibuk belajar untuk ujian semester. Luna itu terlalu rajin kalau bagi Jeka, padahal ia kan juga sama akan menghadapi semesteran tapi nyatanya ia tidak seribet Luna.

"Tumben kita gak nongkrong di depan toko cici lagi?". Tanya Jino yang baru datang di rumah Jeka. Iya semenjak Jeka tinggal sendiri, mereka pindah markas. Tak jarang juga menginap di rumah Jeka.

"Dilarang, soalnya lagi sibuk belajar. Katanya kita berisik kalau nongkrong disana". Jawab Jeka sembari menghisap rokoknya. Sesekali menatap ponsel siapa tahu Luna mengabari, tapi hasilnya nihil.

"Lah ngomong-ngomong apa kita gak mau belajar?". Celetuk Jey yang bingung dengan dirinya sendiri.

"Ikut belajar sono sama Saga, aku sih gak belajar juga udah pinter". Jawab Jooni angkuh yang memang salah satu mahasiswa pandai di kampus. Saga yang disebut namanya tak peduli dan masih membaca buku cetaknya. Biarpun kawan-kawannya ribut entah mengapa pemuda itu tidak terganggu.

"Saga serius banget kalau belajar,  disebut namanya aja sampai gak noleh". komentar Tama yang asyik duel PS dengan Jimi.

"Eh besok jalan yuk ke Bukit Bintang, kita nginep sehari di penginapan punya saudaraku". Ajak Jino pada kawan-kawannya.

"Wah boleh-boleh, mumpung besok malam minggu. Ah andai aku punya cewek, dingin-dingin enak kali ya". Celetuk Jimi menghayalkan yang iya-iya.

"Eh ajak aja Luna, Rosi, sama Yuna sapa tahu bisa enak hehe". Tambah Tama ngawur.

"Aku jelas ajak Luna lah, Rosi kan udah ada pawangnya. Ajak aja tuh Jim si Yuna". Kata Jeka mengomentari. Jimi sih manggut-manggut saja memang sudah rencana kok.

Alhasil keenamnya setuju, yang punya pacar boleh ajak pacar atau gebetannya. Jeka susah sekali menghubungi kekasihnya yang rajin belajar itu, ponsel Luna bahkan off sedari enam jam yang lalu. Betah sekali tidak menghubungi Jeka, padahal pemuda itu khawatir jika gadisnya kenapa-kenapa.

Yeppeun (JJK-JEB)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang