Chapter #11 - Salah Paham

97 5 0
                                    

"Dara pingsan!"

Seru salah seorang siswa dari luar kelas XII IPA 1, yang mana itu adalah kelasnya Dara.

"Apa?" sontak Bella mengalihkan perhatiannya pada seseorang yang baru saja berseru.

"Sekarang dia dimana?" tanya Bella pada seseorang itu.

"Di UKS sama Kiky."

"Gue tahu, ini pasti ulah Kara. Mana dia sekarang?" gumam Bella geram.

"Gara-gara kalian nih, gak mau ngikutin mereka. Jadinya Dara kenapa-napa kan!" tuduh Bella yang masih kesal pada Rendy dan Billar.

"Lah, kok jadi kita sih yang disalahin?" seketika Rendy tak terima.

"Sekarang gue tanya, lo pada cowok apa bukan?"

"Menurut lo?" sahut Billar tak kalah sewot.

"Banci." singkat Bella tanpa ragu sambil memelototi mereka berdua.

"Mau kita lihatin kejantanan kita lo?!" tantang Rendy tiba-tiba, bukan hanya membuat Bella mendadak bergidik ngeri, tapi juga beberapa anak yang tak sengaja mendengarnya pun ikut mengumpat.

"E-e-ehh apa-apaan sih? Gak, gak, gak!"

"Bel!" panggilan itu mengalihkan pandangan Bella seketika.

"Ky? Gimana kondisi Dara?"

"Anterin Dara pulang yah, gue udah hubungin orang rumah kok. Palingan lima menit lagi nyampe. Gue mau ketemu sama Devan dulu."

"Oh, oke-oke."

Seakan langsung paham apa yang dimaksud oleh Ricky, Bella pun segera beranjak ke UKS dengan mengemasi barang-barang milik Dara yang masih berserakan di meja.

Di UKS Dara masih dengan kondisi belum sadar, sedang diangkat ramai-ramai oleh anak PMR menuju mobil yang datang dari rumahnya. Bella pun turut membuntuti dibelakang anak-anak PMR sembari membawakan tas dan barang-barang kecil lainnya milik Dara.

"Makasih, ya." tegur Bella pada salah satu adik kelas yang kebetulan anak PMR juga. Bella pun masuk mobil dan menopangi kepala Dara agar tiduran di pahanya.

***

Ricky berjalan menyusuri koridor sekolah. Berharap segera melihat sosok yang sedang ditujunya sekarang. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Tak jauh, terlihat Devan sedang merokok santai didepan kelasnya, dengan tampang tanpa rasa takut jika ada guru yang melihatnya.

"Dev!" tegur Ricky sambil menepuk bahu Devan.

"Apa?" Devan hanya menaikkan alisnya tanpa berbalik badan, sehingga Ricky pun harus berjalan agar bisa berhadapan dengan Devan secara langsung.

"Lo salah paham." tukas Ricky seketika.

"Salah paham gimana?" tanya Devan setelah menyesap gulungan nikotin disela jarinya.

"Gini, lo jangan emosi dulu, tenang. Kita disini ngobrol baik-baik, okay?"

"Hm." sekali lagi, Devan hanya menganggukkan kepalanya tanda menyetujui ucapan Ricky.

"Gue yakin, lo pasti udah ngerti sebelumnya."

Mata Devan memincing, seolah sedang mengintimidasi apa yang baru saja Ricky ucapkan.

"Gue tahu lo tuh gak bego-bego banget, Dev. Pasti bisa bedain mana yang bener, mana yang salah."

Devan menghela nafas pendek.

"Gue juga tahu Ky, kalo lo pasti bisa baca pikiran gue, kenapa gue kaya gini."

"Kara," Devan menggantung ucapannya sambil mengangkat sebelah alisnya. "Si anj**g itu, emang minta lebih dari gue. Dia kira segampang itu lawan gue." lanjutnya.

Dara & DearestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang