Chapter #2 - Siapa itu?

289 5 0
                                    

Malam ini Dara sedang sibuk browsing-browsing tentang universitas dengan laptopnya. Ia bingung harus memilih jurusan apa di universitas mana. Dengan ditemani suara desiran angin dari luar jendela yang sengaja belum ia tutup. Dara seperti mendengar suara daun-daun pohon diluar jendelanya bergesakkan. Bukan, bukan suara gesekan biasa tapi ini terdengar lain. Dara pun mencoba memanipulasi mainsetnya dengan pikiran positif bahwa angin diluar sedang kencang-kencangnya. Tiba-tiba terdengar bisikan memanggil namanya, membuat Dara kaget dan langsung menoleh ke arah jendela.

"Siapa itu?" tanya Dara setengah berteriak, ia tak ingin berteriak kencang-kencang karena takut terdengar kedua orang tuanya yang sedang bersantai di lantai bawah.

"Aku, sayang." Jawab seseorang itu pelan yang masih belum terlihat wujudnya. Dara pun berjalan pelan menuju ke arah jendela sambil mengendap-endap bak seorang maling yang hendak kabur, padahal ini di rumahnya sendiri. Dara mengernyitkan kening, seperti tak asing dengan suara itu.

"Siapa sih?" tanya Dara yang masih penasaran sambil mengeluarkan setengah tubuhnya keluar jendela, karena memang tidak ada balkon dikamar tersebut. Dara pun ingin membuka jendelanya selebar mungkin agar bisa melihat wujud sosok tersebut. Namun yang ternyata yang terjadi adalah....

"Aduoh!!!" sosok tersebut berusaha mengecilkan teriakannya. Dara pun terkejut karena melihat Devan berada diatas pohon mangga yang cabang akarnya sampai depan jendela Dara.

"Astaga Devan, ngapain disituuu?" tanya Dara sambil meringis. "Dia kesini beneran, dong." Lanjut Dara sambil bergumam.

"Sakit?" tanya Dara lagi, saat melihat Devan meringis sambil mengelus keningnya yang baru saja terkena ujung jendela.

"Elah, pake nanya lagi." Ujar Devan sebal tapi masih dengan intonasi lirih. Sejujurnya Dara ingin tertawa, namun sekuat tenaga ia tahan guna tidak ketahuan kedua orang tuanya.

"Ya udah sini masuk, pelan-pelan tapi." Kata Dara seraya membantu mengambil bawaan yang ada ditangan kanan Devan.

"Eh, kamu udah makan belum?" tanya Devan sambil kesusahan mencari jalan terbaik untuk bisa memasuki kamar Dara lewat jendela.

"Ya udah lah, dari tadi."

Bruukk!!!

Suara kaki Devan yang telah menapaki lantai kamar Dara. Dara pun meletakkan bawaan Devan diatas meja belajarnya.

"Huff!" Devan menghela nafas lega, akrobat yang ia lakukan barusan membuatnya cukup lelah. Sambil berjalan mendekati Dara yang duduk dipinggiran kasur, Devan meletakkan ponselnya diatas meja samping bawaannya tadi.

"Nih, minum dulu." Tawar Dara sambil mengulurkan tumblrnya yang berisi air mineral sisanya. Devan duduk disebelah Dara, dan tak segan-segan meneguk airnya hingga habis.

"Makasih." Singkat Devan seraya memberikan kembali tumblr Dara. Devan menoleh menatap Dara, sedang yang ditatap juga menatapnya balik namun dengan tatapan mengintimidasi.

"Kenapa sih, ha?" tanya Devan bukannya takut atau apapun malah mendekatkan tatapannya kepada Dara, sehingga jarak wajah mereka hanya tersisa satu jengkal.

Dara pun memundurkan kepalanya seketika. Seringaian Devan memang sulit untuk ditebak Dara. Ia pun memundurkan bahu Devan dengan kedua tangannya.

"Kasar, ih!" Kata Devan setelahnya sambil tersenyum kecut.

"Apaan sih, basi banget. Jadi, kamu tuh mau ngapain kesini? Kan tadi siang aku udah bilang nggak usah, ngeyel banget."

"Ya ampun, yang. Aku tuh bela-belain ini buat kamu loh. Ngehargain dikit, kek!"

Dara & DearestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang