Chapter #12 - Pulih

91 3 0
                                    

Semakin lama, Dara merasa harinya semakin rumit. Semakin timbul masalah-masalah baru, entah itu masalah hati maupun hidup. Yang jelas, Dara rasa muak sudah dengan semua ini. Ia hanya bisa berharap semua lekas baik-baik saja, tanpa tahu langkah apa yang selanjutnya akan ia pilih.

Seseorang membuka pintu ruangan rawat inap yang Dara tempati saat ini. Sambil membawa sesuatu dalam kantong plastik, Ricky berjalan mendekati Dara.

"Ky,"

Enggan menyahut, Ricky masih sibuk meletakkan sesuatu tersebut disela-sela nakas yang sudah penuh dengan bingkisan-bingkisan dari orang-orang yang juga menjenguk Dara.

"Apa gue nyerah aja ya?"

Seketika Ricky menoleh sambil memincing, namun tangannya tetap fokus membenahi tatanan nakas.

"Nyerah? Maksud lo?"

"Iya, gue capek, gini terus. Mau sama Devan kek, Kara kek. Capek, Ky."

"Rasanya hati sama otak tuh kaya gak singkron, tahu nggak." lanjut Dara.

"Bisa nyimpulin itu dari mana?" Ricky berjalan ke arah sofa yang ada disana.

"Kadang, gue dibikin seneng sama Devan. Tapi belum ada sehari tuh sikap Devan udah berubah. Lalu tiba-tiba Kara dateng ke kehidupan gue, maksudnya apa coba?"

"Kara tuh naksir sama lo."

"Hah? Bisa nyimpulin itu dari mana?" tanya Dara yang sengaja mengulang ucapan Ricky.

"Kelihatan kali Dar, lo tuh nggak tahu apa emang polos aja sih anaknya?"

"Kelihatan dari mananya?" tanya Dara dengan ekspresi tegang bak menghadapi masalah serius. Karena ia tak mau lagi berurusan dengan sosok yang bernama Kara. Apalagi sampai disukai, ia benar-benar sudah mimpi buruk tentang hal itu.

"Serius banget, beb."

"Ih, tanya beneran!!!"

"Dia ngejar-ngejar lo, disisi lain lo udah punya Devan." ujar Ricky setelah tertawanya berakhir.

"Masa, sih?"

"Kadang gue sempet mikir, apa Devan bosen ya sama gue?" seolah-olah Dara sedang bercakap dengan dirinya sendiri bersama bayangan kosong ia mengawang ke langit-langit atap.

"Apa?" sontak Ricky berdiri dan mendekat, ia pun duduk dikursi yang memang sengaja disediakan disebelah ranjang.

"Iya, bosen." ulang Dara.

"Gila apa ya, bisa bosen sama cewek kaya lo."

"Maksud lo, cewek kaya gue?"

"Maksud gue, lo kan udah.. pinter, baik, em.." Ricky sangat menahan kata cantik keluar dari bibirnya.
Takut terjadi sesuatu dihatinya yang telah lama ia berusaha kubur terulang kembali.

"Huh, peres aja itu mah." Dara menyahuti ucapan Ricky yang belum selesai.

"Dih, beneran." Ricky menelan salivanya. "Sebenarnya, nggak cuma Devan yang suka sama lo. Tapi, lo sukanya sama Devan."

"Hah apaan sih, kok jadi ke situ pembahasannya."

Ricky pun sengaja tertawa, dengan niat menggoda Dara yang kelihatan salah tingkah.

"Udah lah Dar, nggak udah sok malu gitu."

"Kalo emang iya kenapa?" tanya Dara dengan nada sebal.

"Berarti aku berhasil dong," seseorang tiba-tiba masuk dari balik pintu masuk tanpa Ricky dan Dara sadar. "bisa bikin kamu jatuh cinta sama aku."

"Eh!" sontak Ricky menoleh ke belakang, dimana Devan sudah berdiri disana bersama dua kantong plastik ditangannya. Dara pun tersentak seraya menganga tak percaya.

Dara & DearestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang