Chapter #16 - Hasrat dan Wanita Itu

252 7 0
                                    

"Lo tuh bego banget jadi cowok, kenapa sih? Ada masalah apa hidup lo, huh?!" seorang wanita yang sama seperti malam-malam biasanya datang menghampiri Devan, dan masih mengenakan baju minimnya khas anak bar.

"Apaa sih?! Lo dateng-dateng langsung marah aja, minum dulu nih?" tanya Devan yang sudah lebih dulu duduk di meja bar dekat pemesanan, sembari menyodorkan gelas berisi air alkohol yang baru saja ia sesap.

"Ogah! Bekas lu." semprot wanita itu, membuat Devan seketika membelalakkan kedua matanya tak menyangka dengan jawaban yang dilontarkan oleh wanita dihadapannya saat ini.

"Mas, yang kaya biasanya ya, satu." lanjut wanita itu langsung memesan kepada bar tender yang seakan sudah sering memesan minuman yang ia maksud, lalu ikut duduk di kursi sebelah Devan.

"Udah tau dia-nya nggak mau lo ajak kaya gitu, tapi lo teteeep aja!" ujar wanita itu lagi, langsung menyambung pada topik pembicaraan sebelumnya yang Devan sempat ceritakan saat ditelepon.

"Lo nggak tau sih perasaan gue. Sebagai cowok, gue gak munafik, cuy. Gue juga mau, bahkan butuh."

"Hahahaha." Wanita itu tertawa hambar, "apaan sih, Dev-Dev! Nggak usah sok puitis gitu deh, lo."

"Puitis gimana sih maksud lo? Ini tuh sebuah kata hati, asal lo tau aja!"

Mendengar elakan Devan, wanita itu mengehla nafasnya panjang. "Gini ya, Dev, gue kasi tau. Lo boleh, kaya gitu sama Dara a.k.a cewek lo, ya kan. Tapi, lo harus tau waktu! Dan inget juga, batesan, ntar sampe mana-mana lagi." Lanjutnya seraya memutar bola mata malas.

"Sekarang gue tanya deh, adegan yang kaya tadi tuh kurang tepat gimana coba?" tanya Devan, seraya mengingat-ngingat kejadian yang baru beberapa menit lalu ia lakukan bersama Dara. Wanita itu masih diam tak menjawab, seraya memincingkan sebelah matanya.

"Ya tapi nyatanya, dia aja sampe nangis gitu. Itu jelas sangat tidak tepat."

***

Seorang pria sedang duduk bersandar pada kursi yang terbuat dari rotan di depan sebuah rumah mewah, seraya mengapit gulungan nikotin yang sudah tinggal setengah. Entah sedang melamun apa ia saat ini, yang jelas raut wajah beserta segala penampilannya sedang tidak baik-baik saja. Bahkan malam ini terasa begitu gelap, ditambah lagi lampu teras rumah yang sedang mati, menambah kesan kelam saja hidup sesosok ini.

"Bar, yuk!" ajak seorang pria lainnya yang baru saja muncul dari dalam rumah. Pria ini berpakaian lebih rapih dan mereka berdua terlihat berusia tak jauh berbeda.

Pria tadi pun menghisap kembali rokoknya, seraya menampakkan ekspresi tanyanya kepada seseorang dihadapannya ini.

"Udah lah nurut aja, gue tau lo lagi berantakan." Sahutnya seraya berjalan mendahului pria tadi menuju mobil yang sudah terpakir di halaman rumahnya.

Pria tadi hanya mengangguk, dengan menggenakan pakaian seadanya pun tak menghalanginya untuk pergi saat itu juga.

"Bar yang mana?" tanya pria tadi yang duduk disebelah kemudi, saat mobil sudah berjalan beberapa meter dari rumahnya.

"Yang, lo pasti suka banget."

"Okay, kalo sampe gue gak suka?"

"Ya kita puter balik, gimana?"

Sekali lagi, pria itu hanya menjawab dengan anggukan.

***

"Gue...." rintih Devan dengan wajah memelasnya.

"Lo kenapa? Jangan bilang lo...." seketika kedua mata wanita itu memincing ketika ia mengetahui arti dari raut wajah Devan saat ini.

"Argh Nyak, lo nggak ngerti sih!" seru Devan akhirnya, dengan menyebut nama panggilan akrabnya kepada wanita itu. Wanita yang dihadapan Devan saat ini masih melihat ekspresi aneh Devan, seraya meminum pesanannya yang baru saja datang.

Dara & DearestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang