"Ci? Kok, mendadak bengong?" Dira menegurku. Bertanya pelan. "Gak, gak apa-apa. Udahlah gak usah ngomongin Rama lagi. Yuk, ke ruang guru." Aku kembali melangkahkan kakiku, meninggalkan Dira dalam kebingungan. Sejujurnya, aku juga bingung dan tidak mengerti kenapa aku begitu sensitif akhir-akhir ini.
"Permisi..." Tanganku mengetuk pintu ruang guru dan masuk perlahan. Ruangan yang cukup besar itu dipenuhi guru-guru yang sedang menyelesaikan tugasnya atau mengobrol. Beberapa murid juga berada disana untuk beberapa keperluan, seperti diriku saat ini. Aku berjalan ke sebuah meja, disana ada seorang wanita yang cukup muda dan sedang menatap kertas-kertas dihadapannya. "Permisi Miss, tadi Miss manggil saya?"
Miss Hanna mendongakkan wajahnya menatap tepat di mataku. Aku sedikit takut juga canggung menghadapi mata tajamnya itu.
"Cilea, kenapa?"
"Apanya kenapa, Miss?" Aku menatapnya bingung, Miss Hanna hanya menatapku lelah. "Kenapa kamu bolos lagi, nak?" Miss Hanna melembutkan nada bicaranya dan menatap mataku sedih. Sejenak aku terdiam. "Tadi saya harus menelepon orang tua saya, Miss. Karena saya akan pulang lebih lama karena kerja kelompok." Aku mencoba menjelaskan atau lebih tepatnya berbohong padanya.
"Kamu tidak perlu berbohong sama Miss. Miss tau kamu di halaman belakang bersama Rama, kan?" Mendengar ucapan Miss Hanna. Aku tertunduk lesu, aku hanya mengangguk lemah dihadapannya. Mengakui kebenaran yang baru saja diucapkannya.
"Cilea, Miss sudah pernah mengatakan ini, bukan? Miss memperbolehkan kamu pacaran dengan siapa pun karena prestasimu. Tapi tidak dengan Rama. Apa kamu tidak sadar, Cilea? Kamu hanya akan terluka, nak. Kamu akan dimanfaatkan olehnya. Kamu hanya akan dipermainkannya. Masih banyak pria di luar sana yang baik dan mengerti perasaanmu." Setelah mendengar semua itu. Tiba-tiba tubuhku kaku, aku terdiam dan memikirkan segalanya. Semua hal yang begitu menakutkan untuk terjadi, kini hinggap di kepalaku. "Tapi Miss saya mencintainya apa adanya. Saya tidak bisa melepaskannya begitu saja. Permisi..." Aku melangkahkan kakiku menuju pintu dan meninggalkan ruang guru, berjalan menuju Dira.
"Gimana?" Tanya Dira padaku. Aku hanya mengangkat dua bahuku malas.
"Yuk, ke kantin."
"Aaa!! Sabar kenapa!?" Gerutu Dira kesal karena aku menarik tangannya.
♤
"Cilea!! Indira!!" Suara pria yang begitu kukenal terdengar begitu kencang dari arah sebuah meja di sana. Aku dan Dira berlari menghampirinya. "Menang!! Traktir!!" Teriak Dira, tertawa penuh kemenangan. Jillian menatap kami dengan seulas senyum di wajahnya. "Tak biasanya kau kalah, Ci." Jillian menatapku yang duduk dihadapannya. "Lagi pula, wajahmu juga terlihat murung." mendengar Jillian, aku hanya terdiam.
Ah, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Cilea Pradastya, seorang perempuan tulen. Kelas XI IPA 1. Aku mempunyai 2 orang teman. pertama, Jillian Michael. Dia cowo ganteng, baik, keren, ganteng, baik, keren, dan populer di kalangan wanita maupun pria. Eh? Apa aku menyebutkan sifatnya dua kali? Ah sudahlah, yang penting kalian tau sifatnya. Dia kelas XI IPA 3. Kedua, Indira Lestari. Dia temanku dari kecil dan sangat baik padaku. Aku sangat menyayanginya. Dia kelas XI IPS 4. Aku berpacaran dengan pria bernama Rama Bachtiar. Dia kelas XI IPS 1. Pria ganteng nan populer juga bandel. Ya, di mata semua orang dia hanya pria brengsek. Tapi bagiku, dia hanya seorang pria biasa yang gampang sekali depresi dan tertekan. Bagiku, dia begitu lemah. Sampai-sampai aku harus menjadi kuat untuk melindunginya.
♤
Aku menatap Dira yang hanya menatap kios-kios di kantin, tanpa berniat membeli. "Mau ditraktir apaan?" Ucapku kesal karena sudah 5 menit kami berputar-putar mengelilingi kantin.
"Kamu makan apa, Ci?" Tanya Dira yang sedang menatap kios-kios di kantin. "Aku sih mau makan bakso aja," Kataku sedikit ketus. "Ok! Aku juga bakso!" Mendengar ucapan Dira, tanpa sadar aku menjewer telinganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Putus (Reconstruction)
RomancePutus. Tidak selalu menjadi akhir. Suatu saat, putus akan menjadi awal. Awal berseminya cinta yang baru. Sincerely, Brinada February 24, 2017