Semenjak hari itu, Jillian kerap mendekatiku dengan gencar. Mungkin baginya kalau bisa kami selalu berada di ruangan yang sama tiap detik, menit, dan selamanya. 'Ugh... memikirkannya saja membuatku merinding...' batinku miris, ini sungguh kejadian di luar nalar seorang Cilea. 'Bagaimana bisa persahabatanku jadi seperti ini sih?' Jujur saja, aku masih mencoba untuk tidak percaya dengan perasaan Jillian yang akhirnya semakin menamparku dengan kenyataan.
"Lea!" Aku tau suara siapa itu, ia semakin mendekat dan akhirnya berada di hadapanku. Aku memiringkan sedikit kepalaku bermaksud bertanya padanya 'ada-apa-?' Dia hanya menatapku berseri-seri dan menarikku keluar dari kelas. Aku yang ditariknya tidak ingin protes, aku sudah lelah atau terbiasa ditarik seperti ini selama tiga minggu terakhir.
"Mau makan apa?" Tanya Jillian dengan antusias. Aku menatap menu sekilas lalu kembali menatap datar, lurus ke depan. "Kayak biasa aja," ujarku malas dan meninggalkannya, bermaksud mencari tempat duduk untuk kami.
"Ci! Disini aja!" Terdengar suara Dira yang memanggilku yang ternyata berada tak jauh dariku. "Ok! Tunggu ya!" Balasku dengan setengah berteriak. Aku kembali menemui Jillian dan membantunya membawa pesanan kami. Saat kami sampai di meja kami, kami memakan makanan kami dengan nikmat. Acara itu pun tak luput dari obrolan ringan kami dan jam istirahat pun berlalu cepat sampai kami selesai menyantap makanan kami.
♤
"Ci, aku tunggu di mobil ya." Jillian menepuk pundakku pelan dan berjalan mendahuluiku menuju mobilnya. Aku hanya menatapnya sekilas dan melajukan kakiku menuju ruang guru untuk meletakkan tugasku di meja guru. Selepas meletakkannya aku berjalan melewati pintu dan menutupnya, tapi langkahku terhenti saat aku mendengar obrolan guru di dekat pintu yang telah melihatku pergi barusan.
"Hei! Kalian kenapa menyuruhku memberikan lagi nilai bagus untuk anak kesayangan kita? Bukannya dia belum putus dengan beradalan itu?" Aku mengeratkan kepalan tanganku sejenak sebelum kembali mendengar suara lain yang menyahut dari dalam sana.
"Ya ampun, yang pentingkan benalunya udah pergi bu! Jadi inangnya pasti selamat. Gak mungkin lah mereka bertahan di... apa itu namanya..."
"LDR?" Jawab seorang diantara mereka.
"Ah iya itu maksud saya hahahaha..." tanpa pikir panjang aku langsung berjalan cepat meninggalkan obrolan manusia-manusia menyebalkan itu. Kakiku terus melangkah dengan menghentak, daun telingaku benar-benar panas.
'Ingin rasanya ku hajar habis mulut-mulut sialan itu!' Ujarku panas dalam hati, hari ini sangat menyebalkan. Aku melangkahkan kakiku menuju gerbang sekolah dan menghampiri mobil Jillian. "Maaf ya lama," ujarku padanya saat memasuki mobil biru tua metaliknya.
"Gak masalah. By the way mau nemenin bentar gak ke butik temen nyokap, disuruh fitting buat acara nikahan temennya." Jillian menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal. "Kamu fitting? Jas?" Tanyaku bingung. "Ya iyalah jas, masa gaun," ujarnya malas. "Udah ya ikut aja, ok!" Lanjutnya antusias dan meningkatkan kecepatan mobilnya.
'Huh! Dasar seenaknya,' batinku kesal.
♤
"Mau tunggu di sini atau ikut?" Jillian membuka sabuk pengamannya dan mulai mengunci setir mobilnya. "Ikut ajalah, di sini juga gak ada kerjaan mending ngadem di dalem sambil cuci mata," ujarku malas dan segera membuka pintu mobil.
Tin!!! Grep
"AWAS!" Jillian menarikku kencang ke dalam mobil sampai pintu yang kubuka tertutup kembali. "Gimana sih?! Liat-liat dong kalo buka pintu! Jangan asal buka! Bahaya! Ngerti ga?!" Bentak Jillian yang membuatku melongo.
"Lagian kamu ngapain coba markir lawan arus begini! Jadi aku yang pintunya ke arah jalan raya kan!" Bentakku membalasnya yang mukanya sudah sangat kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Putus (Reconstruction)
RomancePutus. Tidak selalu menjadi akhir. Suatu saat, putus akan menjadi awal. Awal berseminya cinta yang baru. Sincerely, Brinada February 24, 2017