"Dir, aku ngejar pesawatnya dulu ya. Nanti agak siang aku baru ambil rapot. Tolong bilangin Miss Hanna aku ada urusan, jangan bilang aku nyusul Rama ya!!" Kataku sambil berlari dan mengangkat telpon dari taksi online yang baru saja kupesan. Taksi itu berhenti tepat di mana aku berdiri, aku langsung menaikinya.
"Pak tolong cepat ya!!"
"Baik mba." Jawab taksi itu dan langsung melaju di jalan raya.
Tanganku terus mengetuk-ngetuk layar ponselku panik. 'Kenapa taksi ini jalannya lamban sekali, sih?' Gerutuku kesal menatap pemandangan kota di luar jendela.
Jam 8.20,
Aku melirik jam tanganku dan mengetuk-ngetukkan kakiku di mobil. Aku menatap jalanan bandara yang padat. Aku semakin gelisah menatap jam tanganku dan layar ponselku bersamaan.
"Pak masih lama ya?" Kataku gelisah. "Iya mba, macet total ini." Jawab supir taksi yang aku tumpangi. "Ya udah pak, saya turun di sini aja. Ini uangnya pak." Aku menyerahkan beberapa lembar uang kepada supir taksi itu dan langsung membuka pintu mobil. Aku berlari di sela-sela kemacetan yang tidak bergerak. Menuju area keberangkatan. Aku kembali melirik jam tanganku.
'Jam 8.23!! Sebenarnya Rama kenapa sih. Padahal hari ini aku ingin minta maaf soal kejadian di taman waktu itu! Sial!' Umpatku dalam hati. Aku memang tidak suka yang namanya bertengkar. Karena itu menyebalkan. Aku kembali berkeliling mencari Rama dan masih tidak menemukannya. Aku menatap pintu masuk menuju bandara yang dijaga oleh beberapa petugas disana.
'Ugh, aku pasti tidak akan bisa masuk melewati petugas itu.'
Aku meneliti sekelilingku dan mencari cara agar aku bisa masuk. Sampai aku melihat seorang petugas bersih-bersih wanita yang memakai pakaian biru, celana hitam dan sepatu hitam pantofel baru saja keluar dari pintu keluar untuk pengunjung bandara yang sudah masuk ke dalam bandara. Aku memandang penampilanku yang mirip dengannya. Hanya saja aku tidak mempunyai baju seragam wanita itu. Akhirnya aku mengancingkan jaketku dan menghampiri wanita itu.
"Bu, apa masih ada kereta bersih-bersihnya? Saya ditugaskan untuk membersihkan bandara." Kataku sopan sambil tersenyum.
"Kamu siapa ya nak? Saya belum pernah lihat." Kata wanita itu curiga. "Saya masih baru bu. Seharusnya saya bekerja besok tapi karena keaadaan bandara yang ramai akhirnya saya ditugaskan hari ini." Jawabku mencoba untuk tetap tenang. Wanita itu tampak berpikir dan akhirnya tersenyum ramah. "Ok, ini pakai punya saya dulu saja. Saya juga ingin istirahat karena lelah." Wanita itu memberikan keretanya padaku. Aku menaruh tas selempangku di belakang kereta itu dan langsung melesat menuju pintu keluar yang dilalui wanita tadi.
'Sial! Ada petugas lagi! Apa yang harus ku katakan?' Batinku cemas melihat dua petugas yang berjaga di pintu itu. Aku kembali menatap jam tanganku.
'Jam 8.25!! Tidak ada pilihan lain. Aku harus melewai mereka.'
Aku berjalan melalui petugas itu dan berharap mereka tidak memperdulikanku. Dan aku bisa melewatinya.
"Hei!! Berhenti!!"
'Oh tidak.'
Aku berhenti ketika seseorang memanggilku.
"I-iya pak?" Jawabku sedikit takut dan membalikkan tubuhku. "Ini ada yang basah. Tolong pel sebentar." Jawab petugas itu dengan tegas dan mau tak mau aku harus menurutinya.
'Untung saja.' Batinku lega.
Setelah selesai aku langsung berjalan cepat menuju ruang tunggu yang sangat luas. Sebelum itu aku meninggalkan keretaku di salah satu ruang penyimpanan disana, aku juga sudah melepas jaketku dan mengikatnya dipinggangku. Aku kembali melirik ke jam tanganku yang entah sudah berapa kali aku melakukannya. "Jam 8.31?! Ba-bagaimana bisa aku mencegah dia masuk ke pesawat!!" Aku berlari kesana-kemari mencarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Putus (Reconstruction)
RomancePutus. Tidak selalu menjadi akhir. Suatu saat, putus akan menjadi awal. Awal berseminya cinta yang baru. Sincerely, Brinada February 24, 2017