Gejolak Bahasa Tubuh

85 15 0
                                    

Di dalam bangunan, Perona selalu mengganggu Zoro yang sedang fokus berlatih. Zoro selalu mengabaikan pembicaraan darinya. Tapi berita kali ini mengenai wanita yang sedang bertarung melawan obake di luar gedung membuat Zoro sedikit goyah, ia mulai tidak fokus. Menurutnya tempat ini sangat tidak mungkin bisa dimasuki manusia biasa apalagi wanita.

"Ah kesel... Kenapa ini? Seranganku melesat semua." Sudah cukup latihannya, aku mau keluar dulu. Kalian bisa istirahat ! (Perintah Zoro kepada obake yang membatu latihannya)

"Akhhhh... " Teriak Nami yang tertusuk pedang salah satu dari obake yang ia lawan. "Gawat, baju ini tertembus oleh pedang, darahku pun mulai mengalir dari perut. Aku harus secepatnya pergi dari sini dan membalut luka ini, tidak mungkin jika melanjutkan pertarungan." tuturnya dalam hati

Dari arah belakang, Nami tidak mengetahui bahwa ia akan mendapatkan serangan kembali. Ia sedikit lalai karena lelah dengan pertarungan yang tidak seimbang ini. Dan akhirnya... Bruukk... Nami tertusuk pedang kembali tepat dibagian punggungnya. Ia pun goyah dan terduduk di tengah-tengah lawannya, darah semakin banyak keluar. Kemudian salah satu obake memberi komando "Ayo serang dia bersamaan, kita habisi dia, serbu!"

Nami sudah tahu jika kemungkinan dia gugur dalam misi ini sangat besar. Ia menerima misi dengan resiko tinggi bukan tanpa alasan, ia hanya mengikuti kata hatinya bahwa ia bisa bertemu Zoro. Jika seandainya ia gugur sebelum bertemu Zoro, ia tidak akan menyesalinya karena setidaknya ia pernah berjuang untuk sesuatu yang ia inginkan.

"Zoro... Aku merindukanmu..." Bruk... Nami terkapar tidak sadarkan diri, dengan keadaan yang sudah tidak berdaya seperti itu, pasukan obake tetap kekeh melanjutkan serangan akhir untuk membunuh Nami.

Hiya, serang........

"Santoryo ogi rokudo no tsuji" Jurus andalan Zoro langsung mengarah dan mengenai obake yang akan membunuh Nami.

"Sialan kau Zoro, kenapa kau melukai kami, ini bukan latihan. Kami justru melindungi daerah ini dari manusia-manusia seperti dia."

"Berisik, aku hanya ingin melihat siapa wanita itu. Minggir kalian!" (perintah Zoro)

"Sialan... Rasakan ini..." ketika salah satu obake akan menyerang Zoro, obake lainnya justru menghalanginya. Karena mereka tahu, mereka tidak akan mampu mengalahkan Zoro.

"Bod*h kau, kau mau lebih terluka?

***

"Siapa sih wanita aneh ini, benar-benar membingunkan. Berani sekali mengantarkan nyawanya sendiri..." (gumam Zoro dalam hati) lalu ketika ia membalikkan badan Nami, ia terkejut. "Namiii....!!!!!!"

"Kamu Nami bukan? Hei bangun Nami, kenapa kamu kesini? Nami Nami... ! Teriak Zoro histeris. Ia lalu menyerang kembali obake-obake yang telah menyerang Nami, setelahnya ia membawa Nami ke pinggiran hutan dekat sungai. Ia membersihkan dan mengobati luka Nami dengan gemetar dan penuh harap sesekali terisak menangis masih tidak mempercayai bahwa orang yang sedang dihadapannya adalah Nami, orang yang paling takut ia jumpai sekaligus orang yang paling ia rindui.

"Zoro? Ah, mungkin aku sudah di alam yang berbeda. Uhuk uhuk, bentar deh ku pegang wajahmu. Ah ternyata kau memang malaikat yang bertopeng Zoro. Hei kenapa kau menangis, malaikat tidak menangis bod*h..." (ucap Nami yang sudah sadarkan diri)
"Kau yang bod*h, malaikat juga bisa menangis apalagi karena kamu, Nami. Ini aku Zoro, bangunlah...!
"Zoro? Serius? Zoro yang sedang ku cari?"
"Nami, kenapa kamu mencariku? Bukankah kamu harusnya di Indonesia. Kenapa ke China bahkan ke tempat yang berbahaya ini. Kamu benar-benar wanita bod*h dan merepotkan"
"Zoro... Akhirnya aku bertemu denganmu. Syukurlah kamu baik-baik saja." hiks hiks hiks .

Merekapun saling berpelukan kemudian mulai saling bercerita masing-masing. Zoro tersentuh dengan alasan Nami yang berani datang ke tempat ini meskipun Nami mengatakan ini hanya misi dari kelompok Mugiwara, tapi Zoro memahaminya bahwa dia datang untuknya. Zoro tidak bisa membohongi rasa rindunya lagi, bahkan perasaan cinta yang sudah ia hilangkan muncul kembali dalam hitungan detik. Tanpa basa basi ia memegang pipi kanan kiri Nami dengan kedua tangannya, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Nami dan mencium bibirnya. Nami sontak kaget, ia berusaha mendorong Zoro sekuat tenaga. Sayangnya justru terbaring, kini posisi Zoro diatas Nami. Kedua tangan Nami dipegang tangan kiri Zoro, sedangkan bagian kaki terduduki oleh kaki Zoro dan tangan kanan Zoro memegang dagu Nami sembari menciuminya.

"Hei, lepaskan ! Zoro, ini tidak baik. Lepaskan... Ahhhh...

Zoro tidak mengatakan apapun, ia hanya fokus dengan meluapkan rasa rindu sekaligus cintanya dengan bahasa tubuh, ia tidak pandai berkata. Semua kata yang ia lontarkan seringkali kasar dan bertolak belakang. Zoro adalah tipe orang yang malas berbicara, dalam pertarunganpun demikian.

"Aww anj*g... Nami kau menggigitku."
"Zoro, sadarlah ! Ini tidak baik. Kau tidak bisa melihat situasi? Aku sedang terluka.
"Bod*h, aku tahu kau terluka. Tapi aku sudah mengobati dan membalutmu, kau sudah sembuh !"
"Kau manusia atau setan sih? Luka itu sembuh bukan setelah diobati"
"Jadi aku manusia, setan atau malaikat? Bukankah diawal kau menyebutku malaikat?

Nami terus berusaha berkata meskipun selalu dipotong dengan tindakan Zoro, ia kesal dengan perilaku Zoro yang seperti ini. Dulu saat masih SMA, Zoro selalu enggan dengan hal-hal seperti ini bahkan ia sangat cuek dengan wanita. Ada apa dengan Zoro? Apakah Zoro juga melakukan hal yang sama dengan wanita lain? Jujur, ini pertama kalinya Nami berciuman tapi kenapa ia merasakan bahwa Zoro justru sangat lihai, karena pikiran ini Nami menggigitnya berulang kali.

"Nami, kau mau menggigit bibirku hingga aku mati? Baiklah kalau begitu, aku akan coba dibagian lain. Jangan salahkan aku !" Ledek Zoro dengan senyum nakalnya.
"Hei jangan, Zoro jangan lakukan itu ! Ahh... Zoro tidak, kau baji*gan. Kalau aku tahu kamu berubah seperti ini, aku tidak akan mau datang kesini ! Zoro tidak... Jangan disitu, jangan....! Ahhhhhh "

Tengah malam, sunyi dan angin sepoi-sepoi tidak membuat mereka sunyi dan dingin. 2 jam telah terlewatkan, gejolak cinta Zoro membuat Nami frustasi. Ia tidak senang dengan perilaku dan paksaan ini tapi ia tidak membencinya. Nami hanya bingung. Pria yang dihadapannya benar-benar telah berubah dan susah dihadapi.

"Nami... Arigatou (terimakasih)" sembari memeluk Nami.

Sementara itu, Nami mulai tertidur. Lalu Zoro memapah Nami dan menggendongnya. Ia membawanya untuk berpindah tempat sekaligus mencari jalan untuk keluar dari hutan ini. Sayangnya Zoro tidak mengetahui, ia telah salah jalan. Semakin ia melangkah, semakin dekat dengan bahaya.

______________________________________

"Kisahku masih panjang, kau harus hidup menjadi kasihku di dalam kisahku." @kikibolo7

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Titik Terendah Dalam BertahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang