Namjoon menormalkan laju pernafasan yang begitu sesak pada sistem pernafasannya. Begitu menyakitkan saat melihat Jungkook terlilit berbagai peralatan medis yang Namjoon sangat tau kegunaannya.
Jadi, inilah gunanya ia belajar ilmu kedokteran? Apa untuk melihat adiknya sekarat?
Namjoon menggeleng kuat. Ia tidak akan pernah memiliki kata siap atau ingin adiknya menjalani waktu yang sesulit ini.
Namjoon dengan lemas meraih ponsel putih miliknya dan memanggil Yoongi. Ia tidak lagi memperdulikan perbedaan waktu lima jam antara London dan Korea.
Panggilan tersambung setelah nada sambung kelima.
"Namjoon?"
Sapaan lembut dari Yoongi membuatnya tersentak. Ia harus kembali menghembuskan nafasnya panjang.
"J-ju-jung-kook, Kak"
Dari sudut dunia yang lain, Yoongi yang tengah berkutat dengan pekerjaannya langsung terhenti saat mendengar suara Namjoon yang terisak kuat dengan kalimat terbata. Ia yakin Namjoon sedang berantakan.
"Ada apa dengan Jungkook?" tanya Yoongi dengan nada meninggi dan suara yang cepat.
Namjoon menundukan kepalanya dalam. "Jungkook, kecelakaan".
Cukup hanya dengan dua kata itu saja, Yoongi sudah berada pada suasana hati yang tidak akan diliputi rasa tenang.
"Namjoon, jangan mencoba mempermainkanku!"
"Tidak, Kak. Sedikitpun, aku tidak berbohong"
Namjoon masih mencoba untuk menahan isakannya. Yoongi sudah sangat frustasi. Kejadian tidak terduga dan tanpa diinginkannya harus terjadi hari ini.
"Aku akan memesan tiket ke London secepat mungkin!"
Yoongi menutup panggilan sepisak sedangkan Namjoon sudah terjatuh dilantai dingin rumah sakit dihadapan sebuah kaca besar yang digunakan untuk menengok pasien di ICU.
***
Namjoon boleh memasuki ruang ICU karena ia adalah keluarga sekaligus Dokter yang bekerja disana. Ia bahkan harus memejamkan kedua matanya erat selama beberapa detik. Ia tidak menyukai pemandangan seperti ini.
Lalu, ia harus menjadi lebih kuat. Namjoon lebih memilih untuk mememaksakan langkahnya tetap mendekat pada Jungkook. Adiknya itu terlihat sangat rapuh.
Namjoon mencium kening Jungkook, kemudian kedua pipinya yang bisa ia jangkau, lalu punggung tangannya yang terbebas dari infus. Semua itu Namjoon lakukan sambil berdoa demi kesembuhannya.
"Apa ini Jungkook? Apa yang terjadi padamu?"
Hanya dengan dua pertanyaan yang ia jadikan monolog, Namjoon sudah tidak kuasa.
"Bangun. Bangun dan ganggu Kak Namjoon seperti hari kemarin"
Namjoon mengeratkan tautannya pada Jungkook.
"Kakak tidak bisa melihatmu seperti ini. Setiap hari pekerjaan Kak Namjoon memang merawat orang yang sedang terluka. Tapi ceritanya lain jika yang terluka adalah dirimu, Jungkook"
Tangan Namjoon yang lain kini sedang meremat jas dokternya dengan kuat. Kepalannya sudah gemetar. Ia sedang melampiaskan emosi atas ketidakbecusannya menjaga Jungkook.
"Kak Yoongi akan tiba esok hari. Apa kau tidak mau melihatnya? Apa kau tidak mau memeluknya?"
Namjoon menghempaskan kepalanya yang begitu berat begitu saja pada kedua tangannya dan Jungkook yang saling bertautan. Namjoon menangis penuh dengan nada kehancuran dan ketakutan.
"Ada apa, Jungkook? Apa yang terjadi padamu? Bangun dan katakan pada Kak Namjoon"
Namjoon tetap tidak ingin melepaskan tangan adiknya. Namjoon bahkan sedang memeluk lengan yang lemah dan terlilit berbagai kabel dan selang alat rumah sakit.
"Bangun.. Bangun, Jungkook-ah.."
Namjoon membiarkan dirinya menangis selama mungkin karena setelah ini ia harus kembali berbicara dengan dokter dan juga kakaknya perihal kondisi Jungkook. Namjoon harus bisa menjadi Dokter sekaligus kakak untuk Jungkook.
Sama seperti tempo dulu, ia menjadi Dokter untuk Jungkook saat ia mengalami cedera tulang belakang dan kini Namjoon harus mengalami kejadian yang sama dengan situasi yang lebih rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonchild || End
FanfictionRe-make from Siblings II -------- Ada beberapa hal yang tidak bisa Namjoon jelaskan sebagai seorang kakak. @2019