Kedua orang tua Jungkook dan Yoongi sudah sampai di London tepat pada pagi ini. Mereka mengambil penerbangan dengan jadwal malam pada jam sehingga mereka sampai pada pada hari. Yang mereka lakukan tentu adalah mencium serta memeluk putranya yang masih dalam kondisi kritis.
Sedangkan Namjoon hanya melihat mereka dengan penuh kesedihan. Tangisan mereka adalah sayatan untuk Namjoon saat ini. Ia merasa sangat tidak berguna.
Namjoon menghela nafasnya panjang lalu membuka pintu kamar rawat Jungkook dengan kepala menunduk dan juga kepalan tangan yang menguat. Tanpa memandang ayah serta mama angkatnya itu, ia membungkuk meminta ampun serta mengatakan beberapa kata dengan suara yang teramat lirih, "Saya telah melakukan kesalahan. Maafkan saya yang tidak bisa menjaganya dengan baik".
Namjoon tetap pada posisinya. Kedua bahu serta punggungnya sudah naik turun karena isakan yang teramat kuat. Tuan Min Jangsuk, ayah dari tiga putra yang luar bisa, yang juga sedang dirundung duka. Ia bawa putra keduanya itu dalam pelukan yang begitu erat. Pelukan sang ayah bukannya membuat Namjoon membaik, tangisannya justru makin terdengar menyakitkan.
"Kau bicara seolah kau sedang berhadapan dengan orang asing. Kami keluargamu, Nak. Jungkook sedang sakit bukan kesalahanmu"
Meski kalimat itu seharusnya membuat otak Namjoon membaik, agaknya itu sebaliknya. Namjoon makin merasa tidak karuan.
"Dokter itu bukan Tuhan, Namjoon. Jangan salahkan profesimu. Kau sudah berusaha menyelamatkan Jungkook. Dia masih bersama kita, Nak"
Namjoon meremat kemeja ayahnya kuat. Ia ingin mengurangi kesedihan dalam hatinya tapi kenapa begitu sulit?
***
Tinggal Yoongi seorang yang menemani Jungkook. Namjoon sedang diseret untuk pulang karena ia bahkan hampir pingsan beberapa saat lalu. Sekalian kedua orang tuanya juga istirahat setelah melalui perjalanan yang panjang.
Yoongi? Dia tidak butuh istirahat. Baginya bisa melihat Jungkook dengan kondisi jantung yang masih berdetak lemah adalah pilihan terbaik saat ini.
"Apa yang terjadi, Jungkook?" pertanyaan dengan suara lirih tersebut hanya dijawab oleh suara bed side monitor yang terpasang pada tubuh Jungkook. "Kita masih berbicara banyak ditelfon kemarin. Kau bahkan tidak menunjukan akan sakit, kakak juga tidak punya firasat buruk apa-apa tentangmu"
Yoongi mengambil punggung tangan Jungkook untuk ia usap dengan sangat lembut.
"Apakah kecelakaan enam tahun yang lalu juga seperti ini? Apa kau mau membalaskan sakit hatimu karena Kak Yoongi tidak bersamamu dulu?"
Yoongi menundukan kepala bermaksud untuk menyembunyikan air mata dihadapan adiknya.
"Itu sudah berlalu, Dek. Jangan membuat mesin waktu sendiri"
Karena air matanya menetes teramat deras saat menunduk. Yoongi mengangkat kepalanya perlahan tanpa melepaskan tautan tangan dari Jungkook.
Percuma, Yoongi tidak akan mendapatkan jawaban apa-apa. Menyakitkan.
Panggilan telfon dari Seokjin menjadi fokusnya sekarang. Yoongi mengangkatnya dengan lemas dan tidak bersemangat.
"Jungkook bagaimana?"
Semua teman-temannya sudah mendengar kabar menyakitkan itu.
"Masih kritis" jawaban singkat Yoongi yang terdengar sangat putus asa.
"Aku sangat ingin menjenguknya. Apa kata dokter?" , Seokjin juga terdengar dangat frustasi.
"Jungkook, kemungkinan kecil dia bangun. Dia juga terlalu beresiko untuk melakukan operasi kedua"
"Namjoon pasti yang melakukan tindakan anak itu saat Jungkook berada di UGD"
"Sepertinya ia trauma, Kak. Dua adikku sedang tidak baik-baik saja"
Terdengar helaan nafas yang menyakitkan disebrang sana.
"Namjoon bukan dokter yang menyerah begitu saja. Ia bahkan mengusahakan operasi sistem saraf Jungkook dulu, kan? Dia pasti sekarang melakukan hal yang sama"
Yoongi sangat ingin mempercayai semua yang dikatakan Seokjin. Tapi, itu adalah salah. Tepat setelah Seokjin menyelesaikan perkataannya. Namjoon dengan kondisi yang masih berantakan dan terlihat bahwa dia hanya berganti baju serta membersihkan diri tanpa membenarkan penampilannya, ia menyusul Yoongi.
Keduanya kini saling berhadapan, membiarkan Seokjin menunggu balasan dari Yoongi.
Adik sulungnya begitu kosong dan makin terlihat tidak memiliki semangat hidup lagi saat ia mengadu pada Yoongi, "Aku kakak yang tidak berguna untuknya, Kak"
Yoongi menggeleng kuat. Ia menolak dengan tegas yang baru saja Namjoon ucapkan.
"Aku ingin mengundurkan diri--"
Yoongi sontak berdiri dengan tatapan yang begitu fokus pada Namjoon.
"Aku tidak bisa menyelamatkannya"
"Namjoon!!"
Yoongi mengenggam kedua bahu adiknya yang turun, teramat putus asa. "Kau tidak bisa. Ingat saat aku juga berniat mengakhiri karirku. Kau ingat Jungkook sedihnya seperti apa sampai dia berusaha untuk bunur diri! Gunakan kepalamu yang pintar itu untuk berfikir jernih ditengah situasi seperti ini, Namjoon!!"
Namjoon menggeleng lemas, "Ceritanya berbeda, Kak. Aku selama bertahun-tahun menjadi seorang dokter. Aku mempelajari banyak hal tentang penyakit dan penyembuhannya. Selalu dibayang-bayangi kematian dari penyakit tersebut. Aku juga selalu berhadapan dengan kasus-kasus yang berat"
Namjoon mengambil nafasnya dalam. Ia sudah merasa sangat sesak, "Aku tidak akan pernah bisa membayangkan jika suatu saat waktu kematian adikku, aku yang mengatakannya"
"Namjoon teganya kau berfikir buruk seperti itu!!", Yoongi mengguncang kedua bahu Namjoon kuat agar adiknya sadar, "Apa kau tidak bisa positif? Apa kau tengah memikirkan kematian adikmu sendiri!!"
"Sejak dulu aku dipaksa untuk memikirkan hal yang buruk tentang pasien-pasienku, Kak. Aku tidak bisa mengendalikannya"
Yoongi dan Namjoon memang sama-sama kakak Jungkook. Tapi mereka memiliki dua sisi yang sangat berbeda dengan pemikiran berbeda.
Ada yang tidak bisa mereka pahami satu sama lain sebagai saudara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonchild || End
FanfictionRe-make from Siblings II -------- Ada beberapa hal yang tidak bisa Namjoon jelaskan sebagai seorang kakak. @2019