Mau tidak mau, suka atau tidak suka. Setelah hari ini, tidak akan ada yang bisa memeluknya lagi.
Senyumannya hilang dibalik kesakitan yang sudah dia tahan-tahan selama beberapa minggu lamanya. Segala upaya dan juga usaha sudah dikerahkan, beserta pemikiran dan ilmu pengetahuan serta teknologi canggih dalam sebuah bangunan bernama rumah sakit, nyatanya tidak membawa hasil yang baik.
Rumah sakit, masih menjadi tempat yang identik dengan keputusasaan. Semua orang yang ada didalamnya hanya bisa meminta tolong untuk anggota keluarga yang membutuhkan perawatan. Tidak ada yang berubah.
Kecuali setelah malam ini berakhir atau pada hari-hari yang akan datang, ada perubahan disana. Raganya yang sudah tidak bersama dengan orang-orang yang dia sayangi.
Tidak ada yang menginginkan semua ini, tidak satu orang pun.
Mimpi? Semua berharap demikian.
Tapi tidak dengan kenyataan yang makin menghancurkan sisi kewarasan keluarganya yang masih belum bisa menerima. Sebelum hari ini, dia selalu mengatakan 'aku bisa' dan 'aku janji'. Semua orang percaya atau terlalu bodoh untuk mengerti bahwa dia mencoba menyembunyikan kesakitannya.
Sejak dulu, Jungkook adalah anak yang selalu menahan diri untuk tidak menceritakam kesulitan yang dia alami. Dia tidak ingin orang tua dan kakak-kakaknya merasa kerepotan. Dia ingin menjadi bungsu yang membanggakan keluarga, pintar, dan memiliki pendidikan yang tinggi.
Masih sangat jelas dalam ingatan Namjoon dan Yoongi betapa senangnya sang adik saat tau dia diterima untuk mendapatkan beasiswa kuliah di London setelah dinyatakan sembuh dari kelainan saraf akibat kecelakaan beberapa tahun lalu. Masih terasa hangat dan eratnya pelukan si bungsu saat dia kegirangan dengan memeluk papa dan mamanya.
Saat itu, dia juga berjanji akan lulus tepat waktu, mendapat gelar sarjana, membahagiakan keluarga. Itulah janji, janji, dan selalu janji. Sama halnya dengan operasi yang secara tidak sengaja harus diajukan. Kondisi Jungkook yang tidak bisa menunggu adanya donor yang sudah sangat cocok, persetujuan keluarga dan yang terakhir keselamatannya.
Sebelum operasi dia bahkan sempat tersenyum pada dua kakaknya. Dia sempat menguatkan mereka meski pun dia sendiri juga dalam ketakutan.
Yoongi.
Namjoon.
Mereka merasakan duka kehilangan teramat dalam yang sulit untuk sembuh. Yoongi yang sejak Jungkook kuliah di London hanya bisa berinteraksi melalui ponsel, Namjoon yang seorang dokter sengan kecerdasan tidak berdaya karena kode etik dan kondisi psikologisnya sendiri.
Namjoon akui, dia bodoh, sangat bodoh.
Seharusnya seperti ini...
Seharusnya seperti itu..
Seharusnya..
Selalu seharusnya yang ada dalam benak Namjoon.Namjoon melirik sendu pada foto dari pemuda manis itu sekali lagi, mungkin akan ada sekali lagi yang lainnya setelah ini.
Sesak, sesak sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonchild || End
FanfictionRe-make from Siblings II -------- Ada beberapa hal yang tidak bisa Namjoon jelaskan sebagai seorang kakak. @2019