People Called it Love
"Kita mau ke mana?" bingung Karin ketika mobil Zack tak menuju ke butiknya.
"Aku udah telat ke kantor, jadi nanti kamu bawa mobilku dari kantorku." Jawaban Zack membuat Karin mendengus tak percaya.
"Tahu gitu, tadi aku naik taksi aja," geram Karin.
Karin terkejut ketika Zack masih bisa mendengus geli. Namun, belum sempat Karin memakinya, Zack berkata, "Aku kelihatan sebajingan itu di matamu?"
"Ya," jawab Karin tnpa ragu.
Zack mengangguk-angguk. "Karena aku udah jadi bajingan di matamu, sekalian aja, ya?"
Karin mengerutkan kening melirik pria itu. Apa lagi yang akan dia lakukan?
Belum sempat Karin bertanya, mereka sudah tiba di kantor Zack. Pria itu memarkirkan mobil dan melepas seat belt. Tak berhenti di situ, Zack juga melepas seat belt Karin sebelum turun. Karin menggerutu kesal sembari hendak bergeser ke kursi kemudi, tapi pintu di sebelahnya sudah terbuka. Zack mencengkeram lengan Karin, menariknya turun.
"Kamu mau ngapain lagi, sih? Mau bikin aku malu di kantormu?" omel Karin.
Zack tak menjawab. Alih-alih, dia merangkul pinggang Karin dan membawanya pergi dari pelataran parkir. Lebih tepatnya, Zack menyeret Karin. Meski ingin menolak, tapi Karin tak bisa berbuat apa-apa karena ada banyak karyawan Zack. Bahkan, mungkin ada wanita jalang itu. Karin tidak ingin hubungannya dengan Zack terlihat tidak baik-baik saja, terutama di depan wanita itu. Karin menolak kalah darinya.
Tiba di lantai ruangan Zack, Karin menyempatkan mengecek ke meja sekretaris kurang ajar itu, tapi dia tak ada di sana. Begitu mereka berada di ruangan Zack, Karin segera menarik diri dari Zack dan memakinya.
"Ini maksudnya apa?!" sembur Karin.
"Kamu tunggu di sini. Nanti selesai meeting, aku antar kamu ke butik," Zack berkata.
"What?" Karin melotot. "Kamu pikir, aku di butik nggak ada kerjaan? Aku juga sibuk dan ..."
"Aku udah ngabarin manajermu kalau kamu datang terlambat. Dia nggak keberatan. Dan meeting-ku nggak akan lama, aku janji." Janji pria itu membuat Karin tak bisa protes.
Meski begitu, Karin melengos. "Kalau sampai jam makan siang kamu belum selesai, aku pergi sendiri."
"Nggak akan selama itu," tukas Zack.
Karin hanya mendengus menanggapinya.
***
Setelah mengalihkan semua tugasnya pada sekretarisnya, dan meminta tim utama perusahaan membantu sekretarisnya, Zack meninggalkan ruang meeting. Tiba di ruangannya, Zack melihat Karin menunduk di atas ponselnya, tampak menggambar sesuatu di sana. Bahkan dalam situasi seperti ini, dia masih bisa bekerja.
Zack menghampiri Karin dan bertanya, "Kamu mau kerja di sini seharian ini?"
Karin mendongak kaget. "Kamu udah selesai?"
Zack mengangguk. "Kalau kamu mau kerja di sini ..."
"Nggak," potong Karin seraya berdiri. "Ayo pergi."
Zack membiarkan Karin berjalan lebih dulu ke arah pintu. Namun, sebelum wanita itu keluar, terdengar suara pintu diketuk. Karin menoleh pada Zack.
"Masuk," perintah Zack.
Seorang pria tinggi berkacamata memasuki ruangan. Zack memperhatikan Karin yang menatap pria itu dari atas ke bawah, ke arah stelan kerja rapinya. Terlalu rapi, sebenarnya.
"Selamat pagi, Bu," sapa pria itu sopan pada Karin.
Alih-alih menjawab, Karin menatap Zack bingung.
"Dia sekretaris baruku. Joseph, namanya." Zack memperkenalkan pria itu.
Karin seketika terlongo, lalu menatap Joseph. "Kamu ... gimana bisa?" Karin menunjuk Joseph.
Joseph membungkuk kecil pada Karin. "Saya baru mulai bekerja hari ini, Bu."
"Trus, perempuan sial ... ehm, maksudku, sekretaris lamanya Zack di mana?" interogasi Karin.
Zack nyaris tersenyum mendengar Karin nyaris keceplosan tadi.
"Saya dengar, dia sudah mengundurkan diri sejak dua minggu lalu," beritahu Joseph.
Karin terbelalak mendengarnya. "Dua minggu lalu?" Wanita itu menatap Zack bingung. "Tapi ..."
"Kamu bisa tanya detailnya ke aku nanti. Tapi, aku nggak suka kamu ngomong sama laki-laki lain di depanku," ujar Zack seraya menghampiri Karin.
Zack lalu menatap Joseph. "Kamu nggak perlu konfirmasi jadwalku. Nggak ada perubahan buat hari ini," ucapnya.
Joseph mengangguk, lalu menepi dan membukakan pintu. "Saya sudah meminta staf menyiapkan mobil Bapak di lobi," beritahu Joseph.
"Oke. Terima kasih," jawab Zack santai, sebelum menggandeng Karin keluar.
Zack hanya tersenyum geli melihat Karin yang masih kebingungan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
This is How You Fall in Love (End)
RomanceKarin terpaksa harus menikah dengan teman Marin, setelah adiknya itu memergoki Karin berciuman dengan Zack, sahabat Marin. Tidak, itu bukan ciuman. Itu kecelakaan. Marin yang terlalu overprotektif pada Karin, memaksa Zack bertanggung jawab menikahi...