Love Will Bring You Back
"Zack!" Marin memekik kaget ketika mendapati Zack berbaring di lantai ruang tamu.
"Sial! Kamu emang udah berniat mati atau gimana sih, Zack?!" omel Juno kesal seraya menarik Zack berdiri.
"Kamu demam!" seru Marin panik. "Ya ampun, demamnya tinggi banget. Jun, kayaknya kita harus bawa dia ke rumah sakit, deh. Zack ..."
"Jangan ..." Suara Zack terdengar lemah. "Jangan rumah sakit. Aku nggak boleh pergi dari rumah ini."
"Apa? Kamu udah gila? Demammu tinggi!" kesal Marin.
"Karin ... aku harus nunggu dia," Zack berkeras.
"Bahkan meski kamu harus mati di sini?" sambar Juno.
"Ya." Zack bahkan tak sedikit pun terdengar ragu. "Karena itu ... aku harus di sini."
"Dasar keras kepala!" gerutu Juno kesal, tapi ia memapah Zack ke kamarnya.
"Karin ..." Zack berbicara. "Dia ... pasti pulang."
Marin nyaris menangis melihat keadaan Zack.
"Dia ... harus pulang," gumam Zack. "Aku nggak bisa hidup tanpa dia."
Lalu, Zack kehilangan kesadaran.
"Si bodoh ini ..." geram Juno. "Kakakmu juga, kenapa harus keras kepala banget, sih?"
Marin meringis. "Mereka akan baik-baik aja, kan?"
Juno menghela napas. "Harus," jawabnya sembari menoleh pada Marin dan tersenyum.
Marin sedikit lebih tenang mendengar itu. Terkadang memang kita hanya butuh seseorang untuk meyakinkan segalanya akan baik-baik saja, di tengah kekacauan terbesar sekalipun.
***
Zack membuka mata perlahan, dengan enggan. Cahaya yang menusuk mata membuatnya kembali memejamkan mata. Ia menarik napas dalam. Sungguh, ia tidak ingin bangun. Ia menolak bangun di dunia di mana Karin tidak ada.
Sampai sentuhan lembut mendarat di wajahnya. Zack mengenali tangan ini, sentuhan ini, wangi ini. Dadanya terkoyak.
"Sakit?" Pertanyaan lembut itu disambut Zack dengan gelengan.
Zack mengangkat tangan dan menggenggam tangan itu. Ia membawa tangan itu ke bibirnya, menciumnya.
"Bahkan meskipun ini cuma mimpi, kita kayak gini terus aja, bisa, kan?" pinta Zack putus asa.
"Zack."
Zack membuka mata. Wanita itu duduk di tepi ranjang tempat ia berbaring. Masih secantik biasanya. Dalam balutan gaun warna putih yang cantik. Dia tampak seperti malaikat.
"Aku mau kita tetap di sini aja, biar kita bisa sama-sama terus," ucap Zack. "Selamanya. Di mimpiku ini. Aku akan jagain kamu. Aku nggak akan nyakitin kamu. Aku janji, Karin."
"Mimpi?" Suara Karin menajam. "Berani-beraninya kamu ngomong kayak gitu di mimpi!"
Zack terkejut ketika Karin tiba-tiba menarik tangannya.
"Harusnya kamu ngelakuin itu nggak cuma di mimpi, Bodoh!" bentak Karin.
Zack mengerjap bingung.
"Karin!" panik Zack ketika Karin berdiri. "Jangan tinggalin aku. Jangan ..."
"Aku cuma mau ambilin kamu minum!" Karin benar-benar terdengar kesal. "Berhenti bersikap berlebihan. Ini bukan mimpi, tahu!"
Zack seketika beranjak duduk. Ini bukan mimpi?
Namun, ketika Karin berbalik dan beranjak pergi, Zack segera berdiri. Kepalanya seketika terasa pusing dan tubuhnya limbung, tapi ia berhasil mengejar Karin. Wanita itu tersentak kaget ketika Zack memeluknya dari belakang.
"Zack, ya ampun!" pekik Karin seraya berbalik.
Zack mengeratkan pelukannya. Tubuhnya nyaris sepenuhnya bersandar pada Karin.
"Jangan pergi lagi, Karin. Entah di mimpi, atau di mana pun, jangan tinggalin aku," ucap Zack penuh permohonan.
Zack bisa merasakan Karin balas memeluknya. "Udah aku bilang, ini bukan mimpi. Dan aku nggak akan pergi. Entah di mimpimu atau di mana pun itu."
Zack memundurkan tubuh, menatap wajah yang setengah mati dirindukannya itu.
"Lagian, mana bisa aku pergi?" Karin berkata lagi. "Aku tinggal sebentar aja kamu udah bikin rumah ini kayak tempat penampungan sampah."
Zack mengerjap. Ini bukan mimpi. Ini benar-benar bukan mimpi.
Zack kembali memeluk Karin ketika air mata kembali lolos dari sudut matanya.
"Maafin aku, Karin. Maaf." Zack mengucapkan maaf sebanyak yang ia inginkan.
Ia memejamkan mata ketika tangan Karin mengusap lembut kepalanya. Karin benar-benar kembali. Karinnya. Istrinya. Cintanya. Hidupnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
This is How You Fall in Love (End)
RomanceKarin terpaksa harus menikah dengan teman Marin, setelah adiknya itu memergoki Karin berciuman dengan Zack, sahabat Marin. Tidak, itu bukan ciuman. Itu kecelakaan. Marin yang terlalu overprotektif pada Karin, memaksa Zack bertanggung jawab menikahi...