"Ingin mengatakan sesuatu?"
.......
"Yakin tidak ingin mengatakan apapun?"
......
"Baiklah kalau begitu aku akan pergi"
"Yaaak apa-apaan itu"
Teriakny kesal"Aku sudah bertanya dan kau hanya diam, jadi lebih baik aku pergi sekarang"
"Aish kau ini"
"Lalu?"
"Bisa beritahu aku apa yg akan kau lakukan setelah ini?"
"Apa itu penting sekarang?"
"Ayolah jangan membuatku khawatir?"
"Sejak kapan kau khawatir padaku"
"Aish kenapa kau jadi sangat menyebalkan?"
"Benarkah? Sepertiny lebih baik begitu"
"Haruskah kau menjadi seperti ini?"
"Sepertiny begitu, jika tidak maka aku bisa goyah kapanpun"
"Kau menyebalkan"
"Terima kasih"
"Jadi... Kau benar-benar melepaskan sicca?"
"Menurutmu?"
"Entahlah aku ragu"
"Maka lihat saja, waktu yg akan membuktikan semua perkataanku tae"
"Kau menyebalkan"
"Kenapa?"
"Mendengarmu hanya menyebut namaku terdengar menyebalkan"
"Lalu aku harus memanggilmu apa?"
"Entahlah?"
"Kau ingin aku memanggilmu sayang seperti biasany?"
"Aku bilang entahlah"
"Hahahahhaa dasar bocah keras kepala, kenapa sangat susah bagimu hanya untuk mengungkapkan apa yg kau rasakan?"
"Ya...ya...ya...berhenti meledekku, kau sangat tau bagaimana aku"
"Y aku tau, karena itu aku minta padamu berubahlah tae, tidak selamany aku bisa mengerti dirimu, dan tidak semua orang akan bisa mengerti dirimu"
"Apa kau juga akan meninggalkanku?"
"Memangny aku siapa? Kekasihmu? Bukan kan?"
Buk...bhuk...bukk
Ia berdiri dan memukuliku dengan begitu keras, terlihat dari raut wajahny jika ia begitu kesal, aku sama sekali tidak menghindar justru aku tertawa kencang melihat wajah kesalny. Setelah lelah memukuliku iapun kembali duduk di sampingku
"Aku serius tae"
Gumamku pelan yg masih dapat ia dengarIa melirikku sekilas lalu menyenderkan kepalany pada ujung sofa
"Pergilah aku tidak akan menghalangi, aku sudah biasa di tinggalkan seorang diri"
Ucapny pelan"Aku tidak pergi, tidak akan tae, aku hanya memintamu untuk menjadi lebih kuat dan berhenti terlalu berharap pada sesuatu, terlebih pada hal yg akan menyakiti dirimu sendiri"
Ia kembali menegakkan tubuhny lalu membaringkan kepalany di pangkuanku. Tanganku terulur begitu saja mengelus kepalany
"Haruskah?"
"Ya"
"Huuffhhh"
Ia menghembuskan nafas dengan begitu berat, ia menatapku dengan senduh, aku tersenyum padany mencoba memberikan kekuatan padany