10 | Menerka

1.6K 150 119
                                    

halooo jangan lupa vomment ya ^^
follow author dan share cerita ini jika kalian suka dan berkenan, jangan lupa ajak temen kalian buat baca cerita ini juga ya <3

enjoy! happy reading <333

***

"Kebodohan terbesar yang aku sadari dan tetap aku lakukan adalah tetap menyukaimu meski aku tahu kamu adalah jawaban atas siapa patah hati terbesarku."

-From Allah To Aira-

Part. 10

AIRA terduduk di kursi kerjanya setelah insiden dikerjai habis-habisan oleh Axel. Dia benar tidak habis pikir jika bos-nya akan seniat itu untuk membuatnya kelelahan seperti ini.

Sambil melamun, tiba-tiba saja terlintas dibenak Aira. Memikirkan kembali siapa orang baik yang sudah melunasi semua tagihan rumah sakit ibunya kemarin.

Mengapa masih ada orang seperti itu di zaman seperti ini? Jika biasanya seseorang membantu akan menginginkan sebuah imbalan. Tetapi orang ini justru menyembunyikan jati dirinya, layaknya sebuah film-film. Padahal Aira akan sangat berterima kasih jika orang itu mau menunjukkan jati dirinya dihadapan Aira. Sebab, Aira sangat berhutang budi pada orang itu.

Menghela nafas lesu, Aira menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya di atas meja.

Semoga suatu saat Allah akan mempertemukan dia dengan orang baik hati tersebut.

"Assalamu'alaikum."

Mendengar suara dari daun pintu ruang kerjanya, Aira segera mengangkat wajahnya, membenahi hijabnya yang sedikit acak-acakan.

Kenapa dia malah ceroboh seperti ini. Melamun dan memikirkan hal lain saat sedang bekerja.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," balas Aira.

Sosok Adrian masuk dengan membawa sesuatu di tangannya.

"Ai, ini aku bawain kamu makanan." Adrian menyodorkan pada Aira.

Aira mengernyit. Ada apa dengan Adrian?

Adrian berdeham mengerti banyak sekali tanda tanya di raut wajah gadis itu. "Maksud aku, tadi kamu, 'kan, belum sempat makan siang karena udah keburu dikerjain bolak-balik sama Axel. Nah, jadi anggap aja ini sebagai ganti makan siang kamu yang nggak jadi tadi. Dan atas nama Axel, aku minta maaf, ya? Dia emang gitu kadang suka kelewatan kalo lagi sensi," ralat pria itu.

"Oh, gitu." Aira mengangguk-angguk mengerti. "Nggak papa kok. Tapi seharusnya nggak usah repot-repot, Kak. Tadi Aira masih sempat makan kok."

"Tapi cuma makan sedikit, 'kan?" Adrian tak menyerah atas jawaban Aira. "Udah, pokoknya kamu makan, ya. Nggak baik loh nolak pemberian dari orang. Apa lagi orang yang ngasihnya ikhlas."

Benar juga. Tidak baik menolah rezeki. Aira segera mengenyahkan segala pemikiran anehnya mengenai perubahan sikap Adrian semenjak dia bekerja di perusahaan Williams Grup ini.

Aira fikir, Adrian memiliki maksud lain.

Astaghfirullahaladzim. Aira menggeleng.

"Yaudah kalau Kak Rian maksa. Aira terima makanan ini." Aira menarik mendekatkan kantung plastik berisi beberapa makanan di mejanya.

"Nah, gitu dong." Adrian menarik seulas senyum. "Yaudah kalo gitu aku balik kerja lagi, ya. Jangan lupa di habisin makanannya," pesan Adrian.

"Iya, Kak. Sekali lagi makasih banyak."

From Allah To AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang