9 | Axel dan Soto Ayam

1.1K 148 30
                                    

jangan lupa vote dan komentar guys! ^^
happy reading! enjoy! <3

***

"Banyak hal yang indah jika dikenang kisahnya. Tapi tidak untuk di ulang. Begitu pula semua tentang kamu."

-From Allah To Aira-

Part. 9

"SAYA nggak mau yang ini, Aira!"

"Ini terlalu pedas, Aira!"

"Ini tidak ada rasanya!"

"Aira, rendang apa yang kamu beli? Kenapa keras sekali, huh? Ini rendang atau batu kali?!"

Hah! Sekali lagi, Aira menghembuskan nafas lelah. Dia mengusap peluh keringat di dahinya dengan ujung hijab yang ia kenakan.

Firasatnya benar. Saat melihat senyum prihatin Adrian tadi, ternyata memang mengantarkan Aira ke kandang singa.

Dan sekarang, di sinilah Aira berada. Di ruang kantor kebesaran seorang Axel William. Sekali lagi ini sudah ke lima kalinya Axel mengomeli dirinya, akibat makanan yang Aira beli tidak ada yang cocok dengan selera pria itu.

"Pak, maaf sebelumnya. Saya nggak tahu selera Bapak seperti apa, dan rendang ini adalah makanan terakhir yang Bapak tolak. Tadi saya sudah bertanya pada sekretaris Anda, beliau mengatakan jika rendang di dekat kantor ini adalah makanan favorit Pak Axel. Maka dari itu, saya membelinya. Saya fikir, Bapak akan menyukainya," jelas Aira panjang lebar mencoba memberi pengertian pada bos-nya.

Axel mendorong kotak makan dihadapannya. "Tidak mau! Siapa bilang saya suka rendang?! Rendang apa yang teksturnya bisa sekeras ini? Kamu mau bikin gigi saya copot, Aira? Iya, 'kan?"

"Tidak, Pak, bukan begitu."

"Lalu apa?!"

Aira menggeleng. Rasanya, bosnya ini terlalu kekanak-kanakan sekali hingga membuatnya menjadi lebih banyak beristighfar setiap detik bertemu pria itu.

Lagian, seharusnya ini bukan tugas Aira, 'kan. Tugasnya, 'kan, bekerja dibagian keuangan, dan dia bukan sekretaris Axel. Seharusnya bukan Aira yang melakukan semua ini.

Aira tidak suudzon, tapi dia yakin jika ini hanya akal-akalan Axel saja untuk mengerjainya. Tadi pria itu berkata jika ini adalah hukuman karena tadi pagi Aira terlambat datang dua menit. Dia harus menerima hukuman ini tanpa di perbolehkan untuk protes dan menggerutu!

Aira pasrah saja karena Axel mengancam akan memecatnya jika ia membantah. Biar bagaimana pun, dia masih sangat membutuhkan pekerjaan ini. Meski harus selalu menguji kesabaran mental dan emosinya setiap hari.

"Saya nggak mau tahu, kamu beli makanan yang baru!" perintah Axel tak terbantahkan.

Ya, memangnya siapa yang bisa membantah ucapan pria itu dari sekian manusia di kantor ini?

"Tapi, Pak. Bagaimana dengan semua makanan yang sudah saya beli?"

"Buang saja!"

Aira menganga tidak percaya.

"Kenapa kamu?!"

Beberapa detik kemudia, Aira segera menggeleng. "Membuang makanan itu sama saja kita membuang rezeki dari Allah, Pak. Dan itu dosa. Mubazir namanya. Apa lagi kalau membuang makanan seperti ini. Di luar sana masih banyak sekali orang-orang yang kelaparan, mereka kesusahan mencari sesuap nasi. Sebagai manusia sudah sewajarnya kita mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada kita, jangan sampai menjadi manusia yang kufur nikmat," jelasnya amat panjang namun hal itu justru mengundang amarah Axel lebih jauh.

From Allah To AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang