halooo jangan lupa vote dan komentar ya <3
follow author duluuu biar akrab >_<***
"Pada dasarnya, menguatkan orang lain akan terasa lebih mudah bagi sebagian orang. Hingga lupa jika diri sendiri sedang tidak baik-baik saja."
-From Allah To Aira
Part. 6
ADRIAN masuk ke dalam mobil milik bosnya. Ya. Siapa lagi jika bukan Axel.
Sesampainya di kursi kemudi, ia melihat wajah Axel yang sudah tertekuk. Adrian sudah menduga jika ini adalah perbuatannya. Sahabatnya yang kekanak-kanakan ini pasti kesal karena menunggunya terlalu lama.
"Dari mana aja lo?" Axel langsung menyemprot Adrian dengan sebuah pertanyaan padahal belum saja pria itu merasa nyaman dengan posisi duduknya di balik kursi kemudi.
Adrian menggaruk tengkuknya sambil cengar-cengir. "Hehe, dari ... ada urusan bentar tadi gue."
"Lama!"
"Ya sorry bosque."
Axel yang duduk di bangku penumpang bersedekap dengan kedua kaki yang saling bertumpu. Kaki kanannya berada di atas kaki kirinya.
"Cepat jalan!" perintahnya.
Biasa, bos memang bebas. Walaupun mereka bersahabat, tapi tetap saja Axel adalah orang yang menggaji Adrian setiap bulannya.
Adrian bukan orang susah. Dia juga termasuk anak dari orang berada. Ayahnya memiliki perusahaan yang juga bisa dibilang cukup besar dan terkenal di kalangan pebisnis. Meski masih jauh lebih besar dan go internasional milik Axel, tetapi keluarga Adrian juga memiliki beberapa saham meski hanya di dalam negeri.
Anehnya, Adrian tidak pernah mau mengelola dan melanjutkan usaha milik ayahnya. Dia lebih senang seperti ini. Bekerja dengan Axel. Meski setiap hari harus mengelus dada karena sikap kekanakan Axel, tapi Adrian tahu, Axel adalah orang baik, sahabat yang baik setelah Sandy.
"Eh, bentar!" Tiba-tiba Adrian menghentikan mobil yang baru saja keluar dari gerbang rumah sakit itu. "Xel, gue boleh minta tolong sama lo, 'kan?"
"Nggak!" sergah Axel. "Cepat jalan!"
Berdecak, Adrian sedikit memutar tubuhnya ke belakang. Kedua tangannya menangkup di dada. "Plis, Xel, kali ini aja."
"Lo kalo minta tolong juga selalu gitu bilangnya," gerutu Axel.
Adrian nyengir tak berdosa. "Beneran deh gue nggak bohong. Kalo sekarang lo nolongin gue, lain kali gue nggak akan nyusahin lo lagi."
"Ya sudah, apa?"
"Pinjam duit dong, hehe."
"Sudah kuduga," balas Axel sengit. "Berapa?"
"Kartu kredit lo aja gue bawa bentar sini. Plis, bentar doang!"
Axel memutar bola matanya sebelum akhirnya mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya.
Saat Adrian hendak mengambil kartu kredit milik Axel, tiba-tiba sahabatnya yang sangat tampan itu kembali menarik kartu tersebut dan membuat Adrian melotot dibuatnya.
"Pakai ini, lo nggak usah balikin. Tapi ingat, jangan pernah nggak nyusahin gue lagi. Paham lo?" Axel menatap tajam Adrian dengan setiap kata penuh penekanan.
Adrian menyambar kartu kredit itu kemudian tertawa. Dia tahu, meski sifat Axel tidak begitu baik tapi sebenarnya isi hati pria itulah yang sangat baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Allah To Aira
Espiritual"Aira, menikahlah dengan saya," pinta Axel pada perempuan berhijab di depannya. "Maaf, saya tidak bisa." "Kenapa?" Aira tersenyum. "Saya hanya ingin menikah dengan laki-laki yang mau berjanji untuk menundukkan pandangannya terhadap wanita lain." "Sa...