3 | Hari Pertamanya

1.8K 164 5
                                    

jangan lupa vote dan komentar <3
follow author sebelum membaca xixixixi

happy reading!

***

"Tidak ada yang abadi, selain kematian."

-From Allah To Aira-


Part. 3

AIRA meneliti penampilannya sendiri.

Sebuah gamis berwarna dusty, hijab berwarna hitam, dan sepatu kets berwarna putih.

"Ma-maksud Bapak?"

Pria itu menghela nafas panjang. "Kamu nggak baca, ya, syarat dan ketentuan untuk menjadi karyawan di kantor saya?"

Oh, jadi ini bos di perusahaan ini?

"Saya ... saya baca." Aira tertunduk. Dia benar membaca, tapi ...

"Lalu, kenapa kamu memakai pakaian seperti ini? Kamu mau naik haji, huh?" Pria itu berkacak pinggang.

Aira ikut menghela nafas. Jadi, pria ini mempermasalahkan pakaiannya?

"Maaf, tapi saya tidak mengerti dengan ucapan Bapak."

"Astaga, yang benar saja!" Pria itu melotot. "Jangan-jangan kamu memang tidak membaca syarat dan ketentuannya, iya, kan?"

"Saya membacanya, Pak."

"Masih berani menjawab?!"

"Tadi Bapak bertanya sama saya, kan?"

"Argh! Adrian!" teriaknya lalu merogoh ponsel dari saku celananya. "Cepat kesini sekarang! Atau aku akan mengirimmu ke Afrika!"

Aira sedikit mendongakkan kepalanya. Pria ini kenapa? Bukannya tadi dia tanya? Dijawab kok marah-marah?

Ternyata kantor ini tidak sehangat yang dia kira. Mungkin karyawan yang lain sangat baik. Tapi, pemimpinnya sendiri, kok malah ... tempramen gini?

Astaghfirullahaladzim!

Aira menggelengkan kepalanya. Berkali-kali dia beristighfar karena sudah membatin orang lain yang tidak baik.

"Kenapa kamu geleng-geleng? Mabuk kamu?"

"Enggak, Pak."

Pria itu mendengkus. Beberapa saat kemudian seorang pria sebayanya masuk ke dalam ruangan.

"Ada apa, Xel?"

"Ada apa katamu, huh?! Coba kamu lihat perempuan ini. Inikah yang kamu rekrut untuk menjadi salah satu karyawan di kantorku?"

Pria tadi, Adrian. Asisten juga sahabat dari si direktur mengerutkan keningnya saat meniti penampilan perempuan yang berdiri beberapa meter darinya.

"Kenapa memangnya? Ada yang salah?"

"Jelas salah! Lo nggak lihat penampilannya? C'mon, Dri, lo tahu karyawan kita harus memiliki penampilan menarik. Lah, ini? Mau berangkat haji?" Dia mulai menggunakan bahasanya saat sedang berdua dengan Adrian.

Aira melotot tajam, melotot pada lantai marmer di bawah sana. Meski menunduk karena dia tidak berani menatap mata pria-pria itu.

Yang benar saja, penampilannya dihina. Bukankah dia sudah berpenampilan yang baik dan sopan menurut syariat?

Ternyata benar. Dunia kian kejam. Yang cantik akan selalu menang, dan yang memiliki segalanya akan merasa semakin berkuasa.

Tapi, Aira tidak termasuk dalan salah satunya. Sebab, dunia bukan segalanya.

From Allah To AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang