jangan lupa follow, vote dan komentar ya^^
seneng banget aku kalo banyak yg komentar, berasa di semangatin hihi <3***
"Hidup tidak memiliki apa-apa selain nyawa. Itu pun titipan. Lantas, apa yang membuatmu melangit sedang langit pun tak pernah merasa dirinya tinggi?"
-From Allah To Aira-
Part. 8
AIRA menghembuskan nafas lega saat dia sudah sampai di tempatnya bekerja pada jam yang tepat.
"Alhamdulillah, aku nggak terlambat."
Baru saja Aira ingin duduk, sebuah suara menginterupsinya sehingga membuat gadis itu mengurungkan niat dan tetap berdiri.
"Siapa bilang kamu nggak terlambat?!"
Bola mata gadis itu membesar beberapa saat kemudian. Dia menoleh perlahan dan langsung mendapati Axel yang sedang berkacak pinggang dengan sorot mata yang melotot tajam, setajam silet.
Meski menggunakan pakaian kasual serba hitam, seperti topi hitam, kacamata hitam, celana hitam, sepatu hitam, dan tak lupa jaket kulit yang membuat penampilannya semakin tampan. Tapi tetap saja Aira dapat mengenali jika itu adalah bos-nya yang super galak.
Axel memang tampan, Aira membenarkan hal itu di dalam hati. Tapi kalau begini penampilannya, Axel tidak terlihat seperti bos. Malah kesannya seperti preman yang begundalan atau lebih mirip dengan mafia-mafia di film yang pernah ia tonton bersama kakaknya Sandy beberapa waktu itu.
"Se-selamat pagi, Pak Axel," sapa Aira. Tidak bisa dibohongi dia sedikit gemetar melihat aura mencekam dari wajah sang bos.
"Kamu terlambat, Aira!"
Aira gelagapan. Ia mengernyit bingung, sebelum melirik jam yang melingkar di tangannya.
"T-tapi, Pak. Sekarang baru saja pukul 7.22 dan saya sudah berada di kantor sebelum waktunya."
"Tidak bisa!" sergah Axel melepaskan kacamata hitamnya. "Kamu tahu, 'kan, jadwal masuk di kantor saya? 7.20 sudah harus stay di ruangan! Kamu lihat sekarang jam berapa? Time is money. Kamu terlambat dua menit, Aira! Dua menit!"
Gadis dengan hijab hitam itu menghembuskan nafas lelah. Katanya, direktur tidak pernah menampakkan dirinya dihadapan para karyawan kantor. Tapi ini apa? Sepagi ini saja dia sudah mengomeli Aira habis-habisan padahal dia hanya telat dua menit?
Ya Allah bukankah yang terpenting Aira sekarang sudah di sini?
"Maaf, Pak, saya salah. Lain kali saya akan berusaha agar tidak terlambat lagi," sesal Aira. Dia mengalah sebab tahu jika dirinya memang bersalah.
"Tunggu sebentar!" Axel menaikkan sebelah alisnya, meniti wajah Aira meski dia selalu mengalihkan pandangan ke arah lain.
Jika perempuan lain ditatap sedemikian rupa oleh pria tampan, mungkin kebanyakan akan salah tingkah atau melting. Tapi, kenapa perempuan ini sama sekali tidak merespon apa-apa?
Setidaknya, itu adalah pemikiran konyol yang sedang berlari-lari di otak Axel sekarang ini.
"Ada apa, Pak? Apakah ada yang salah lagi dengan penampilan saya?" tanya Aira dengan gamblang. Sebab seperti hari lalu, Axel juga selalu mempermasalahkan pakaiannya. Lalu sekarang apa lagi?
Axel berdeham. "Bukankah kamu karyawan baru?"
Aira lantas mengangguk sopan.
"Cih!" decih Axel. "Kamu, ya! Sudah tahu masih baru di sini, kenapa kamu berani terlambat, hah?! Dan ini?" Axel menunjuk sekeliling ruangan. "Kamu diterima dibagian keuangan? Apa tidak salah si Adrian bodoh itu?" Axel berdecak sambil geleng-geleng tak percaya dengan kenyataan yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Allah To Aira
Spiritüel"Aira, menikahlah dengan saya," pinta Axel pada perempuan berhijab di depannya. "Maaf, saya tidak bisa." "Kenapa?" Aira tersenyum. "Saya hanya ingin menikah dengan laki-laki yang mau berjanji untuk menundukkan pandangannya terhadap wanita lain." "Sa...