Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kebetulan.
Iya, menurut gue ini sebuah kebetulan yang sangat ajaib.
Pasalnya. Setelah gue mengantar mama ke acara arisan rutin bulanannya ke salah satu rumah sahabatnya, dengan sedikit bete gue melimpir sebentar kesebuah cafe yang ada di pinggir jalan.
Sengaja nggak langsung balik kerumah, karena males. Lagian ini kan malam minggu. Sekali-kali gitu gue menghirup udara segarlah, daripada ngerem dikamar melulu.
Cuma, yang niatnya gue iseng eh malahan duduk lama karena cafe menyuguhkan live music yang bikin betah banget.
Eh tapinya bukan itu aja yang buat gue semakin lama duduk disini, melainkan ada sosok yang sangat gue kenal.
Elah bukan Yoga.
Belakangan anak satu itu nggak tau kenapa, berubah drastis banget. Mungkin agak sehatan kali ya.
Atau mungkin dia capek sama dirinya sendiri yang selalu kepo-in hidup sekelilingnya.
Entahlah.
Yang pasti bukan Yoga.
Tebak siapa?
"Nggak nyangka lo tau daerah sini", ujar Roby santai, tapi gue tau banget kalau ketua tim basket itu sedikit menyindir gue.
Secara ya, hampir semua anak-anak yang masuk ke dalam tim basket itu tau kalau gue emang orang yang tipikal jarang keluar. Soalnya, setiap mereka ngomongin tempat nongkrong yang lagi hits gitu, gue cuma cengo kaya kambing congek.
Gue pun mendengus kesal, "abis nganterin nyokap kerumah temennya."
"Wih, anak berbakti banget deh."
Gue pun merotasikan kedua bola mata gue malas. Udah pasti seonggok makhluk kelebihan kalsium itu menyindir gue lagi. Yang jelas gue males banget kalau Roby dalam mode kaya gini.
Nyebelin.
"Gue sih emang berbakti, emangnya lo!" ujar gue sedikit ketus.
Sementara Roby malahan ketawa.
Sialan.
"Lo tau Arga?"
Iya, itu gue yang nanya. Bukan si Roby yang lagi menyeruput minuman cappucinonya.
Nyaris aja Roby menyemburkan cappucinonya kalau nggak dia langsung telan paksa minumannya itu.
"Kenapa lo tiba-tiba nanya adek kelas?"
Wajar aja sih dia terkejut, soalnya nggak ada angin nggak ada hujan gue tiba-tiba aja menanyakan sosok adek kelas tersebut.
Serandom itu gue.
Merasa kasian, gue pun menyodorkan air mineral kearahnya, meskipun mendapat tatapan kesal dari Roby tapi ujungnya di terima juga sama tuh anak satu.
"Nanya aja, kayanya dia sering banget nonton tim basket latihan."
"Jangankan latihan, tim basket kita ada pertandingan juga tuh bocah nonton."
Jawaban Roby malah membuat gue bingung. Jadi, selama ini emang tuh adek kelas satu rajin nontonin tim basket?
"Kenapa lo nanya?"
"Iseng aja."
Sebenarnya gue merasakan tatapan penuh kekepoan Roby, tapi gue abaikan aja. Pura-pura nggak peka.
"Tapi kayanya kemaren dia absen deh nggak nonton tim basket kita latihan."
"Oh."
Iya emang, kemaren gue juga nggak liat dia di bangku penonton sih.
"Tumben lo ngeh sama orang",
Lagi-lagi gue disindir sama makhluk nyebelin itu.
Semuanya juga tau (kali) secuek apa gue orangnya.
"Gimana nggak ngeh kalau sebelum atau sesudah latihan mendadak dia ngintilin gue melulu."
"Lah, gue kira lo udah tau kalau dia suka sama lo."
"Hah?"
"ㅡeh mampus gue. Ja, lo jangan bilang ya kalau gue ngasih tau lo. Nggak sengaja keceplosan."
Lebih dari definisi rese kan ya?
. . .
Roby Purnama, seorang ketua tim basket sekolah. Anaknya tinggi, lumayan pinter, kadang kalau lagi otaknya bener ya sifat leadership-nya keluar, peduli banget dia sama anggota timnya, cuma kalau lagi gesrek yaudah orangnya mirip kaya stand up comedy.
Dan gue nggak lagi promosikan dia ya. Lagian, orangnya udah lakuㅡeh taken maksudnya sama mba-mba mahasiswa yang katanya sih temen abangnya.
Tapi, disini bukan mau bahas tentang Roby yang hidupnya lurus kaya jalan tol.
Melainkan ucapan yang keluar dari mulutnya yang licin kaya oli itu. Kenapa dia bisa ngomong kaya gitu ya?
Nggak lagi ngerjain gue juga kan?
"Katanya nganterin nyokap lo, kok malah kemari? Nggak jadi, Ja?" tanya Yoga dengan herannya, mendapati gue yang tiba-tiba udah berada di rumahnya.
Iya, setelah minta penjelasan sama Roby sialan itu gue pun langsung melesat ke arah rumah Yoga yang nggak jauh dari rumah gue.
"Lo nggak nyuruh gue masuk?"
"Biasanya lo langsung nyelonong aja elah."
Orang ya kalau baru nyampe itu ya suruh masuk dulu, suguhin minuman segar. Bukan di todong pertanyaan kaya gini.
Tapi, emang bener juga sih. Biasanya kalau udah dirumah Yoga gue suka nganggapnya dirumah sendiri.
Hehe.
Seneng kan ujungnya Yoga kembali ke cerita hidup gue?
"Jadi ada angin apaan lo kesini?"
Setelah masuk dengan nggak tau dirinya, gue pun mendudukan diri di sofa ruang tamu. Mengabaikan eksistensi yang punya rumah.
"Lo tau Roby kan?"
Gue langsung menanyakan sosok ketua tim basket gue yang udah berhasil bikin gue cnat-cnut beberapa jam yang lalu.
Sementara Yoga melihat gue seakan heran.
Lah iya sih, siapa yang nggak tau ketua tim basket yang popularitasnya diatas rata-rata tersebut?
"Lo tau kalau dia kenal sama Arga?"
Sekarang raut muka Yoga berubah. Dari yang terheran-heran menjadi ke raut muka 'yaelah'.
"Jadi ini masih berhubungan sama adek kelas itu lagi?"
Gue hanya bisa menganggukkan kepala gue.
"Cinta segitiga nih?"
"Bukan bangsat! Lo pasti kaget kalau gue ceritain ini."
Biasanya seorang Yoga yang memberikan suatu informasi ke gue, sekarang kayanya kebalik deh. Malahan gue yang ngasih dia sebuah informasi.
Sebenernya sih bukan itu.
Melainkan, ada sesuatu yang mau gue tanyain ke Yoga juga mengenai si adek kelas ini.