Chapter; 07

15.6K 2K 141
                                    

🐥🐥🐥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐥🐥🐥

Wonwoo menghempaskan tubuh lelahnya diatas kasur kesayangannya. Duarius ini mah, Wonwoo cape pake banget. Hari ini banyak banget kegiatan yang dia kerjain.

Dari ngerjain revisian skripsi, nganter Jihoon ke mall buat cari hadiah, dengerin Bunda nya yang ngomel di telfon karena katanya dia nyusahin Jun padahal enggak sama sekali, dan masih ada beberapa kegiatan yang berhasil menguras seluruh tenaga jiwa dan raga Wonwoo.

Oke, yang barusan terlalu berlebihan.

Di hari esok tentu masih ada yang harus Wonwoo laksanakan. Salah satunya adalah bimbingan bersama Pak Mingyu. Skripsi miliknya sudah maju menuju Bab III. Dan semoga saja kali ini tidak ada kesalahan yang Wonwoo buat. Karena ini Bab III, Bab inti loh. Perlu tenaga ekstra untuk memperbaikinya bila sampai ada kesalahan sedikit saja.

Wonwoo pun bangkit dari posisi berbaring dan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Demi apapun, badan Wonwoo rasanya lengket dipenuhi dengan keringat yang membuatnya sangat tidak nyaman.

"Gue abis nguli apa?" gumam Wonwoo saat melepas kaos dan kemeja yang ia pakai.

Beberapa menit kemudian, ia telah menyelesaikan acara mandinya dan telah berpakaian lengkap saat keluar dari bilik kamar mandi. Lebih fresh.

Saat Wonwoo sedang mengeringkan rambut basahnya, sebuah notifikasi pesan muncul dengan bunyi khasnya. Lelaki manis itu pun memberhentikan kegiatannya sejenak untuk melihat siapa yang telah mengiriminya pesan di malam hari seperti ini.

Padahal biasanya gak ada notif sama sekali.

Disana ada 2 pop up pesan. Ada nama Pak Angkasa dan Rajuna disana. Tetapi Wonwoo hanya memfokuskan atensinya pada pesan yang baru saja dosen pembimbingnya itu kirimkan.

Whatsapp

Pak Angkasa :
Selamat malam, Sabiru.
Saya tidak bisa menemani kamu untuk bimbingan besok, anak saya sakit dan saya tidak bisa meninggalkan Yera sendirian.

"Eh, Yera sakit?" ujar Wonwoo. "Apa perlu gue tanyain sakit apa? Ah, entar dikira sok akrab lagi," lanjutnya dengan bibir mengerucut kecil.

Wonwoo pun mengetikkan beberapa kata untuk membalas pesan dari Mingyu.

Me :
Malam pak, yaudah gapapa hehe

Wonwoo tertawa merasa geli pada diri sendiri membaca apa yang telah ia ketik. Singkat padat dan jelas. Duh padahal Wonwoo tuh bingung mau ngebales apa sama Pak Mingyu.

Tidak ada tanda-tanda pesannya telah terbaca. Wonwoo pun memutuskan untuk bertanya perihal Yera yang sedang sakit. Sksd dikit gak dosa kan ya :)

Me :
Maaf lancang pak, kalo boleh tau Yera sakit apa?

Bermenit menit berlalu, masih tidak ada balasan dari Mingyu. Wonwoo gregetan sendiri nungguinnya. Ia pun memutuskan untuk pergi kedapur. Perutnya keroncongan minta diisi.

Wonwoo membuka laci tempat mie instan disimpan. Ia akan memasak mie dengan telur untuk makan malam kali ini.

Tapi lagi-lagi kegiatannya harus terhenti karena sebuah nada panggilan yang masuk kedalam telepon genggamnya. Terpaksa Wonwoo harus menyimpan kembali mie yang akan ia masak dan merogoh handphone yang ada dalam saku kantongnya.

"Lah?! Pak Angkasa?" Wonwoo refleks memekik tertahan saat nama Mingyu tertera disana. Untuk apa dosennya itu melakukan panggilan seperti ini? Ini sangat sangat bukan Pak Mingyu yang dikenalnya sekali.

Chat aja cuma beberapa kali doang dan itupun ngomongin skripsian, lah ini ujug-ujug nelpon?! Kan Wonwoo jadi terheran-heran dibuatnya.

Tidak mengurangi rasa hormat, Wonwoo pun memencet icon berwarna hijau untuk menerima panggilan dari dosbingnya itu. Dan kata perdana yang Wonwoo terima adalah sebuah rengekan manja dari seorang anak perempuan. One and only, ini pasti Lembayung Yera Hardian.

"Bunaaaa~~"

Wonwoo kaget dong dengernya! Padahal udah perjanjian sama ni cimit satu kalo dia gaboleh panggil Wonwoo Buna di depan Pak Mingyu. Yang bener aja! Nelpon aja lewat hp Pak Mingyu, otomatis duren itu pasti denger panggilan dari Yera tadi.

Emang lawak nih anaknya Pak Angkasa.

"Eh Yera? K-kenapa panggilnya gitu?" jawab Wonwoo agak gelagapan.

"Yera demam Buna~ hiks.."

Duh, Wonwoo tambah pusing karena Yera malah menangis dan mengadu bahwa ia sedang demam. Wonwoo seketika dilanda perasaan bersalah karena telah memberikan Yera harapan dengan mengizinkan anak ini memanggil dirinya Buna. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana saat bertemu Mingyu nantinya. Papa muda itu pasti terkejut karena sebutan yang Yera berikan untuknya.

"Yera kenapa nangis, hm? Bukannya lagi sakit ya?" Wonwoo mengesampingkan urusannya dengan Mingyu nanti dan lebih memilih urusan Yera yang sedang merajuk sekarang.

"Aaaa Yera rindu Buna Wonu~ Yera hiks ingin dijenguk Buna Wonu.." Yera terus saja terisak di seberang sana membuat Wonwoo merasa iba.

Wonwoo menghela nafasnya sejenak. "Boleh Yera kasihin dulu hp nya sama Pak Angkasa?"

"Hmm asal Buna Wonu jenguk Yera, ya ya?"

Wonwoo menepuk pelan dahinya. Ia sungguh pusing hari ini. "Iya, tapi kakak gak janji ya. Sekarang mana Papa nya?"

Terdengar suara kecil Yera yang berbisik disana. "Papa, ini Buna Wonu ingin mengobrol dengan Papa."

Sialan! Malah dibilangin gitu lagi!

"Halo Sabiru?" suara anak kecil tadi kini telah tergantikan dengan suara bariton orang dewasa. Wonwoo berjengit kecil saat suara Mingyu tiba-tiba saja menyapa gendang telinganya.

"Halo Pak. Emm, ada apa ya bapak nelpon saya?" tanya Wonwoo to the point.

Sebuah helaan nafas kembali terdengar di telinga Wonwoo. "Yera menangis dan paksa saya untuk nelpon kamu. Maaf mengganggu waktunya, Wonwoo."

Wonwoo tetap menggeleng walaupun Mingyu tidak bisa melihatnya. "Enggak kok Pak. Saya gapapa,"

"Dan," Mingyu berdehem kecil. "Untuk panggilan Yera tadi, sejak kapan anak saya manggil kamu dengan sebutan itu?"

Mampus lo Biru! Wonwoo pengen misuh-misuh kan jadinya. Wonwoo mengusap tengkuknya yang terasa kaku akibat pertanyaan yang terlontar dari Mingyu barusan. Wonwoo terus memutar otaknya agar mendapat jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu.

"Ituㅡeh gimana ya Pak ngomongnya." Wonwoo beneran gugup sekarang. Padahal pertanyaannya cukup mudah untuk dijawab. Tetapi jika Pak Mingyu yang bertanya memang beda lagi urusannya.

"Jujur saja. Saya gak akan marah ke Yera ataupun kamu, Sabiru." Mingyu masih berujar dengan notasi yang amat tenang. Gak tau aja kalo yang ditanya udah mau kejang-kejang.

Wonwoo mengambil nafasnya dan mengeluarkannya dengan pelan, terus menerus sampai ia siap bercerita pada Mingyu. Heleh banyak intro, tinggal ngomong doang kok kayak berat banget gitu.

"Umm, jadi gini, anak bapakㅡ"

"Gausah kamu ceritain sekarang. Saat bimbingan nanti saya akan tagih ceritanya. Besok bisa kan datang ke apartemen saya?"

Bunda~ Wonwoo spot jantung dadakan:(

TBC

Eh Pak, calon orang lain jangan diajak ke apartemen anda sembarangan😣

Aku ngaret update:(

Ada yang nungguin ff ini update gak? Gak ada ya? Oke sip makasih:)

Next gak nih? 🐥

©Suni💛

Heart Sound » Meanie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang