Chapter; 21

15K 1.8K 238
                                    

🐥🐥🐥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐥🐥🐥

"Bunaaaaa!~"

Teriakan itu menjadi penyambut Wonwoo saat menginjakkan kakinya ditempat ini. Dimana hayo? Di rumah orang tuanya Pak Angkasa dong.

Tapi sebelum Pak Angkasa ngajak Wonwoo kesini, dia ngajak Wonwoo ke pemakaman dulu. Ke tempat peristirahatan terakhir mendiang istrinya.

Gak tau punya motif apa duda anak satu ini ngajakin Wonwoo kerumah orang tuanya. Wonwoo tadinya pengen kabur aja, tapi ya gimana caranya anj! Susah duh, orang Pak Angkasa gak ngelepas tautan tangannya di tangan Wonwoo daritadi.

Bukan apa-apa loh, cuman ini ada maksud apa Pak Angkasa ngajakin dia kesini? Ini Wonwoo baru selesai sidang bukannya cipika cipiki sama temen-temennya malah diculik dadakan gini sama manusia jangkung disebelahnya.

"Uuuuu ternyata Papa gak boongin Yera, Papa beneran bawa Buna Biru kesini!"

Yera memekik dengan semangatnya. Ia merasa senang demi apapun. Pasalnya, tadi sebelum Papa nya pergi Yera sempat merajuk karena ingin ikut.

Tapi Mingyu tidak memperbolehkannya ikut, dengan memberikan janji pada Yera bahwa ia akan membawa Buna nya kesini.

Yera bahagia dong! Berarti dia gak di kibulin sama bapaknya.

Yera kini sudah ada dihadapan Wonwoo, memeluk kakinya erat. Lalu ia mendongkak dengan tatapan mata berbinar.

"Buna~ Yera rindu huhu,"

Lelaki manis itu tekekeh kecil dan mengusap pucuk kepala Yera pelan. Wonwoo berjongkok guna mensejajarkan tinggi badannya dengan Yera.

"Rindu aja atau rindu banget?"

"Rinduuuuu sekali!!" Yera berhambur memeluk Wonwoo yang ada dihadapannya.

Wonwoo hampir aja kejengkang kebelakang. Tapi dia bisa ngerasain ada tangan lain yang nahan punggungnya dari belakang. Tanganya Pak Angkasa.

"Yera, nenekㅡloh? Kamu bawa siapa, Gyu?"

Nyonya Hardian terkesiap saat melihat sang cucu sedang memeluk manja seseorang yang tidak dikenalinya. Sontak saja pemandangan itu membuatnya terkejut. Beliau mengalihkan atensinya pada sang putra, meminta penjelasan.

Wonwoo udah panas dingin aja sekarang. Tangannya dingin, tapi pipinya panas. Tipikal orang gugup. Wonwoo ngedadak takut pas liat ibu nya Pak Angkasa nyamperin mereka bertiga di teras depan.

"Nenek! Papa bawa Buna Biru!" pekik Yera setelah ia melepaskan pelukannya.

Nyonya Hardian tersenyum ramah. Jadi ini Buna Biru yang selalu diceritakan oleh cucunya? Orang yang sudah membuat putranya bimbang akhir-akhir ini? Anaknya ternyata manis. Manis sekali.

"Ini Sabiru Wonwoo, Ma." Mingyu memperkenalkan Wonwoo pada sang ibu.

Wonwoo tersenyum kikuk dan mengangguk kecil, membuat Nyonya Hardian yang melihatnya terkekeh karena gemas. Pantas saja cucunya ini sangat menyukai Buna Biru. Beliau sekarang mengerti mengapa Yera bisa sesenang itu ketika menceritakan tentang Wonwoo padanya.

Heart Sound » Meanie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang