Aku suka sekali menangisimu,
Maksudku,
Aku pernah berpikir kita hanyalah sebuah garis bujur dan lintang,
Yang tidak akan mencapai titik temu,
Tapi setidaknya, kita bersinggungan.Lebih menyakitkan lagi,
Saat aku merasa hanya garis sejajar saat di hadapanmu,
Yang mana hanya saling pandang,
Selalu berjarak,
Dan tidak tersentuh.Tapi hidup tidak sesederhana garis ya,
Lebih misterius dan rumit.Seperti pertemuan-pertemuan kita.
Di kereta misalnya.
Sebenarnya biasa saja.
Tapi kejadian-kejadian selanjutnya yang luar biasa.Seperti saat mantanmu memesan buku di Shoping Book Center,
Dan aku menemanimu.
Saat kemudian kau mengajakku ke Solo,
Dan aku dengan semangat setuju.Di kereta prameks itu,
Tidak ada yang spesial,
Masih sangat biasa saja.
Yang luar biasa itu saat kau menggenggam tanganku menyeberang jalan.
Hangat dan dingin.
Genggamanmu hangat, tapi sikapmu dingin.
Genggananmu hangat, tapi saat terlepas itulah udara buat telapakku kering.Tidak ada yang pernah bertanya,
Kapan dan mengapa aku jatuh cinta padamu.
Dan aku mencintaimu lagi lebih dalam,
Saat itu.
Sebab dari digenggam olehmu,
Aku merasa ada lelaki rapuh yang butuh ditemani,
Butuh didukung dalam menghadapi dunia yang memang jahat.Tapi yang jatuh cinta hanya aku, kan?
Kamu?
Masih penuh,
Bersama rasa sakit dan kehilangan.Yang menyayangimu,
Awa.Surakarta, 23 Oktober 2019