Diary

9.9K 601 6
                                    

Happy reading

Aurora mengamati kamarnya yang sudah jarang dia tempati. Namun kamarnya masih tetap rapi dan bersih, mungkin Mama Aurora membersihkannya setiap hari. Hari ini Aurora dan Kairo berkunjung ke rumah orang tua Aurora karena Kairo besok harus pergi ke luar kota. Kairo tak mungkin meninggalkan Aurora di rumah sendirian.

Aurora beralih ke rak buku miliknya. Aurora suka sekali mengumpulkan novel-novel romance tapi dia tidak mendambakan kejadian romance terjadi di dalam hidupnya, dia hanya suka melihat kejadian itu terjadi pada orang lain. Aneh? Mungkin tidak menurut Aurora.

Saat dia akan mengambil satu buku, sebuah buku berukuran kecil berwarna merah jambu tiba-tiba terjatuh. Ah, Aurora jadi teringat. Bukankah ini buku diary miliknya?

Aurora segera mengambil dan membaca diary itu sambil duduk bersilang di lantai.

Hore~
Hari ini, Bandung sejuk banget. Aku suka, aku suka. Rindu Nenek, rindu Kakek, Om Dhani sama Tante Nadi~

Kemudian Aurora membuka lembaran selanjutnya.

Aku ga tau arti cinta itu apa? Apakah aku merasakannya saat ini? Setiap aku melihatnya, hatiku terasa hangat~

"Najis ih. Beneran ini aku yang nulis? Kok geli banget ya?"

Aurora lupa kapan dia menulis ini, mungkin saja saat dirinya baru masuk kuliah. Bahkan Aurora lupa siapa yang dia taksir sampai-sampai Aurora menuliskan hal menggelikan itu. Aurora pun membuka lembaran lain,

Mungkin ini kali ya efek berharap penuh sama manusia? Ternyata sakit banget ya. Ya Allah, maafin aku karena aku mencintai makhluk-Mu lebih dari Engkau.

Aurora mengingat-ngingat, sepertinya ini dia tulis ketika dirinya patah hati. Kemudian Aurora teringat, dia pernah menyukai seniornya yang dia temui saat ospek. Aurora memilih cinta dalam diam saja namun sayangnya seniornya itu sudah memiliki pacar. Aurora buka lembaran selanjutnya.

Biar ayahku saja yang memilihkan pasangan halal untukku. Aku tak mau lagi berharap, aku tak mau terjatuh untuk kedua kalinya dengan rasa sakit yang sama.

Suara ketukan pintu menghentikan Aurora membaca diary.

"Siapa?"

"Saya." suara tegas yang sangat Aurora kenal. Suara Kairo.

"Masuk aja Mas. Pintunya nggak dikunci."

Kairo masuk dan membanting tubuhnya diatas kasur Aurora. Tidak peduli dengan apa yang Aurora sedang kerjakan. Aurora berdecak kesal melihat kasurnya menjadi berantakan.

"Kebiasaan deh."

Kairo memejamkan matanya, satu tangannya berada diatas dahinya.

"Itu apa?" Kairo bertanya tanpa membuka matanya.

"Diary yang aku tulis waktu SMA tapi terakhir kali tulis sampe S1."

"Oh." Kemudian tidak ada suara lagi di antara keduanya. Keduanya terlarut dengan kegiatan masing-masing.

"Ra, saya pernah bilangkan kamu jaga jarak sama Gio."

"He'em," jawab Aurora santai. Kairo mendengus tak suka. Memang, Kairo sempat melihat Gio masih berkeliaran di sekitar Aurora seperti saat Kairo menjemput Aurora di kampus istrinya itu.

"Apa perlu saya yang turun tangan?" Aurora segera menutup buku diary-nya itu dan mengembalikannya ke rak buku.

"Mas cemburu?" Aurora berdiri disamping kasur sambil berkacak pinggang.

One Day For Ever (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang