Si Laki-laki Berkacamata

7.6K 508 6
                                    

Happy reading.

"Ra, adikmu itu siapa namanya?" Aurora memasukkan buku binder ke dalam tasnya. Kelasnya baru saja selesai.

"Kenapa? Adikku ada dua, Arya sama Ardi."

"Nah iya! Si Arya. Adekmu itu loh gemesin, ganteng pula lagi." Afifah menyengir. Aurora menggelengkan kepalanya.

"Ya Allah, Fah! Masih SMA loh dia mau kamu embat?"

"Ya gapapa? Sekarang kan lagi jamannya bronis, brondong manis hihi." Afifah memainkan kedua alisnya.

"Afifah, sayangku. Kamu nggak lupakan sama peraturan keluargaku kalau kami dilarang pacaran."

"Beneran, Ra? Di jaman sekarang masih ada aturan kayak gitu? Tapi aku ga yakin Arya jomlo. Bisa aja kan dia punya pacar di sekolahnya?"

Afifah dan Aurora keluar dari kelas. Mereka berjalan di sepanjang lorong fakultas.

"Memangnya salah? Ayahku ngasih aturan itu biar anaknya nggak salah langkah. Masalah Arya pacaran atau nggak. Aku yakin dia lebih milih pacaran sama buku daripada cewek."

"Selain ganteng. Pinter juga ya? Gemesin banget!" Aurora memutar bola matanya. Kantin begitu ramai, Aurora sungguh malas harus kesana. Selain ramai ada banyak asap rokok disana. Apa gunanya sih rokok itu? Yang ada membuang uang dan merusak paru-paru. Cih! Aurora benci lelaki perokok.

"Fah, jangan ke kantin deh. Banyak banget cowok disana terus asap rokok juga."

"Ya ampun, Ra. Namanya kampus banyak mahasiswanya lah."

"Mending di taman aja deh kita duduknya. Disana lebih asri lagi dibawah pohon." Aurora tersenyum memohon agar temannya itu luluh.

"Ribet ya kamu, Ra. Aku ke kantin bentar mau beli roti dari pagi aku belum makan." Afifah hendak berbalik tapi Aurora menghalanginya.

"Sekalian dong aku nitip juga hehehe. Sini tas sama bukumu tak bawakan."

"Ada maunya baik banget ya, Ra. Dasar princess Aurora." Afifah mendengus tapi tetap membelikan Aurora.

Taman tak jauh dari kantin. Di taman itu banyak pohon rindang dan ada sebuah ayunan. Kebetulan ayunan itu kosong, Aurora duduk disana. Dia mengeluarkan diary nya. Aurora bukan orang yang puitis tapi dia suka menulis. Menulis apa yang dia lihat dan dia rasakan.

Ponsel Aurora bergetar, satu pesan dari Afifah.

Afifah :
Ra! Maaf aku duluan ke kelas. Pak Fahmi udah masuk nih. Cepetan!

Aurora menepuk jidatnya. Setelah ini kan dia masih ada kelas lagi. Aurora membereskan seluruh buku-bukunya lalu pergi tergesa-gesa hingga tak sadar buku diary kesayangannya tertinggal di ayunan.

"Hey! Ini buku diary-nya ketinggalan." Aurora tidak peduli dengan suara yang memanggilnya atau siapapun itu. Yang pasti Aurora harus masuk ke kelas sebelum dosen mengusirnya dari kelas karena masuk terlalu lama.

***

Aurora menatap lekat layar ponselnya. Foto si laki-laki berkaca mata masih Aurora simpan di galerinya. Aurora tak pernah sekali pun melihat lelaki ini tapi kalau dilihat dari cara berpakaian sepertinya laki-laki ini berfoto saat masih kuliah karena laki-laki itu menyandang tas ransel. Apa mungkin waktu kuliah S1 ya? Tapi dimana?

Aurora meletakkan ponselnya diatas nakas dan bersiap untuk tidur.

"Udah mau tidur, Ra?" Kairo baru saja keluar dari kamar mandi. Laki-laki itu menggosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk.

One Day For Ever (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang