Epilog

12K 505 7
                                    

10 bulan kemudian..

Kairo menghembuskan napasnya mencoba menahan amarah di dadanya. Staf keuangan kantornya melakukan kesalahan yang membuat kepala Kairo pening. Laporan akhir tahun mengalami kesalahan dalam perhitungan dan sangat sulit sekali untuk merombaknya kembali di waktu yang semepet ini. Jika sebelumnya Kairo akan membentak-bentak stafnya dalam rapat maka sekarang Kairo merubah kebiasaannya itu.

Kata Aurora, semua manusia tidak pernah jauh-jauh dari yang namanya kesalahan dan dosa. Daripada harus marah-marah dan mengeluarkan kata yang menyakitkan kepada karyawannya lalu menciptakan dosa yang baru lebih baik Kairo diam menenangkan diri dan memaafkan kesalahan karyawannya itu. Tidak lupa berpikir jernih mencari penyelesaian untuk masalahnya.

Istri cerewetnya itu memang keren sekali.

"Yan, menurutmu gimana buat ngatasin masalah laporan keuangan akhir tahun ini?" tanya Kairo pada sang sekretaris.

"Menurut gue sih mending tugas ini kita alihkan aja ke Mbak Mey lagian laporannya dikasih nggak sekarang kan? Dua hari lagi kan?"

"Kamu yakin? Dua hari lagi buat menghitung ulang laporan itu kayaknya harus dipikiran lagi."

"Santai, Kai. Mbak Mey itu karyawan yang detail banget kalau urusan hitung menghitung cuma emang sebelum kita nyerahin semuanya ke Yoga, gue lupa Mbak Mey bisa diandalin urusan beginian."

Alfian memang terlihat santai tapi dia orang yang teliti dalam menilai orang maka dari itu Kairo memilihnya sebagai sekretarisnya hingga sekarang.

"Oke, saya pegang kata-katamu. Hubungi Mbak Mey itu buat ketemu saya selesai makan siang nanti."

"Sip!" Alfian mengacungkan jempolnya namun sebelum Alfian berbalik Alfian bertanya lagi.

"Gimana kabar istri lo?"

"Ngapain nanya istri saya?"

"Dih! Protektif banget lo jadi lakik. Nanya doang etdah nggak usah cemburu najis gitu deh."

"Ini masih jam kerja dan kembali bekerja." Alfian memutar bola matanya dan keluar dari ruangan si manajer keuangan itu.

Kairo mengambil ponselnya yang terletak diatas meja, menghubungi seseorang. Suara perempuan terdengar dari sana.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Nanti aku kayaknya pulang agak maleman."

"Kenapa gitu?" sesi kepo pun dimulai. Kairo tersenyum.

"Ada masalah disini. Staf keuangan yang ngerjain laporan akhir tahun nggak teliti dan akhirnya berantakan."

"Terus Mas nggak marahin mereka kan?"

"Nggak sih. Ada orang yang pernah bilang ke aku, 'jangan buat dosa baru deh lewat mulut. Udah tau lisan itu sumbernya dosa'." Kairo memperagakan suaranya seperti suara Aurora. Walaupun tidak akan bisa sama.

"Yang bilang gitu pasti orangnya cantik jelita hihihi." Suara kekehan yang dirindukan Kairo terdengar.

"Cantiknya sih tapi ga rela bagi-bagi," ucap Kairo menirukan iklan yang pernah ditayangkan di televisi. Lagi, yang terdengar suara tawa renyah sang istri dari balik sana.

"Gombalnya nggak kretif banget hahaha. Jadi makan siang Mas gimana? Maaf ya aku nggak masak."

"Nggak apa-apa. Nanti aku makan sama Alfian aja diluar. Kamu udah makan, Ra?" Untuk hari ini Kairo pertama kali tidak membawa bekal dari rumah karena kondisi Aurora sedang tidak enak badan.

"Belum, Mas. Mulutku rasanya pait banget."

"Makan Ra. Sesuap dua suap juga ga apa-apa yang penting kamunya makan atau mau dibeliin sesuatu biar pas pulang aku beliin."

One Day For Ever (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang