Rumah Baru

14.9K 862 9
                                    

Happy reading.

Aurora menganga. Ini beneran bakal jadi rumahnya? Kok kayaknya besar banget ya? Memangnya seberapa kaya sih Kairo ini! Yang Aurora tahu, Kairo itu manajer bagian keuangan. Aurora juga jarang bertatapan langsung dengan Kairo kecuali dalam rapat. Kairo memang mantan bosnya tapi semua pekerjaan Aurora akan Aurora serahkan ke kepala divisi.

"Mukanya biasa aja." Kairo menatap datar Aurora. Aurora berdecih mulai tidak tahan dengan semua tingkah cuek Kairo.

"Apa sih, Mas! Serba salah aja aku tuh di mata kamu!" Aurora sebal, sangat sebal terutama Kairo dengan seenak jidatnya tidak merespon malah meninggalkan Aurora begitu saja!?

"Semua furniture yang udah kamu pilih akan dikirim hari ini. Jadi besok kita tinggal terima beres, kamu cuma bawa pakaian sama koper aja."

Semuanya memang pilihan Aurora. Dari mulai sofa hingga meja makan dan perlengkapan masak bahkan sampai tempat tidur juga. Pokoknya semuanya pilihan Aurora! Awalnya Aurora masih tetap nggak percaya. Aurora mengira suami cueknya ini kesurupan.

Ah palingan dia males milihnya dan ngelempar semuanya ke aku.

Kairo mengajak Aurora untuk pulang ke rumah mertuanya. Untuk sementara ini Kairo harus bertahan di rumah mertuanya memang sih Kairo masih merasa segan dengan keluarga Aurora karena perkenalan yang sangat singkat. Kairo memandang istrinya yang duduk disamping kemudi, Aurora sibuk menatap keluar jendela. Kairo menghela napasnya, dia ingin sekali mengelus puncak kepala istrinya itu. Sayangnya keberaniannya masih menciut, Kairo tidak mungkin tidak sadar akan rasa penasaran istrinya itu. Dari mulai Kairo yang mendadak menikahi Aurora sampai mereka sah menjadi suami istri.

Aurora melihat keramaian di jalanan. Mobil mereka berhenti sejenak karena lampu merah. Aurora memperhatikan sepasang suami istri disamping mobilnya. Sang istri tampak nyaman memeluk pinggang suaminya, wajah sang istri begitu bahagia. Kalau misalnya dirinya bersama Kairo seperti itu, rasanya gimana ya? Nyaman nggak sih kayak mereka? Aurora menggeleng, menghilangkan pikiran gilanya.

Jangan berharap Esmeralda! Jangan harap Kairo akan mau kayak gitu! Sekarang aja, mobil krik-krik banget!

"Kita singgah ke mesjid sebentar ya. Saya mau dhuha dulu."

"Iya, Mas," balas Aurora singkat.

Mobil Kairo sudah terparkir di sebuah masjid.

"Kamu nggak mau ikut?"

"Mas aja. Aku tetap di mobil."

"Oh." Setelah itu Kairo pergi begitu saja. Aurora merasa geram, rasanya tuh mulut Aurora sudah gatal ingin menyembur Kairo.

Apa tadi katanya? Cuma 'oh' doang?! Hellow!?

Suara ponsel Aurora berdering. Aurora segera mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum. Iya, Fa?"

"Wa'alaikumsalam. Gimana menikah? Enak nggak?"

"Kamu nelfon aku cuma untuk nanyain itu? Sumpah ya, Fa!" ucap Aurora frustasi. Afifah --Teman kuliah S1 Aurora-- terbahak. Afifah sangat mengenal Aurora si ratu ribet dan sekarang temannya itu sudah menikah.

"Habisnya aku kepo banget sama pernikahanmu yang mendadak bin ajaib ini. Setauku kamu nggak pernah deket sama laki-laki."

Aurora mengerucutkan bibirnya. Yah begitu lah, bukan dirinya saja yang takjub dengan pernikahannya melainkan teman-temannya juga.

"Entah lah, Fah. Ada aja rencana Allah  mah."

"Maaf ya. Aku nggak bisa datang karna harus ikut suami kerja diluar kota."

"Nggak apa-apa kok! Minimal kirim kadonya ke rumah aku ya! Kayak kulkas misalnya!"

"Itu sih maunya kamu! Eh btw gimana suami kamu? Orangnya romantis nggak sih? Kamu belum ada cerita!"

Romantis? Aurora tertawa dalam hati. Romantis itu sangat jauh dari Kairo! Hari pertama menikah saja tidak ada obrolan panjang antar Aurora dan Kairo! Bahkan Aurora belum membahas perihal kelanjutan kuliahnya dengan Kairo.

"B aja sih. Lagian aku tuh baru kenal sama dia. Sebelum menikah kita nggak ada pendekatan dan waktu menikah ini lah kita mencoba kenal lebih dekat lagi."

Aurora tidak bohong kan? Aurora memang tidak mengenal Kairo sedikit pun. Yah bagian 'mencoba kenal lebih dekat' anggap saja lah menjadi doa untuk kelangsungan kehidupan pernikahan dirinya dan Kairo.

"Wah! Serius kamu, Ra?! Kenapa kamu terima? Kamu nggak takut apa kayak kejadian-kejadian diluar sana. Yang cerai karena nggak saling mengenal."

Aurora sempat menolak cuma ayahnya saja terlalu semangat dan mengatakan Kairo itu adalah orang yang baik dan akhirnya dengan terpaksa Aurora menerima Kairo sebagai suaminya.

Tapi untuk hal itu, Aurora tidak sampai terpikir.

"Terutama tuh ya, Ra. Suami kamu ternyata suka main tangan. Hih kan serem banget."

Aurora menutup matanya, tak terbayang jika Kairo adalah orang yang suka main tangan.

"Fah!" panggil Aurora penuh penekanan hingga Afifah terdiam.

"Aku percaya kalau Mas Kairo nggak seperti kamu bayangin."

Afifah masih diam.

"Mau bagaimana pun, Ayah aku nggak mungkin dengan gampangnya nyerahin anak gadis satu-satunya ini ke laki-laki sembarangan dan Mas Kairo itu orang yang baik. Aku memang baru tidur satu malam dengan..." Aurora menghentikan kalimatnya. Ini dia ngomongnya ambigu nggak sih? Ah bodoamat lah!

"Pokoknya gitu deh! Dan Mas Kairo juga rajin ngelaksanain shalat sunnah. Orang yang mengutamakan Allah diatas segalanya nggak mungkin salah! Jadi berhenti berburuk sangka sama Mas Kairo!"

Afifah terdiam tapi tak berapa lama Afifah malah menyemburkan tawa.

"Buahahaha! Iya deh iya! Bijak amat sih Ra ngebelain suami! Yaudah deh, sakinah mawadah wa rahmah ya! Nanti kapan-kapan aku bakal main ke rumah barumu bareng suami. Kepo juga sih liat wajahnya 'Mas' mu itu hihihi." Aurora mendengus. Ada rasa tidak rela dalam hati Aurora. Wajar dong? Kan Aurora istrinya.

Dan Aurora pikir-pikir lagi, wajah Kairo memang nggak jelek-jelek banget lah. Apa lagi lesung pipi Kairo menambah ketampanan laki-laki itu. Aurora segera menggelengkan kepalanya. Aurora memuji ketampanan Kairo? Yang benar saja!?

Aurora baru saja memutuskan panggilannya dengan Afifah dan Kairo masuk ke dalam mobil begitu saja tanpa bersuara. Suaminya ini lama juga ya shalat dhuhanya. Suasana kembali hening tanpa suara keduanya, mobil kembali berjalan.

***

Aurora menyeka peluhnya. Membereskan rumah besar sangat merepotkan.

Rumahnya kebesaran isinya cuma berdua. Eh aku nggak bersyukur banget ya? Astaghfirullah. Mikir dong Ra! Masih banyak loh orang yang nggak punya rumah diluar sana! Nggak tau bersyukur emang kamu, Ra!?

Kairo membawa beberapa buku tebal dan berkas-berkas kantor melewati Aurora begitu saja. Aurora sih sudah terbiasa dengan sifat Kairo yang satu ini!?

Kairo berhenti dan berbalik memperhatikan istrinya itu.

"Kamu nyapu?"

Aurora menghentikan kegiatannya menatap balik suaminya itu. Kairo nggak bisa liat emangnya. Jelas-jelas loh sapunya itu di tangan Aurora!? Pake tanya lagi!?

"Iya lah nyapu, masa aku lagi nyabit rumput tetangga disini." Kairo tidak menanggapi omongan absurd Aurora.

"Ngapain kamu capek bersih-bersih pake sapu padahal ada vacum di ruang kerja saya."

Aurora kembali terhenyak.

Hah? Kenapa nggak bilang dari tadi sih Bambang!? Tau gini ngapain juga aku pake sapu. Ya Allah, sabarkan hatiku yang rapuh manja ini.

Kairo mengangkat kedua bahunya dan melanjutkan langkahnya tidak peduli Aurora yang sudah menghentak-hentakkan kakinya. Kairo berniat untuk merapikan ruang kerja barunya. Banyak sekali yang harus Kairo bereskan.

***
Jangan lupa vote dan komen.

One Day For Ever (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang