Eps. 18

522 31 0
                                    

"Sayang"

Ranty dan Yeji menoleh kearah pintu lalu tersenyum melihat Hyunjin sangat tampan dengan balutan jasnya, tengah berjalan kemari.

Dikecupnya kening Ranty juga Yeji yang begitu lama, lembab dan hangat yang diarasakan kedua wanita itu.

"Aku pergi ya?"

"Tau kan alamatnya?"- Ranty.

"Tau kok"

"Yaudah aku anter kedepan"

Hyunjin mengizinkan lalu menciumi wajah Yeji dengan lembut lalu berjalan kedepan pintu kamar adiknya.

"Hati-hati di jalan ya?"

Hyunjin tersenyum manis lalu merangkul bahu Ranty yang lebih pendek dari tubuhnya.

"Iyaa sayang, nanti pulang mau aku bawain apa?"

"Hemmmm ice cream kali ya? sekalian buat Yeji jadi beli yang gede"

Mereka sampai di depan pintu utama dengan sigap Ranty membukakan pintunya lalu Hyunjin keluar.

"Oke, aku berangkat jangan kemana-mana"

"Iyaa"

Hyunjin mengusap pipi Ranty yang sedikit berisi lalu mencium keningnya dan pergi dari hadapan tunangannya.

Di dalam mobil Hyunjin menarik nafasnya lalu menghembuskannya secara perlahan, di tatap bunga cantik di sebelahnya lalu menatap Ranty yang masih setia di depan pintu sampai kemudian dia pergi dari halaman rumahnya.

Sepanjang perjalanan Hyunjin hanya fokus menyetir, sesekali dia bersenandung untuk menghilangkan rasa khawatir dan gugupnya.

Lumayan jauh alamat makam Bangchan, mungkin Ranty melakukan ini semua demi kebaikannya. Setelah sampai Hyunjin kembali mengatur nafasnya dan mengambil bunga dan keluar dari mobil.

Hyunjin berjalan mantap keatas bukit di mana makam Chan di atas sana, sendirian dan tanpa sadar pula kaki Hyunjin sedikit melemah kala melihat rumput hijau dengan batu nisan di atasnya.

Hyunjin mendongak kala air matanya terjatuh, dengan perlahan dia sampai di makam Bangchan lalu duduk di sampingnya.

"Hai chan"

Hyunjin menaruh buket bunga berwarna putih tersebut di atas makam Chan.

"Maaf baru jenguk"

Hanya ada hembusan angin yang sangat tenang menjawab ucapan Hyunjin.

Hyunjin mengusap batu nisan yang bernamakan 'Christoper Bangchan' itu, tanpa ia komando air matanya lolos begitu saja.

"Maaf Chan maaf..."

"... guee kalap..."

"... dendam gue yang begitu besar menutup diri gue..."

"... maaf Chan"

Hyunjin menangis sejadi-jadinya kala mengingat betapa ganasnya dia melukai sahabatnya itu, Hyunjin bersandar di pohon besar yang rindang di samping makam Bangchan.

Hyunjin kembali menatap makam sahabatnya yang hanya ada makam Chan disana, dengan kedua kaki di tekuk dan kedua tangan yang di lipat di atasnya dan matanya tidak pernah putus dengan nama 'Chan'.

Hyunjin menenggelamkan wajahnya di kedua tangannya lalu berteriak di dalam sana, entahlah Hyunjin sangat menyesal sekarang.

Kenangan-kenangan bersama Chan muncul di kepalanya dan itu sukses membuat Hyunjin histeris, dia merebahkan tubuhnya di samping makam Chan lalu menatap langit yang cerah.

"Lo pasti benci sama gue..."

"... lo pasti muak sama gue..."

"... lo pasti marah sama gue..."

"... maaf Chan..."

"... lo udah ga sakit kan disana?..."

"... gimana rasanya disana?..."

"... dingin atau panas?..."

"... maaf Chan"

Mungkin Hyunjin harus pergi dari sana karna dia tidak ingin menangis berlarut-larut, dengan berat hati Hyunjin bangkit dan duduk di samping makam Chan.

"Gue kayanya harus pergi, gue takut lo ga nyaman..."

"... istirahat yang tenang Chan dan maaf"

Hyunjin membenarkan posisi bunganya lalu kaki jenjangnya berjalan menuruni bukit. Sesampainya di mobil, Hyunjin kembali menangis namun tak separah tadi dan Hyunjin mengambil ponselnya untuk menelpon seseorang di sebrang sana.

"Halo, dimana?"

"...."

"Oke gue kesana"

Hyunjin menjalankan mobilnya meninggalkan bukit tersebut dan juga meninggalkan Chan sendirian, lagi.
.
.
.
.
.
Bersambung...

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet but Psycho 'Hwang Hyunjin'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang