Yoongi menyambar tangan mungil Raena. Keduanya kemudian tertawa, mereka menyusuri jalan bersama menuju halte bus yang tak jauh dari perumahan. Yoongi gak dimanjain seperti Seungyoun yang bisa dibelikan motor sendiri, Yoongi gak disayang seperti Hoseok yang punya banyak mobil di usianya yang masih belia.
Semua orang tau Yoongi adik dari pemilik perusahaan yang dicap terbaik di Korea. Sekarang bahkan dia pemiliknya, tapi seperti dikatakan sang ayah-- ups tuannya, ia hanya boneka untuk memainkan seluruh kesuksesan atas kemauan tuan tersebut.
Raena memperhatikan wajah Yoongi lamat-lamat, kantung mata tercetak jelas, disertai matanya yang sayu. Sebelum mengangkat suaranya, Raena dihentikan dengan bus mereka yang telah tiba, Raena dan Yoongi duduk bersebelahan.
"Kak, semalam begadang?" tanya Raena masih terus menatap wajah Yoongi yang benar-benar tak karuan.
Yoongi tersenyum, "hanya sebentar, mengerjakan tugas"
Raena mengangguk, "tugas apa?"
Deg!
Raena pun tau ciri-ciri murid pandai seperti Yoongi tidak akan mengerjakan tugas mendadak bahkan sampai tidak tidur, apalagi di sekolah mereka ada program pengurangan tugas bagi murid. Seorang Min Yoongi tidak mungkin berpikir terlalu lama hanya untuk sedikit tugas.
Seketika sekelebat ingatan Raena tentang pemandangan kemarin mulai muncul. Mengingat bagaimana pusat perbelanjaan milik perusahaan Yoongi mulai sepi, "perusahaan ya?"
Yoongi sontak mendongak dan menatap Raena. "Kalau iya juga gak papa, sini, meskipun hanya sebentar setidaknya kamu bisa" Raena menepuk bahunya, agar Yoongi beristirahat.
Yoongi hanya bisa menurut, toh...memang dirinya itu sangat lelah, semalaman tidak tidur bukanlah hal yang biasa, apalagi dengan fisiknya yang kini sudah mulai melemah, dan lebih mudah lelah. "Sudah bawa obatnya?"
Yoongi mengangguk pelan. "Jangan pernah lupakan obatnya lagi ya, aku hak selamanya selalu ada di dekatmu"
"Waeyo? Kamu mau putus?" Nada Yoongi terdengar santai, namun sesuangguhnya hatinya cukup sakit saat dirinya sendiri mengatakan hal itu.
"Bukan, makanya dengerin dulu" Raena membawa tangannya mengelus surai hitam itu pelan, "minggu depan aku akan ke London untuk menjemput om Joongki yang habis ngambil gelar master. Itu berarti aku gak sama kamu selama seminggu. Tapi, kalo misalnya kamu gak mau, aku akan ti--"
Yoongi bangun kemudian menggeleng keras pada Raena, "gausah, kamu berangkat aja, aku gak akan lupa semua pesan kamu kok, Na"
Raena tersenyum, "makasih, Kak"
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
dear, Yoongi [END]
RandomKelahiranku adalah kesedihan mereka "Min Yoongi, lelaki kuat dan lembut di luar, yang nyatanya ia rapuh dan bahkan tidak kuat menahan segala beban yang kini dipikul di bahunya"