Arra bersiap-siap ketika hari sudah gelap. Raut wajahnya sangat bahagia ketika ajakannya dituruti oleh Arka. Di depan cermin, Arra memoleskan lipstik agar wajahnya tidak terlalu pucat dengan tubuh yang dibalut dress selutut bewarna merah.
"Mas sudah siap?"
Arka terbelalak lalu dengan cepat Arka menundukkan pandangan. Arra sangat cantik malam ini, sungguh ini adalah perasaan yang aneh. Jantung Arka berdetak dua kali lebih cepat.
"Sudah," jawab Arka singkat.
Arka berlalu menuju mobil. Sementara Arra mengikuti dari belakang. Arka membawa mobil menuju restoran yang berada di pinggir jalan, memarkirkannya lalu turun bersamaan dengan Arra. Setidaknya ada yang bisa ia lakukan untuk membuat Arra tersenyum senang seperti sekarang.
Arka memilih duduk di meja paling ujung dan terlihat tidak begitu banyak orang agar lebih nyaman. "Mau makan apa?" Tanyanya.
Arra melihat menu, memilih makanan paling sederhana dari menu itu walau ia tahu Arka memegang banyak uang saat ini.
"Yang ini saja deh, Mas," tunjuk Arra pada menu bagian nomor dua.
"Tidak yang lain?" Tanya Arka.
"Tidak itu saja sudah cukup," jawab Arra.
Setelah memberikan pesanan kepada karyawan bagian pemesanan, Arra melirik Arka sesekali ketika Arka menoleh ke arah lain. Begitu pula dengan Arka yang juga melakukan itu. Terakhir, keduanya bersamaan melirik.
"Mas kok lihatin aku sih?" Tanya Arra malu-malu.
"Pesanan datang," alih Arka.
Terlihat sangat lucu. Pasangan suami istri yanga sudah hampir tiga bulan bersama tetapi masih sangat canggung berduaan. Mungkin pasangan yang di jodohkan diluar sana tidak sampai selama ini untuk berkomunikasi menjadi dekat. Arka memang sangat berbeda.
Keduanya makan dalam ketenangan tanpa suara. Sebenarnya, Arka kagum melihat Arra malam ini. Istri cantiknya itu malam ini sangat wah dengan polesan makeup tipis diwajah. Selain itu, Arka juga menyukai sikap sederhana dari Arra.
"Hai?"
Arra menoleh ke sampingnya. Lagi dan lagi dengan pria yang sama, Arra dibuat kesal karena pria itu selalu muncul dihadapannya.
"Kita jumpa disini, kebetulan sekali," katanya.
Arka hanya diam.
"Hehe, iya, Gi," ucap Arra singkat.
Irgi melihat Arka yang hanya diam. "Abang kamu?"
Arra memegang tangan Arka. "Perkenalkan ini suami aku, Arka. Dan Mas, ini teman kuliah aku, Irgi."
Arka mengulurkan tangannya. "Salam kenal," ucapnya.
Irgi tersenyum masam. "Salam kenal juga. Kalau begitu aku lanjut pergi, yah."
"Iya," ucap Arra singkat.
Arra berharap, setelah ini Irgi tidak lagi menganggu hidupnya dengan selalu berdekatan jika ada kesempatan waktu walau Arra akui Irgi adalah pria yang baik. Tapi, tetap saja Arra mencintai Arka, suaminya.
Arka tersenyum tipis. Ternyata, Arra mengakuinya sebagai suami se-antusias itu. Bahkan tangan Arra belum terlepas dari atas tangannya dan entah kenapa, Arka tidak rela tangan itu terlepas.
"Mas, kok awannya gelap, ya?" Arra terlihat takut.
"Gelap karena ini kan malam," ucap Arka.
Arra menoleh. Apakah suaminya berniat melucu? "Aku serius, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
First love (19++)
RomanceMencintai pria yang sangat pendiam dan sulit bergaul dengan orang lain sangatlah tidak gampang. Hanya saja, takdir begitu baik mempersatukan kami melalui jalan perjodohan. Tugasku hanyalah mengubahnya saja. "Arrabela." Disini konflik tidak terlalu b...