6. but I like (Jin-Sana)

1K 61 1
                                    

Rintik hujan membuat langkah Sana kian dipercepat, gadis cantik itu tak mau sampai basah kuyup kehujanan nantinya. Sebenarnya ia tahu jika langit mulai mendung, dan jika Sana tadi langsung pulang setelah jam perkuliahan berakhir mungkin saja dirinya tidak akan bernasib seperti ini namun dirinya malah memilih untuk mampir ke suatu tempat. Genggaman kantong plastik bening di tangannya makin mengerat, senyumnya tersungging tipis melihat kue yang berada ditangannya.

Sana bisa bernafas lega setelah sampai di apartemennya dengan keadaan yang tidak sampai basah kuyup.

Gadis ini sibuk melangkah dengan cepat sambil menepuk beberapa butir air hujan yang mengenai pakaiannya. Lagi lagi sifat cerobohnya membuat Sana harus berurusan dengan orang lain.

Bruk...

Jangan salahkan Sana karena nyatanya pria ini berdiri diam di tempat yang tidak semestinya tetapi jangan pula salahkan pria ini karena Sanalah yang berjalan tanpa melihat arahnya.

Badan Sana oleng setelah menabrak bahu lebar seorang pria yang berdiri didepannya, cukup terkejut dengan insiden ini membuat kantong plastik yang di pegangnya sampai ia jatuhnya. Sana meringis memikirkan nasib kue bolu coklat yang ada dalamnya. Kepalanya menggeleng cepat, jangan sampai kue yang dia bela belakan beli sampai kehujanan seperti ini akan berakhir hancur karena kecerobohannya.

"Apa anda bermasalah dengan indra penglihatan nona?" Pertanyaan sarkas itu keluar dari bibir pria bertubuh tinggi itu, sontak mata Sana membulat. Gadis ini mendongak tinggi untuk bisa menatap mata pria itu, sedangkan yang di tatap hanya memandangnya dengan santai seolah meremehkan Sana.

"Apa kau gila! Bukannya minta maaf malah mengataiku seperti ini, ck dasar pria aneh!" Balas Sana lalu mengambil kembali kantong plastiknya yang tadi terjatuh.

Sana mendengus kesal, sengaja menabrakkan bahunya dengan cukup keras pada pria ini saat dirinya berjalan melewatinya. Tapi jujur saja, tindakan Sana barusan hanya justru membuat bahunya sakit karena badan pria ini ternyata berotot dan cukup keras.

Setelah sampai kamarnya, Sana langsung membersihkan diri. Mengganti pakaiannya dengan kaos sederhana lalu merias sedikit penampilannya. Buru-buru ia pergi ke pantry untuk menyajikan kue yang tadi dia beli, ia berdecak kesal karena kuenya sedikit penyok. Sana tidak akan peduli jika dirinya yang memakan kue ini tetapi ini bukan untuknya melainkan untuk seseorang. Dalam hati dia bersumpah serapah untuk pria menyebalkan yang tadi ia temui, semoga aku tidak bertemu lagi dengan pria aneh itu, doanya dalam hati.

Ting tong...

Sana memencet bel di kamar yang terletak persis di sebelah tempat tinggalnya, senyumnya merekah saat pintu didepannya ini mulai terbuka. Seorang pria tampan bergigi kelinci muncul membukakan pintu, senyum hangat ia berikan kepada Sana.

"Bunny, ku bawakan kue bolu coklat kesukaanmu." Ucap Sana menyodorkan sepiring kue tadi kepada pria ini.

"Astaga, sepertinya enak. Kamu memang yang terbaik Sana, ayo masuk kita makan bersama."

Pria ini membuka pintunya lebih lebar dan mempersilahkan Sana untuk masuk ke apartemennya dan ia mengikuti gadis ini dari belakang.

Sana dan pria ini memang sudah cukup dekat, mereka mulai dekat ketika Sana pindah ke apartemen yang sekarang ia tinggali, saat itu kunci apartemen Sana tertinggal di dalam dan ia pun lupa dengan kode kuncinya sendiri. Disana dia melihat Sana dengan duduk di depan pintu sambil menyembunyikan wajahnya di lutut, memang agak bodoh gadis ini. Bukannya meminta bantuan kepada pihak keamanan atau resepsionis, ia malah cuman menunggu dengan kondisi mengenaskan seperti itu sambil terus mengingat angka kode pintunya.

"Jungkook..." panggil Sana dengan pelan.

Sana menghentikan langkahnya kemudian menengok kembali ke pria yang satu tahun lebih muda darinya ini.

Sana's OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang