18. begin again (Jaehwan - Sana)

664 47 13
                                    

Jangan lupa vote dan comment nya ya, jangan jadi siders.

Happy reading...









Perlahan Sana mengerjapkan matanya, pertama kali saat membuka mata ia melihat suasana yang berbeda. Ia tak merasa mengenal kamar dengan suasana warna coklat ini. Dirinya bermaksud untuk bangkit namun pening yang dirasakannya memaksanya untuk tetap berbaring saja disana, ia menyentuh kepalanya sambil di pijat.

Sana terkaget saat baru menyadari pakaian yang ia kenakan rupanya sudah berganti, tak lagi pakaian khas rumah sakit yang semalam ia kenakan. Dengan takut ia meremas kerah kemeja putih yang kebesaran membungkus tubuh mungilnya itu.

Pintu tiba-tiba terbuka dengan seseorang yang tak asing masuk kedalam sana.

“Ah kau sudah bangun rupanya..” ucapnya sambil tersenyum, Sana memperhatikan terus pria yang kini berjalan kearahnya sambil membawa nampan ditangannya.

“Bagaimana perasaanmu? Apa masih pusing? Kau mau kubawa ke rumah sakit?” ucapnya sambil meletakkan nampan berisikan makanan itu ke atas meja. Sana tetap diam tak menjawab, dia termenung saat pria ini menyentuhkan punggung tangannya pada keningnya, untuk memeriksa suhu tubuh Sana.

“Sepertinya demannya sudah turun.” Komennya.

Sana memandang lekat pria yang tak begitu ia kenal ini, dirinya hanya tahu sebatas nama pria ini, hanya itu saja yang ia ketahui. Dan pagi ini ia terbangun mungkin di kamar pria ini serta mungkin juga memakai kemeja dari pria ini pula. Astaga, memikirkannya saja sudah membuat Sana pusing sendiri.

Melihat Sana yang diam sambil sesekali melihat kearah pakaian yang ia kenakan membuat Jaehwan langsung angkat bicara.

“Ah iya semalam pakaianmu basah kuyup, jadi aku menggantinya dengan pakaianku.”

Kedua mata Sana melebar lalu menatap Jaehwan dengan tajam.

“Maksudku bukan aku yang menggantikannya, aku meminta tolong seseorang dari kamar sebelah. Astaga jangan salah paham dulu, dia seorang perempuan.” Ralat Jaehwan seketika ketakutan saat di tatam dengan sinis seperti itu.

“Terima kasih.” Ucap Sana lalu tersenyum pada Jaehwan, pria itu terdiam seakan terpesona oleh senyum manis milik wanita ini. Bahkan berkat senyum kecil dari Sana membuatnya senyum-senyum tak jelas sendiri sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Jaehwan baru tersadar saat Sana menyingkap selimutnya lalu bergerak turun dari ranjang.

“Kau mau kemana?”

“Aku harus pergi.”

“Eh kau mau pergi? Hmm bagaimana kalau makan dulu, aku sudah membelikan bubur untukmu. Setelah itu baru ku antarkan pulang.” Jaehwan mencoba menahan Sana, tetapi ia langsung menatap Jaehwan dengan tajam kembali.

“Bukan pulang! Ku bilang aku harus pergi!” pekik Sana dengan kerasnya secara tiba-tiba membuat Jaehwan terkaget.

Kedua mata itu memerah dengan nafas yang seakan beradu, jelas sekali terlihat bila ada sesuatu yang terjadi pada Sana. Ada kerapuhan dalam pandangannya namun ia coba tutupi dengan amarah. Jaehwan pandai dalam membaca perasaan seseorang, dia mendekat pada Sana.

Dengan gerakan lembut ia menarik Sana kedalam pelukannya, meski awalnya Sana menolak bahkan memberontak namun Jaehwan tetap mendekapnya. Ia ingin memberikan kekuatan pada Sana, juga ingin menunjukkan bila percuma Sana menyembunyikan kerapuhannya karena Jaehwan bisa membaca semua itu.

“Jangan tahan air matamu, keluarkan saja. Biarkan hatimu merasa lega Sana.” Ucap Jaehwan sambil mengelus lembut punggung belakang Sana.

Wanita itu akhirnya menyerah, ia balas memeluk Jaehwan dengan erat. Menumpahkan seketika air matanya dalam dekapan pria ini, tak sanggup lagi ia menahan semuanya. Dia memang tak sanggup lagi menahannya, Jaehwan benar.. jangan tahan lagi air mata bila Sana ingin sedikit merasa lega.

Sana's OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang