16. my son (Mark - Sana)

1K 53 2
                                    

Happy weekend....

Jangan lupa vote dan comment nya ya, happy reading....

Jangan lupa vote dan comment nya ya, happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

......


Perasaan campur aduk lah yang kini tengah dirasakan wanita cantik ini, matanya berkaca menatap bayi mungil yang berada di gendongannya. Bayi yang masih merah setelah beberapa saat lalu ia lahirkan. Sekarang entah bahagia ataukah sedih yang harus ia rasakan, semuanya bercampur aduk menjadi satu membuat rasa sesak di dada kian terasa.

Semuanya sekaan diluar logikanya, tak pernah sebelumnya ia membayangkan akan menjadi seorang ibu di usia yang masih muda bahkan di usia yang belum genap 19 tahun.

Saat larut dalam perasaan itu tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, pandangannya beralih kearah pria baruh baya yang barusan membuka pintu kamarnya. Pria yang memasang wajah tegas itu mampu membuat hatinya bergetar.

Dibelakang pria itu sudah berdiri wanita paruh baya yang hanya berani menunduk, setelah tangan pria itu terangkat maka wanita paruh baya tersebut langsung berjalan menghampiri ranjang.

"Cepat berikan bayi itu pada pelayan Choi."

Wanita paruh baya itu dengan ragu mengulurkan tangannya, bermaksud untuk meminta bayi mungil itu dari dekapan ibunya.

Si ibu muda itu masih ragu, terus memandang buah hatinya yang tampan itu.

"Ayah, bolehkan aku memberinya asi terlebih dulu. Hanya sekali-"

"Tidak Sana! Ayah bilang cepat berikan dia pada pelayan Choi."

Dengan terpaksa akhirnya Sana memberikan bayinya pada pelayan Choi, sungguh rasanya begitu berat namun ia tak punya pilihan lain. Semua ini juga salahnya, semua itu terjadi karena kebodohan dirinya sendiri. Dan pada akhirnya dia harus membuat hidup putranya itu menjadi susah seperti ini.

Sana kembali menahan lengan pelayan Choi saat wanita paruh baya itu hendak berlalu pergi, memandang lekat wajah suci tanpa dosa bayi kecil itu untuk berusaha menyimpan di memori otakya bagaimana rupa sang anak.

"Pelayan Choi..." panggilan tegas dari ayah Sana langsung membuat badan pelayan Choi menegang.

Segera ia menjauh dari sisi ranjang untuk mendekat pada pria yang penuh wibawa ini.

"Bawa pergi bayi itu dari sini dan jangan pernah kau berani mengungkapkan siapa bayi ini kepada orang lain. Bisa kau jaga rahasia ini baik-baik pelayan Choi?"

"I-iya tuan, saya akan lakukan sesuai perintah tuan Kenji."

"Bagus, cepat pergilah."

Sana's OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang