"Mama..."
Gadis kecil berusia 6 tahun ini cemberut setelah tak di gubris oleh sang mama bahkan setelah ia panggil untuk kesekian kalinya. Helaan nafas panjang keluar dari mulutnya, boneka barbie cantik yang tengah dia pegang sekarang di remas dengan kuat kuat. Matanya masih menatap tajam kearah sang mama yang masih sibuk menelpon dengan seseorang disebrang, sang mama berdiri di depan jendela kamar membelakangi putrinya tadi.
Takk..
Wanita cantik itu menjauhkan ponselnya dari telinga saat melihat boneka cantik milik putrinya terlempar begitu saja kearah cermin rias, dia berbalik badan kemudian menatap lembut pada sang putri yang terduduk diatas ranjang tengah melipat kedua tangan diatas dada.
Diambilnya boneka itu lalu mendekat kepada putrinya, saat dirinya duduk di tepi ranjang justru anaknya malah memalingkan wajahnya menatap kearah lain sambil mendengus kesal.
"Sayang.. bonekanya jelek ya? Besok mama belikan yang baru ya." Ucapnya melembut lalu menaruh kembali boneka tadi ke atas meja.
"Aku gak mau boneka baru!" Sentak putrinya dengan keras, ibu muda itu hanya tersenyum lalu mengelus rambut putrinya dengan lembut.
"Besok mama minta bibi anterin kamu ke toko mainan, kamu pilih aja mainan yang pengen kamu beli. Sekarang kamu tidur dulu ya, udah malam sayang."
Wanita itu menarik kepala putrinya untuk mendaratkan kecupan di dahi, tanpa menunggu putrinya tertidur dia pun langsung beranjak dari sana. Teringat jika sambungan teleponnya belum terputus serta seseorang di sebrang sana masih menunggu jawaban darinya.
"Maaf sampai mana tadi? Ah iya untuk detail kontrak kerja-"
Nampaknya dia adalah ibu muda yang begitu sibuk.
Ya memang nyatanya seperti itu, begitu kembali berbicara di telepon dia keluar dari dalam kamarnya meninggalkan anaknya yang bahkan belum mengucapkan selamat malam untuknya.
Sana, nama ibu muda itu. Menjadi single parents untuk putri semata wayangnya bernama Yuna yang kini berumur 7 tahun. Tidak mudah bagi Sana untuk bisa membagi waktu antara pekerjaan dan anaknya. Sana ingin sekali terus berada di sisi putrinya, melihat bagaimana putri kecil itu tumbuh dan berkembang. Tetapi dari mana dia bisa menghidupi anaknya bila dirinya tidak bekerja, dirinya bekerja seperti ini juga demi putrinya.
Dia adalah salah satu artis papan atas dengan segudang prestasi. Kemampuan actingnya tidak perlu diragukan lagi, setiap peran yang di mainkannya sanggup membuat para penonton hanyut didalamnya. Meskipun dirinya sudah memiliki anak tetapi banyak peran sebagai anak sekolahan atau remaja yang dipercayakan oleh sutradara kepadanya. Wajahnya masih cantik dan terlihat muda layaknya seorang remaja, tak ayal banyak sekali penggemar Sana dari berbagai kalangan.
.
Yuna berjalan menuruni tangga, dia sudah rapi memakai seragam sekolahnya yang cantik itu. Matanya mengarah papa Sana yang sudah duduk di meja makan dengan airpods menempel di telinganya nampaknya sedang berbicara dengan seseorang, sedangkan tangannya sibuk membolak balik skrip tebal yang diletakkan di atas meja. Gadis itu berjalan riang menghampiri mamanya.
"Selamat pagi mama..." tegur Yuna, dia memeluk Sana dari samping lalu menaruh dagunya diatas paha makanya. Sana tersenyum manis lalu mematikan sambungan telepon itu.
"Pagi sayang, ayo cepat makan sarapanmu setelah itu berangkat sekolah." Balasnya kemudian mencubit gemas hidung mancung anaknya.
"Mama jadi pergi ke sekolahan ku kan?"
Kedua mata Yuna berbinar dengan senyum yang sangat lebar, tetapi itu membuat Sana justru meneguk ludahnya dengan susah payah.
"Hmm apa acara pentas seninya hari ini sayang?" Tanya Sana dengan hati hati, dia teringat dengan janjinya pada Yuna beberapa minggu yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sana's Oneshoot
Ficción GeneralOneshoot kpop. Cuman oneshoot dengan castnya Sana, namanya juga karangan ya ceritanya pasti ngarang lah. Gak usah baca kalo gak suka. Terimakasih