#25 Rahasia besar

4.8K 328 6
                                    

Kiara POV

Waktu terus berjalan seperti semestinya. Semakin kesini, terjadi sesuatu terhadap kesehatan Hellen. Dia selalu merasa lemas, bahkan kini, badannya tidak sanggup untuk berdiri. Charlie sudah mendatangkan beberapa tabib untuk menyembuhkan penyakitnya, namun sakitnya tidak kunjung sembuh. Para tabib itu hanya memberi obat, namun tidak bisa menjelaskan penyakit apa yang sedang diderita oleh Hellen.

Dua minggu berlalu dan keadaan Hellen tidak membaik, justru dia semakin memburuk. Setiap pagi, Hellen batuk darah, pusing, dan merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Tentu saja itu membuat seisi istana bersedih, tak terkecuali Charlie. Bersamaan dengan kesehatan Hellen yang memburuk, dia juga menjadi pemurung. Charlie amat mengkhawatirkan kesehatan calon bayinya hingga dia sering tidak konsentrasi dalam menghadapi berbagai masalah di kerajaan.

Saat Hellen sakit, aku mulai mengetahui sebuah rahasia. Rahasia besar yang mulai saat itu juga harus aku jaga, yaitu rahasia tentang hubungan Palet dan Hellen. Mereka sudah lama saling mencintai. Mereka menyembunyikan kebenaran ini dari dunia karena tidak ingin disebut sebagai pengkhianat.

Rupanya, wanita yang dimaksud Palet selama ini adalah Hellen. Hellen, wanita yang sudah menjadi istri vampir lain dan tidak bisa Palet gapai. Meski begitu, namun Palet tetap mencintainya. Sesuai ucapan Palet, 'sebanyak apa pun dia membuatmu sedih, kau masih mencintainya'.

Itu juga menjelaskan kenapa selama Hellen jatuh sakit, Palet yang paling merasa cemas dan khawatir. Dia mencari tabib dan obat ke segala penjuru dunia. Memang Palet tidak pernah benar-benar memiliki Hellen, namun dia yang paling tidak ingin melihat Hellen kesakitan.

"Kak, sudahlah jangan bersedih. Aku akan segera membaik"

"Iya, aku tahu kau akan segera membaik"

Hellen yang biasanya banyak bicara, kini hanya terbaring lemah di tempat tidur. Hellen yang berjiwa bebas dan tidak bisa diam itu, kini tubuhnya tampak lemas dan kurus. Melihatnya seperti itu membuat hatiku teriris. Bahkan aku tidak sadar bahwa pipiku sudah basah karena air mata.

"kak, jangan menangis. Kau disini untuk menguatkanku, bukan melemahkanku"

"Cepatlah sembuh, Hellen. Aku rindu saat-saat ketika kau bermanja padaku" ucapku sambil menyeka air mataku, kemudian tersenyum kepadanya.

"Adikku kuat, kan? Ayolah, Hellen, kau akan menjadi seorang Ibu. Jadi, cepatlah sembuh".

"Aku harap anak ini tidak menuruni sifat buruk Charlie, Kak"

Jangan berpikir buruk. Anak ini adalah anak dari Charlie, bukan karena Hellen dan Palet saling mencintai lalu mereka melakukan sesuatu yang hina. Mereka memang saling mencintai, namun bukan seorang penghianat.

Setelah kami puas berbincang, Palet datang ke kamar Hellen dengan membawa sebuah bungkusan di tangannya. Wajahnya lagi-lagi terlihat lelah. Dia sudah menghabiskan banyak waktu untuk mencari obat. Dapat dipastikan pria gondrong ini bahkan tidak sempat beristirahat. Dia sangat mencintai Hellen.

"Makanlah ini. Aku dengar ini dapat menyembuhkan segala macam penyakit... Khususnya karena diracuni" ucap Palet sambil melangkah mendekati Hellen yang terbaring lemah di ranjangnya. "Entah siapa yang memiliki niat buruk padamu" lanjutnya.

Palet kemudian membuka bungkusan yang ia pegang dari tadi. Di dalam bungkusan itu, ada beberapa buah kecil berwarna ungu. Itu adalah kali pertama aku melihat buah seperti itu.

Palet menyuapkan buah itu kepada Hellen secara perlahan. Palet terus melakukannya hingga semua buah yang ia bawa tandas. Dia juga mencium pucuk kepala Hellen dengan penuh kelembutan. Tindakannya itu membuat Hellen tersenyum bahagia.

"Palet, apa maksudmu? Apa selama ini Hellen diracuni" tanyaku.

"Ya, dia pasti diracuni setiap harinya. Itu sebabnya tubuh Hellen semakin memburuk. Padahal aku sudah menjaga semua yang ia makan, namun racun itu tetap bisa masuk ke tubuhnya" jelas Palet sambil mendudukkan tubuhhnya di samping Hellen yang tengah berbaring.

Sungguh, betapa teganya orang yang melakukan hal ini. Memangnya, apa yang akan dia dapat dengan meracuni Hellen? Padahal wanita ini sedang mengandung besar, tapi tetap saja ada yang ingin mencelakainya.

"Ini pasti perbuatan Eveyln!" seru Zycka dari pintu kamar Hellen. Air matanya sudah mengalir deras. Dia kemudian berlari mendekat ke ranjang Hellen.

Semenjak hari memasak itu, Aku, Hellen, dan Zycka semakin dekat. Kami saling membagi rahasia kami. Saling mempercayai satu sama lain. Itulah alasan mengapa Zycka terlihat biasa aja saat melihat kedekatan Palet dan Hellen. Dia sudah tahu hubungan mereka.

"Jangan menuduh tanpa bukti Zycka. Mana mungkin Eveyln melakukan hal seburuk itu"

"Tidak, Kak. Itu bisa saja. Evelyn selalu menyusahkan kalian, dia juga teramat menginginkan bayi ini. Bukan tidak mungkin dia yang meracuniku" ucap Hellen dengan suara serak.

Palet yang mendengar suara serak Hellen pun segera mengambilkannya segelas darah yang ada tidak jauh dari tempatnya duduk. Dia memberikan darah itu kepada Hellen. Membantu Hellen untuk duduk hingga Hellen bisa meminum darah itu hingga tandas.

"Jangan menuduh Evelyn seperti itu. Kita tidak punya bukti" kataku.

"Jika memang dia yang sudah membuat Hellen seperti ini, aku tidak akan mengampuninya" ucap Palet sambil mengepalkan tangannya.

Hellen yang sudah kembali berbaring di ranjangnya menatapku dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. Dia kemudian berisyarat agar aku mendekat padanya. Hellen memasang senyum tulus dari bibirnya, kemudian menggenggam tanganku dengan lembut.

"Jika aku tidak bisa hidup lama, aku hanya mempercayakan anak ini kepadamu, Kak"

Ucapan Hellen itu membuat kami semua terdiam. Aku bahkan tanpa sadar meneteskan air mataku, Zycka menundukkan kepalanya, namun dapat dipastikan dia tengah menangis saat ini, sedang Palet langsung mengalihkan pandangannya. Kami semua sedih. Kami sungguh tidak ingin kehilangan Hellen.

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang