KELAMBU PENGANTIN

8.8K 357 43
                                    


Bulan Suro telah berlalu, digantikan datangnya bulan Sapar. Sebenarnya, aku ingin sekali segera melamar Tari dan melangsungkan pernikahan, tetapi sadar maupun tidak kepercayaan akan bulan baik dan hari baik masih melekat dalam budaya kami.

Lagi pula, aku belum menunjukkan apa yang aku punya pada keluarga besarnya. Paling tidak, saat menemui ayahnya nanti, penampilanku harus jauh lebih berwibawa dan meyakinkan.

Aku akan mempersiapkan semuanya dengan matang dalam dua bulan ini. Walaupun sangat mudah mengambil hati Pak Kades yang terkenal mata duitan itu.

Sepulang dari pertapaan di malam keramat lalu, aku dikagetkan dengan setumpuk uang dan emas di dalam lemari pakaian.

Sayangnya, saat pertama menginjakkan kaki di rumah joglo peninggalan Mbah Kakung itu, aku sudah tak melihat lagi batang hidung Kang Sapar.

Ke mana sepupuku itu?

Dia menghilang tanpa kabar. Padahal aku ingin sekali membagi sedikit yang kudapat padanya. Paling tidak, sebagai orang yang berjasa dalam hidupku, Kang Sapar layak menerima bagian.

Dengan kekayaan yang kudapat dari Dewi Ronggah, aku mulai membangun lagi usaha perkayuan yang sudah hampir pailit. Berbekal bahan baku yang melimpah dan beberapa orang tenaga kerja yang terampil, aku yakin usahaku akan berkembang pesat.

Sejujurnya, bisa saja aku langsung membeli barang-barang mewah seperti mobil baru dan rumah yang besar beserta isinya. Namun, aku harus menahan diri untuk menghindari kecurigaan warga.

Jika mereka melihat kekayaanku yang datang tiba-tiba, bisa-bisa aku akan menjadi bahan perbincangan orang-orang sekampung. Langkahku untuk menyunting Tari bisa jadi akan terhambat.

***

Selepas dari workshop untuk mengecek segala keperluan produksi, aku melajukan mobil pick-up menuju salah satu toko kerajinan kayu di kota. Orang bilang, toko itu yang paling ramai pengunjung.

Aku penasaran kira-kira apa yang membuatnya begitu menarik pembeli. Tentu saja karena aku ingin membangun beberapa toko juga untuk memamerkan produk-produk mebel dan kerajinan tangan hasil produksi bengkelku sendiri.

Kuparkirkan roda empat di parkiran ujung jalan. Lalu, menyusuri jalanan kota. Dari kejauhan terlihat toko yang akan kukunjungi sudah didatangi beberapa pembeli, padahal suasana masih pagi.

Saat memasuki pelatarannya, tampak seperti toko-toko lain, tetapi setelah aku melangkahkan kaki lebih dalam, mulai terasa keanehan yang mungkin tak akan diketahui oleh manusia biasa.

Ya, setelah pertapaan dan persetubuhan dengan Dewi Ronggah, aku jadi bisa melihat hal-hal tak kasat mata. Apalagi berbekal batu zamrud yang kini bercokol di jari manis tangan kananku, serasa ada kekuatan gaib yang membuatku lebih percaya diri dan digdaya.

Di atas lemari kayu jati yang terletak di sisi toko sebelah kiri, seorang nenek berambut putih awut-awutan dengan wajah tak beraturan sedang berbaring santai. Sepasang matanya menatap tajam ke arahku. Pakaian nenek itu berupa kebaya dan kain batik yang lusuh dan compang-camping.

Sesekali dia meludah ke lantai toko. Sungguh menjijikkan. Aku menyentuh dagu, sengaja membiarkannya melihat cincin zamrud di jemariku. Tentu saja, dia langsung ketakutan dan membuang muka.

"Ada yang bisa dibantu, Pak?" seorang pramuniaga menegurku dengan ramah.

Terlihat biasa saja, tetapi saat dia berbalik ... nyatalah seorang bocah kecil tanpa pakaian sedang nangkring di bagian belakang tubuhnya.

Aku tahu lelaki itu pasti merasa berat di bagian tengkuk, berkali-kali ia mengusap leher dan punggungnya. Si empunya toko ini yang pasti telah menjadikannya tumpangan jin cilik itu tanpa ia ketahui.

MISTERI JANDA CANTIK (Segera Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang