PETAKA DI UJUNG KEMELUT

7.7K 295 37
                                    


Bulan demi bulan berlalu. Usaha Sasongko yang maju pesat kian membuatnya sibuk. Toko-tokonya di kota dengan cabang yang beredar di banyak tempat selalu ramai pengunjung. Tentu saja semua keberhasilan instan itu karena kekuatan gaib yang ia punya.

Setelah kejadian kecelakaan kerja yang menimpa karyawannya-Yanto-beberapa bulan lalu, Sasongko lebih berhati-hati lagi. Ia bahkan menambah tenaga sekuriti di pabriknya.

Suatu ketika tanpa orang-orang tahu, Sasongko mengunjungi Yanto di rumah orang tuanya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, sehingga pemuda berumur dua puluh tahunan itu tangannya nyaris putus.

Saat dikunjungi oleh Sasongko, Yanto tampak kebingungan bercampur takut. Kondisinya yang kembali pulih pasca insiden tragis itu masih menyisakan trauma.

"Saya waktu itu sudah mau pulang seperti teman-teman lain, Pak. Tapi, tiba-tiba saya mendengar pintu ruang mesin terbuka. Saya mengira ada salah satu teman kita yang masuk ke sana. Penasaran, akhirnya saya cek ke dalam ruang itu. Dan ....,"

Wajah Yanto seketika menampakkan ekspresi ketakutan. Kedua matanya kedap-kedip, keringatnya tiba-tiba mengucur, padahal cuaca tidak sedang panas. Spontan pemuda itu menggigit bibir bawahnya seperti menahan kata-kata yang akan terucap.

"Dan apa, Yan? Apa yang terjadi?!" cecar Sasongko tak sabar.

"Perempuan, Pak! Begitu cantik hingga saya seperti terhipnotis untuk mendekatinya. Padahal kalau saya berpikir jernih, mana mungkin malam-malam begitu ada perempuan nyasar ke ruang mesin," jelas Yanto sambil geleng-geleng kepala. Ia sendiri tak menyangka hal itu bisa terjadi.

"Perempuan? Aneh! Bagaimana wujudnya, Yan? Apa yang dilakukannya padamu?" Bertubi-tubi pertanyaan dilontarkan Sasongko. Ia lupa, kalau karyawannya itu masih dalam kondisi trauma.

"Ehm ... maaf, Pak. Kepala saya tiba-tiba pusing." Yanto menyandarkan punggungnya di kursi, sambil memegangi tangan yang masih terasa perih karena belum benar-benar sembuh.

"Istrirahat dulu, Yan. Ini minum dulu, Pak. Maaf, cuma seadanya."

Seorang perempuan paruh baya berpakaian sederhana, dengan rambut yang sebagian telah memutih mendekat. Ia membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat dan sepiring pisang goreng.

"Wah, jadi merepotkan ya, Bu," ujar Sasongko berbasa-basi.

"Ndak, kok, Pak. Kebetulan bapaknya Yanto habis panen pisang di belakang rumah. Monggo dicicipi," jawab ibu Yanto dengan ramah. "Ya, begitulah, Pak. Semenjak kejadian itu, Yanto sering mimpi buruk. Sampai sekarang pun sepertinya dia masih trauma. Sudah beberapa hari lalu saya minta dia untuk datang menghadap Bapak. Tapi, dia selalu menolak. Padahal saya lihat tangannya sudah mulai sembuh."

"Oalah, gak pa-pa, Bu. Saya justru mau bilang ke Yanto agar istirahat dulu sampai pulih. Setelah kondisinya benar-benar sudah membaik, saya tunggu kedatanganmu lagi, Yan," ucap Sasongko. Ia yakin, ibu Yanto pasti khawatir jika anaknya akan diberhentikan dari pekerjaan.

***

Malam harinya Sasongko tak bisa tidur. Ia terus memikirkan pembicaraannya dengan Yanto. Sepasang matanya terus menatap nanar ke langit-langit kamar.

Siapa perempuan yang dimaksud oleh Yanto? Apa yang dilakukannya sampai pemuda itu terluka dan ketakutan seperti tadi?

"Mas, belum tidur? Mas mikirin apa?" tanya Lestari tiba-tiba yang tentu saja membuyarkan lamunan lelaki itu.

Tari mendekatkan tubuhnya, lalu meletakkan kepalanya di dada sang suami. Sudah lama ia tak bermanja-manja dengan lelakinya itu semenjak kelahiran putri kecil mereka--Mimi. Berduan pun bagaikan momen langka sejak Sasongko mulai sibuk dengan pabrik dan toko kerajinan kayu yang semakin berkembang.

MISTERI JANDA CANTIK (Segera Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang