MUSTIKA SANG DEWI

8.5K 418 32
                                    


Si-si-siapa kau?” Sasongko gemetaran. Lututnya bergoyang-goyang seperti tak kuat lagi untuk berdiri. Untuk berlari keluar rumah pun tak mampu, sekujur tubuhnya seperti mati rasa.

“Kenapa kau begitu takut, Sasongko? Bukankah kau ingin sekali memperistri Lestari? Aku ingin membantumu he he.” Lagi-lagi, sosok hitam itu berbicara sambil terkekeh-kekeh. Ia seolah mentertawakan lelaki lemah yang sedang ketakutan di hadapannya.

“Mm-mem-bantu? Maksudmu?” tanya Sasongko dengan bibir gemetar. Matanya seperti dipaksa melotot, memperhatikan dengan seksama sosok makhluk hitam di depannya. Asap tebal menyelimuti sosok itu hingga terlihat semakin kelam.

Siapa dia sebenarnya? Sasongko bergidik tatkala sosok itu lagi-lagi mengeluarkan suara. Suara yang menggelegar seakan sanggup merobohkan rumah joglo di mana sekarang ia berada.

Embusan angin malam dari pintu depan yang tak tertutup rapat membuat tubuhnya terasa semakin menggigil. Ia merasakan peluh mengalir deras hingga pakaiannya basah seperti habis diguyur hujan. Kedinginan karena keringat dan ketakutan yang sangat membuatnya tak sanggup bergerak apalagi berlari.

Sasongko pasrah pada keadaan. Ia hanya bisa menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kang Sapar … di mana kau, Kang? Tiba-tiba ia teringat pada kakak sepupunya itu. Entah ke mana lelaki itu pergi, hingga larut malam belum juga menampakkan batang hidungnya. 

Seandainya dia muncul, mungkin akan sedikit mengurangi ketakutanku. Sementara makhluk itu seolah mengerti apa yang ada dalam pikiran manusia di hadapannya. Ia menyeringai, membuat Sasongko semakin gemetaran.

“Tenanglah, Sasongko! Aku tak akan menyakitimu. Justru kau akan kutolong dari keterpurukanmu selama ini. Asalkan …,” ucapnya, lagi-lagi dengan seringai yang menghiasi wajah buruk rupanya. Mungkin dia sedang tersenyum pada lawan bicaranya, tapi begitu menakutkan.

“Asalkan apa? Bagaimana kau bisa menolongku?” tanya Sasongko, berusaha memberanikan diri. Suara binatang malam di pepohonan yang tertangkap oleh indra pendengarannya seakan menambah suasana semakin mencekam. Binatang-binatang itu seolah mentertawakan dirinya yang sedang dalam ketakutan.

Daun pintu yang telah lapuk mengeluarkan suara berderit, terbuka dan tertutup sendiri karena terpaan angin. Entah kekuatan macam apa yang tiba-tiba menguasai tubuh Sasongko, hingga ia yang sejak tadi berdiri bisa mendadak terduduk di atas kursi jati di tengah ruangan. Hempasan angin serupa asap hitam pekat itulah yang begitu kuat memindahkan posisi tubuhnya.

“Kau punya sesuatu yang istimewa, Sasongko. Tapi tak ada gunanya jika tak kau manfaatkan he he.” Sosok hitam di hadapan Sasongko terus berkata sesuatu yang tak ia mengerti. “Sekarang kau rasakan sendiri, bagian tubuhmu sebelah mana yang terasa aneh.”

Sasongko hanya bergeming mendengar penuturan makhluk itu. Ia rasanya ingin pingsan saja, agar segera terlepas dari sosok hitam di hadapannya. Hingga ia merasakan panas yang sangat di bagian perutnya.

Rasa panas dari bagian sekitar pusarnya yang tiba-tiba itu membuat Sasongko refleks memegangi perut. Seketika ia teringat pada tanda lahir miliknya yang berwarna kemerahan dan berbulu di bagian atas pusar. Apa itu yang dia maksud?

Belum hilang rasa terkejutnya, Sasongko lagi-lagi harus dikagetkan oleh apa yang terjadi di depannya. Sosok hitam yang diselubungi asap pekat itu tiba-tiba membentuk bubungan, lalu sepersekian detik berubah wujud menjadi seorang laki-paruh baya berpakaian serba hitam.

Wujud menyeramkan itu kini terlihat begitu berwibawa. Sosoknya tak lagi menakutkan walau wajahnya dipenuhi kumis dan cambang. Sebatang cerutu yang menempel di mulutnya semakin menambah karismanya.

MISTERI JANDA CANTIK (Segera Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang