Nafisah khumairah, seorang gadis berusia 17 tahun. Wajahnya yang oriental, berkulit hitam manis, hidung mancung, senyum tak pernah lepas dibibirnya yang tipis, dan tak lupa mengenakan hijab yang menutupi mahkotanya nan indah.
Pagi ini Nafisah pergi sekolah membawa motor sendiri, ayahnya tak sempat mengantar Nafisah. Biasanya ayahnya akan mengantarnya dengan motor, tapi entah mengapa ayahnya tadi pagi terburu-buru hendak pergi kegudang telur.
Ayah Nafisah adalah pengusaha telur terbesar dikotanya. Walaupun ayah Nafisah orang kaya, ia tak pernah menyombongkan diri atas kekayaan yang dimiliki ayahnya.
Pada waktu lalu ayahnya ingin mengantarnya dengan mobil tapi Nafisah menolaknya. Ia tak mau dicap sebagai anak yang sok kaya. Biasalah mulut teman-teman sekolah Nafisah yang suka menggunjing.
Setelah sekitar 20 menit Nafisah sampai disekolahnya dan memarkirkan motornya disamping gedung sekolah. Ia berjalan menuju kelasnya. Salah satu teman akrab Nafisah memanggilnya dari belakang "Nafisah" jeritnya. Sontak membuat Nafisah berbalik kebelakang ternyata itu Ana. Ia pun tersenyum keAna.
"tungguin aku Naf...." katanya sambil berlari kecil menyusul Nafisah. Setelah Ana menjajarkan langkah kakinya dengan Nafisah dia bertanya kepada Nafisah "kamu udah siap pr belum" ucap Ana. "Alhamdulillah udh" jawab Nafisah. " liat dong Naf... Boleh ya" kata Ana sambil memohon.
Dia tahu sekali kelemahan Nafisah. " yaudah nanti setelah sampek kelas aku kasih tau" ucap Nafisah. "makasih Naf, kamu emang orang yang baik deh" ujar Ana yang kegirangan dan memeluk Nafisah.
Setelah sampai dikelas Nafisah memberikan bukunya keAna, Ana langsung menulisnya dengan cepat sebelum teman-teman sekelasnya datang.
Pukul 07.45 bel masuk untuk memulai pelajaran pun berbunyi. Semua siswa pun kembali ketempat duduk mereka masing-masing. Sambil menunggu guru datang nafisah dan Ana membuka buku yang akan mereka pelajari. Setelah hampir 5 menit guru yang mereka tunggu pun masuk dan memulai pelajaran.
Pukul 10.30 adalah jam yang ditunggu-tunggu semua siswa-siswi untuk mengisi kantung tengah mereka. Semua kantin sudah dipenuhi oleh jiwa-jiwa yang kelaparan.
Ana,Lisa, dan Maura mengajak Nafisah kekantin, tapi Nafisah tidak mau karena ia dibekali nasi oleh bundanya. Akhirnya mereka bertiga pergi kekantin dan Nafisah tetap dikelas untuk memakan bekal yang sudah dibawakan bundanya tadi pagi.
Pukul 14.50 adalah waktu berakhirnya jam pelajaran sekolah. Semua murid pun bergegas untuk memasukkan barang-barang mereka kedalam tas dan segera pulang.
"Naf... Kita duluan ya, kamukan naik motor" kata Lisa. " iya" jawab Nafisah yang tersenyum menatap kepergian temen-temennya.
Setelah Nafisah keluar dari gedung sekolah, Nafisah pergi menuju parkiran motornya. Dan ia bergegas keluar dari lingkungan sekolahnya.
Dilampu merah Nafisah melihat ada seorang nenek yang kebingungan untuk menyebrang jalan. Nafisah pun meminggirkan motornya.
"Nek, biar saya bantu ya" sambil tersenyum kearah nenek tersebut dan menuntunnya menyebrang jalan. Nenek itu mengangguk. Setelah Nafisah menyebrangkan nenek tersebut, nenek itu berkata keNafisah "terima kasih nak, nama kamu siapa? " tanyanya. "Iya nek, nama saya Nafisah nek" jawabnya. "kalo gitu saya pulang dulu ya nek, nenek hati-hati ya... Assalamualaikum" sambung Nafisah. "Waalaikumsalam" jawab sinenek menatap kepergian Nafisah untuk mengambil motornya dan melanjutkan perjalanan kerumahnya.
Setelah sampai dirumahnya nafisah menaruh motornya kegarasi disamping rumahnya. Dia melihat kedua orang tuanya sedang bersedih dari balik pintu. "Bang, jadi kita sekarang bangkrut?" ucap bundanya kepada ayahnya. "iya, maafin abang ya bun. Abang juga ngga tau kenapa semua ayam-ayam itu mati dan ngga bertelur, padahal abang udah suruh pegawai abang untuk memvaksin dan memberi makan ayam-ayam. Modal juga sudah habis" ucap ayah Nafisah. "mulai sekarang kita harus lebih berhemat lagi ya bun. Abang juga bakal jual mobil sama gudang kita buat membayar gaji karyawan-karyawan abang" sambung Ayahnya sambil memijit pelipisnya. Bundanya hanya mengangguk dan berusaha untuk menenangkan Ayahnya.
Nafisah masuk dengan perlahan "Assalamualaikum bunda ayah" sambil tersenyum dan seolah-olah baru sampai dirumah. " Waalaikumsalam udah pulang anak ayah?" sambil tersenyum melihat kedatangan Nafisah. " sini duduk dulu nak" kata bunda sambil berdiri menyambut Nafisah duduk disebelahnya. Nafisah pun duduk disebalah bundanya. Kembali ayah dan bundanya menampakkan wajah yanh murung " sebenarnya ayah sama bunda mau ngong sesuatu sama kamu nak" ucap ayahnya. "Nafisah udah tau kok yah, nggak papa kok yah kalo memang ayah bangkrut kan ayah bisa buka usaha baru lagi, nati nafisah bantu deh. Terus kalo masalah berhemat yah, itu juga ngga papa kok" ucap Nafisah panjang lebar.
"makasih ya nak udah ngertiin ayah" ucap ayahnya. " iya ayah" ucap Nafisah sambil tersenyum menutupi kesedihannya.
"ya udah yah, kalo gitu Nafisah kekamar dulu ya" ujar Nafisah. Ayah nya pun mengangguk melihat kepergian anaknya kekamar.
Nafisah menaiki tangga sambil menitihkan air mata. Nafisah memegang gagang pintu kamarnya dan membukanya lalu menutupnya kembali. Ia bersadar dipintu, ia terbayang wajah ayahnya yang murung tadi. Kasian ayah ,batinnya.
Ia lalu berjalan menuju tempat tidurnya dan menghempaskan tubuhnya yang lelah ketempat tidur itu. Rasanya ia lelah sekali hari ini.
Setelah siap solat ashar, Nafisah kedapur untuk membantu bundanya memasak makan malam. Ia melihat bundanya sedang memotong sayuran, ia pun menghampiri bundanya. "bunda, biar Nafisah dong yang masak hari ini ya ya ya" ucapnya Nafisah manja. "tapikan kamu capek baru pulang sekolah" jawab bundanya sesekali melihat Nafisah. "engga bun, Nafisa ngga capek kok bunda tunggu aja diruang tamu sama ayah ntar kalo udah siap masak Nafisah gabung " ucap Nafisah. "ya udah kalo gitu, kalo siap masak jangan lupa matiin kompornya" ucap bundanya. Nafisah hanya mengangguk sambil menatap bundanya yang berjalan keruang tamu.
Nafisah memang suka sekali memasak. Ia pun bergegas memasak kesukaan ayahnya.
Bersambung...
Masya Allah, mulia banget ya hati Nafisah...
Dia bisa mengerti kesulitan yang sedang ayahnya alami. Semoga semua anak bisa seperti Nafisah ya. Aamiin...Jangan lupa kasih bintang dan following aku ya, juga coment dibawah...
Terima kasih...
Assalamualaikum...
Salam hangat: Aisyah Alda
KAMU SEDANG MEMBACA
Nafisah
Teen FictionNafisah Humairah gadis periang yang seketika takdir merubah segala. Saat Ayahnya bangkrut dan kecelakaan hari itu merenggut nyawanya. Senyum pun pudar berubah menjadi kesedihan. Akankah Nafisah bisa tersenyum kembali? Dan menemukan cintanya?