Hari ini Nafisah diantar oleh ayahnya kesekolah. Sejak Diperjalanan sekolah Nafisah hanya terdiam. Ayahnya yang sedari tadi melihat Nafisah kurang bersemangat pun membuka pembicaraan.
"kamu kok nampaknya nggak semangat nak? Ada yang kamu pikirin ya?" ucap ayahnya sambil mengendarai motor dan sesekali melihat kearah sepion. "eh... Engga kok yah, cuman lagi kepikiran unbk nanti yah" ujar Nafisah. Sebenarnya Nafisah sedang memikirkan tentang ayahnya yang sedang kesulitan saat ini, namun ia tutupi.
"Jangan terlalu dipikirkan nak, bawa santay aja dan selau berdoa sama Allah supaya kamu dapet nilai bagus nantinya serta bisa masuk universitas yang kamu mau" kata ayahnya untuk menyemangati anaknya ini. "iya yah semoga Allah mengabulkan permintaan Nafisah. Doain Nafisah ya yah" ucap Nafisah sambil tersenyum. Sang ayah menatap senyuman anaknya dan ikut tersenyum. "pastilah ayah doain kamu" ucap ayahnya.
Setelah beberapa lama ia berbicara dengan ayahnya, Nafisah pun sampai disekolahnya. "ayah, Nafisah sekolah dulu ya. Ayah hati-hati dijalan ya yah, Assalamualaikum" ucap Nafisah kemudian mengecup punggung tangan ayahnya. "iya anak ayah, yang rajin ya belajarnya. Waalaikumsalam" kata ayah Nafisah sambil menatap kepergian anaknya.
Setelah masuk kekelas, Nafisah tak lupa mengucapkan salam lalu berjalan kemejanya. Ia termenung memikirkan masalah yang menimpa keluarganya saat ini. Sampai-sampai ia tak mendengar suara gadis yang memaggilnya "Naf... Nafisah" kata gadis itu yang agak meninggikan suaranya karena tak didengar oleh Nafisah. "Astagfirullah, eh kamu udah dateng An?" ucapnya yang terkejut mendengar suara Ana. Lalu Ana duduk disebelahnya dan berkata "kamu kenapa Naf? Ngomong dong keaku" kata Ana khawatir. "orang tua aku bangkrut An, semua ayam kami mati dan ngga menghasilkan telur. Emang sih kadang roda itu berputar. Kadang diaatas kadang dibawah. Tapi aku kasian sama ayah, ayah jadi banyak pikiran. Sampai-sampai ayahku menjual mobil kami dan gudang telurnya untuk membayar gaji karyawannya" ucap Nafisah dengan wajah murungnya.
"sabar ya Naf... Mungikn ini ujian dari Allah buat keluarga kamu"kata Ana sambil memeluk sahabatnya ini. Nafisah hanya mengangguk.
Bel pun berbunyi semua siswa mulai masuk kedalam kelas untuk memulai pelajaran.
***
Diperjalanan pulang,ayah Nafisah masih memikirkan tentang keluarganya. Dia tidak bisa memikirkan bagaimana kehidupan anak istrinya jika tidak ada dia, pasti mereka sangat sedih. Saat dipersimpangan jalan ayah Nafisah masih melamun itu, tidak melihat kalau diarah lain ada mobil yang melaju sangat kencang. Ayah Nafisah tidak bisa mengelak, dan mobil itupun menabrak motor ayah Nafisah. Ayah Nafisah kepalanya terkena trotoar dan meninggal ditempat. Mobil itu pun melarikan diri.Banyak orang mengerumuni mayat ayah Nafisah, kemudian seorang pria merogoh kantong baju korban kecelakaan, lalu mengambil ponsel ayah Nafisah. Dan menelpon ibu Nafisah. Ibu Nafisah pun mendatangi lokasi kejadian. Lalu membawa ayah Nafisah dengan ambulans. Namun, ayah Nafisah sudah tidak bisa ditolong.kemudian mayat ayah Nafisah dibawa pulang untuk segera dikebumikan setelah Nafisah pulang sekolah.
***
Saat jam pulang sekolah Nafisah menunggu ayahnya didepan gerbang sekolah. Setelah 30 menit Nafisah menunggu ayahnya yang tak kunjung datang, Nafisah memilih untuk memesan ojek online. Mengapa dari tadi pagi perasaannya tidak enak, cepet cepet Nafisah membuang fikiran buruk dan beristighfar.
Sesampainya Nafisah dirumah, Nafisah melihat bendera putih didepan pekarangan rumahnya dan banyak sekali orang datang kerumahnya. Nafisah kebingungan dalam hati ia bertanya-tanya siapa yang meninggal? Seorang wanita paruh baya menghampirinya dan berkata "yang sabar ya nduk, semoga Allah melapangkan kuburan ayahmu" ucap ibu itu. Apa maksudnya? Apa ayah meninggal? Nafisah berlari kedalam rumahnya dan mendapati tubuh yang terbujur kaku serta tak bernyawa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nafisah
Teen FictionNafisah Humairah gadis periang yang seketika takdir merubah segala. Saat Ayahnya bangkrut dan kecelakaan hari itu merenggut nyawanya. Senyum pun pudar berubah menjadi kesedihan. Akankah Nafisah bisa tersenyum kembali? Dan menemukan cintanya?