Assalamualaikum guys...
Selamat membaca:)Sejak 5 bulan terakhir, sifat Nafisah berubah drastis menjadi sangat pendiam. Entah mengapa hari-harinya sejak kepergian ayahnya menjadi hampa.
Semakin hari teman-temannya semakin menjauhinya, sebenarnya sifat dingin Nafisahlah yang membuat mereka menjauh.
Sampai suatu ketika Nafisah tidak sengaja mendengar percakapan Ana dengan teman-temannya yang lain.
Ia mendengarkan dari balik tembok pemisah toilet dengan kelas "ya gimana lagi, sebenarnya aku udah males duduk sama siNafisah... Tapi nanti kalo aku nggak duduk sama dia, dia nggak mau ngasih aku contekan lagi" Deg... Seketika diri Nafisah mematung.
Ternyata yang ia kira orang yang selama ini ia percayai bisa berbicara seperti itu dibelakangnya. Sungguh! Saat itu Nafisah sangat-sangat sakit hati dengan ucapan Ana. Ternyata selama ini Ana hanya memanfaatkan dirinya.
Nafisah pun melanjutkan langkah nya menuju toilet. Ana yang melihat Nafisah masuk ketoilet agak terkejut mendengar perkataan Nafisah " Kalo mau ngomongin orang itu liat-liat tempatnya. Jangan sampai orang yang kalian omongin denger..." Mereka yang mendengar perkataan Nafisah melongo termasuk juga Ana.
Setelah sekitar 2 menitan, Nafisah keluar dari toilet dengan wajah datar yang ia pasang sejak 5 bulan terakhir ini.
Setelah masuk kedalam kelas, Nafisah duduk disebelah Ana. Sebenarnya Nafisah sudah males duduk sama Ana sejak ia mendengar ucapan Ana beberapa menit lalu.
Mulut Nafisah sebenarnya sudah gatel mau ngomelin Ana, tapi ia tahan.
"N-Naf.... Emmm ka-kamu denger ya a-aku ngomong tadi?" ucap Ana ketakutan jika Nafisah marah.
Walaupun ia sudah benar-benar geram dengan Ana tapi masih tetap ia tahan. "Omongan yang mana" jawab Nafisah sambil tangannya merogoh tasnya untuk mengambil buku mata pelajaran selanjutnya.
"ya-yang di toilet ta-tadi" ucap Ana lagi sambil meremas roknya. "oh itu, sebenarnya aku kecewa banget sama kamu, aku pikir kamu bisa ngertiin aku selama ini, tapi ternyata kamu malah manfaatin aku. Makasih selama ini udah mau menjadi teman aku" ujar Nafisah dengan Wajah yang semakin dingin.
Ia tak mendengar ucapan Ana yang sedari tadi mengoceh disampingnya. Sampai beberapa menit kemudian, wali kelas Nafisah yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia pun masuk untuk mengajar.
Nafisah berjalan kedepan meja guru dan mulai mengecilkan suaranya agar teman-temannya tidak mendengar percakapannya dengan guru tersebut.
Kemudian ia berjalan menuju tempat duduknya dan mulai merapikan barang-barangnya.
"Andri tolong kamu ambilkan meja dan kursi satu dari gudang ya" ucap buk Aini lembut. Kemudian Andri pun mengangguk kemudian berjalan keluar kelas.
Setelah meja dan kursi untuk pelajar diambil dan ditaruh dipaling belakang. Nafisah pun berdiri hendak pindah kemeja paling belakang, tiba-tiba tangannya ditarik pelan oleh Ana.
"Naf... Maafin aku" dengan wajah yang sangat memelas. "kamu udah aku maafin kok" ucap Nafisah sambil melepaskan dengan lembut tangan Ana. Kemudian ia berjalan kemeja barunya.
***
Sesampainya dirumah, Nafisah membuka pintunya dan tak lupa mengucapkan salam.
Bunda sekarang sedang berada dibutik yang sejak 5 bulan terakhir ini cukup berkembang.
Nafisah dengan langkah gontai menaiki tangga yang menghubungkannya dengan kamar.
Nafisah pun berjalan ketempat tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya. Lelah sekali rasanya hari ini, dihidupkannya AC kemudian tertidur pulas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nafisah
Teen FictionNafisah Humairah gadis periang yang seketika takdir merubah segala. Saat Ayahnya bangkrut dan kecelakaan hari itu merenggut nyawanya. Senyum pun pudar berubah menjadi kesedihan. Akankah Nafisah bisa tersenyum kembali? Dan menemukan cintanya?