Never or Ever?

923 112 7
                                    

Taeyong baru saja membuka mata, dia penghuni rumah yang terakhir bangun tidur. Salahkan rintik hujan tidak ingin berhenti dan semakin merendahkan suhu udara pagi hari. Satu gelas air penuh ia teguk hingga tandas, dia kehausan karena lupa tidak mengisi ulang teko di kamarnya.

Ayah menyambut dengan senyumnya yang menua tapi tetap menawan. Lalu mengucap selamat pagi pada sang putra sulung, kemudian Taeyong baru menyadari bahwa menu sarapan kali ini membuatnya mual.

"Bubur gandum? " ayah mengangguki, "tapi aku tidak suka Ayah. "

"Taeyong makan ini, " Taehyung datang bersama sekotak sereal jagung dan segelas susu vanilla di masing-masing tangan. Meletakkannya di atas meja; di hadapan Taeyong, "makanan sehat pagi hari untukmu. "

Taeyong mendengkus, mood pagi harinya ikut mendung setelah melihat semangkuk makanan lembek dengan topping buah kiwi dan jeruk, bahkan sudah bertambah buruk ketika dua orang di depannya tidak memasakkan makanan lain. Dia tidak sedang ingin bercanda.

"Kenapa tidak membuatkanku sup atau setidaknya buatkan aku Ramyeon?"

"Waktunya belanja, tidak ada yang bisa dimasak. Dan makan mie untuk sarapan itu tidak baik, kau juga tahu itu Tae. "

Taehyung mengangguk setuju pada perkataan Ayah, senyuman lebarnya tidak pernah tertinggal. Taeyong sudah tidak heran melihat wajah itu tetap cerah di hari badai sekalipun.

"Ayah sedang buru-buru, baru saja ada kasus masuk di atas meja Ayah. Jadi pagi ini Ayah harus datang ke pengadilan melihat berkasnya. Karena bubur gandum lebih cepat dibuat, Taehyung dan Ayah memutuskan untuk membuatnya. Jangan salahkan adikmu, sebelumnya ia sudah mengingatkan Ayah, bahwa kau benci makanan ini. "

Ayah melepas celemeknya, kemudian memutar tubuh untuk duduk bersama kedua putranya di meja makan. "Dan kebetulan bahan makanan kita sedang habis, sudah jelas Lee Taeyong? " lanjutnya lalu memberikan sendok pada sulungnya.

Bersama sedikit nafsu makan yang tersisa, Taeyong memasukkan sereal bercampur susu ke dalam mulutnya. Kalau tidak sedang lapar, Taeyong tidak akan memakannya. Setelah ini dia akan menyuruh Jhonny memasakkannya banyak makanan di restoran.

Taehyung beranjak membereskan peralatan makan di atas meja, setelah mengantar Ayah ke depan untuk pergi. Lantas mencuci semuanya yang kotor di dalam kotak pencuci piring. Taeyong sudah tidak terlihat lagi di sana, mungkin sedang mandi.

Jadwal kegiatan hari ini sudah tersusun rapi, Taehyung sudah membentuknya dalam mind mapping semenarik mungkin agar dia tidak lupa untuk melakukannya nanti. Piring terakhir telah diletakkan di rak, sebelum meninggalkan dapur ia memastikan beres. Sebab rumah ditinggal dengan keadaan kosong.

Hal pertama yang akan dia lakukan adalah pergi ke kampus menghadiri kelas, lalu mengumpulkan daun lagi untuk karikaturnya yang setengah jadi.

Taeyong keluar dari kamarnya, berpenampilan lebih tampan dari sebelumnya. Menjinjing tas yang entah apa isinya, Taehyung tidak pernah tahu karena Taeyong tidak membiarkan ia tahu. Dia selalu berpenampilan simpel, tetapi sangat enak dipandang. Memakai kaos polos dengan celana jeans saja banyak yang meliriknya.

Meski Taehyung tidak pernah bisa menjadi seperti Taeyong, terkadang terbesit rasa iri dalam hatinya. Taehyung juga ingin menjadi pusat perhatian karena jenius, bukan menjadi pusat perhatian karena kelemahan yang dimiliki.

"Siap pergi sekarang? " Taehyung mengangguk tergesa, menanggapi Taeyong. Hampir saja dia melamun, "ayo pergi sekarang. "

╭∩╮

Jhonny kebingungan, restoran hari ini lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena akhir-akhir ini hujan sering turun, dia tentu senang melihatnya. Namun kebingungannya bukan karena ini, tetapi karena mobil pengangkut bahan mentah untuk besok sedang dalam masalah diperjalanan. Keterlambatan pasti terjadi, dan Taeyong tidak menyukai itu.

GlassesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang