Dalam ilmu kedokteran, kekurangan Taehyung disebut Tunagrahita ringan. Bahwa mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, tetapi mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.
Taehyung tidak bodoh, dia mengerti perkataan manusia, dia peka terhadap lingkungan. Hanya saja, dia mempunyai sedikit keterbatasan. Banyak orang berpikir jika, manusia sejenis Taehyung adalah seonggok makhluk yang gagal, dan bukanlah sosok yang patut di pedulikan.
"Melamun lagi." Taehyung membuka mulut di tengah keheningan, Taeyong sibuk memijat tangan kanan adiknya yang sedang kambuh. Kram menyakitkan kata Taehyung, padahal hari ini ia berniat kembali ke asrama. Cuaca sedang berkabut, kelembaban udara memang bertambah di musim gugur. Untung tidak mendung, pagi penuh kabut saja, "Taeyong, jangan marahi dirimu lagi." lanjutnya.
Taeyong berdecak, "sok tahu," lantas ia beranjak, memasangkan perban pada tangan sang adik, "jangan kembali dulu, tanganmu perlu diawasi. Setelah ini pergi ke rumah sakit, sudah kubilang jangan terlalu lama mengerjakan proyek." dan menepuk ringan hasil bebatannya.
"Ini dalam masa depan, aku juga bisa bekerja."
"Siapa bilang kau tidak bisa bekerja?" Taehyung diam, ia hanya mengerjapkan mata; menatap sang kakak, dia memang sedang ingin mengakhiri perkuliahan. Ia mulai lelah, tapi tidak bilang pada Ayah dan Taeyong, "kenapa? Ada apa? Mengapa tidak jawab? Kau dibully?" Taeyong kembali pada mode siaga.
"Aku memang sudah dibully, kenapa tanya." katanya santai seolah pembullyan hanyalah suatu hal biasa.
"Tanganmu sakit karena itu?"
Taehyung menggeleng, "bukan, kamu sudah tahu tadi sebabnya."
"Jangan banyak tingkah, hari ini kau kuliah siang?" Taehyung mengangguk, "istirahatlah sebentar, kemarin tidur di ruang rahasimu itu'kan?" dan mengangguk lagi, memang Taeyong tahu segalanya tanpa diberitahu. Dia hebat'kan? Setidaknya itu isi kepala Taehyung setiap Taeyong lebih tahu keadaannya.
Taeyong beranjak dari ranjang tidur sang adik, menyibak gorden lebih lebar kemudian membuka jendela. Sebenarnya tujuan utama ia ke kamar Taehyung adalah mengambil pakaian kotor kemudian membangunkannya. Dan yang ia temui malah wajah Taehyung menahan tangis, dengan tangan kiri memegangi tangannya yang lain. Sudah sepuluh tahun berlalu, tapi sakit itu kadang timbul. Bekas operasi.
"Angel Uncle, menjeputku nanti," Taeyong mengerutkan dahi, ia tahu siapa yang Taehyung maksud, namun mengapa ayah dari Seo Jhonny menjemput adiknya? "dia jadi dosen juga dikampusku, aku punya malaikat lagi selain kau dan Ayah."
Alasan Taehyung menyematkan julukan tersebut sebab, ayah dari Seo Jhonny itu yang mengantarnya sampai di rumah sepuluh tahun lalu. Ketika Taeyong ingin membuangnya di stasiun Gangwon.
"Kau mau makan bersama, atau kubawakan kemari?" Taeyong membuka topik baru.
"Bersama." Taehyung beranjak dari ranjang, mengekori Taeyong keluar dari kamar. Tidak perlu menuruni satu persatu anak tangga, sebab kamar Taehyung berada di lantai dasar. Hingga mereka sudah disambut hidangan sarapan menggugah selera di atas meja makan.
Ayah tersenyum melihat atensi kedua putranya, beliau masih berpakaian kasual. Mungkin masih ada waktu senggang sebelum bekerja, jadi pagi ini menyempatkan memasak untuk kedua putranya. Mengurusi kasus bukan prioritasnya, lagi pula bukan tugasnya ikut campur lebih dalam.
"Tanganmu sakit lagi?" ayah bertanya dengan suara khawatir, beliau mengerutkan dahi ciri khasnya saat dalam keadaan seperti ini.
Taehyung terkekeh, "tidak masalah, Taeyong yang sembuhkan."
![](https://img.wattpad.com/cover/118212275-288-k798398.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Glasses
FanfictionTaehyung tahu bahwa Taeyong tidak menyukai kehadirannya, akan tetapi Taeyong menyayangi dirinya seperti ayah dan ibu lakukan dulu. Selama ada Taeyong, Taehyung tidak takut apapun. Dokter Kim Seokjin juga mengatakan jika Taeyong akan selalu menyayang...