Aeih, setidaknya pencet bintang donk biar aku seneng.
╯﹏╰
____________"Ah, tuan muda.. "Taeyong mengangguk singkat saat maid wanita yang ayahnya pekerjakan menyapa. Sejak Taehyung pulang dari rumah sakit, ayah memutuskan untuk menyewa asisten rumah tangga.
Taeyong baru saja pulang dari tempat akademi dan akan berganti pakaian namun terhenti, saat netranya menangkap pengurus rumahnya sedang sibuk membereskan kamar Taehyung yang penuh lembaran kertas kusut bergelimpangan; tersebar di sekitar kamar.
Suasana kamar redup temaram sedikit banyak membuat Taeyong tidak nyaman. Pasalnya Taehyung sedang mengalami masa pemulihan, tapi sepertinya lampu sengaja diredupkan sebab Taehyung terlelap tenang.
"Kenapa banyak sekali kertas? " tanya Taeyong kemudian.
"Tuan muda Taehyung ingin menggambar katanya. Dia ingin saya bawakan banyak sekali kertas kosong, dia bilang sedang merindukan ibu. "
Taeyong mengambil selembar kertas yang tergeletak di ujung kakinya. Mengamati gambar hasil karya Taehyung, sekedar sketsa seorang wanita berambut panjang penuh coretan garis tidak rapi di sana sini. Sebab Taehyung menggunakan tangan kiri, dia sudah tidak heran lagi. Pihak rumah sakit sudah mengajarkannya sebelum kembali pulang. Ternyata Taehyung menerapkannya juga di rumah meski ayah sibuk bekerja lagi.
"Makan malam sudah Bibi siapkan di meja makan, tuan muda tinggal menikmatinya. "
Taeyong mengangguk, "Terima kasih Bibi, Bibi sudah ingin pulang? "
" Ya tuan, Bibi pamit sekarang. " katanya lantas memberi anggukan hormat pada Taeyong yang sebagai majikan. Lalu pergi saat Taeyong membalas.
Taeyong beranjak membenarkan selimut Taehyung hingga sebatas dada. Melakukan apa yang biasanya ayah lakukan, untuk pertama kali Taeyong memasuki kamar ini lebih lama.
"Ayah datang sudah tidak? " Taehyung terbangun ketika sosok Taeyong berada di depannya. Dia sudah sangat menunggu lama, sejak tadi siang Bibi mengatakan untuk menunggu Ayah atau Taeyong datang.
"Apa maksudmu? " Taeyong menggernyit tidak suka karena cukup terkejut dengan Taehyung yang terbangun.
"Ayah ada tidak Taeyong? " Taehyung berkedip, menanti jawaban dari kakaknya.
"Ayah yang mana? Ayahku atau Ayahmu? Kalau mencari Ayahmu, dia tidak pernah datang karena dia sudah mati. "
Jawaban Sarkas yang Taehyung tidak pernah mengerti, mengapa Taeyong mengatakannya. Dia paham apa maksud Taeyong, akan tetapi bukan itu yang Taehyung inginkan. Dia hanya ingin di temani ke rumah abu peristirahatan terakhir kedua orang tuanya. Meski sulit menyusun kaliamat, Taehyung sangat tahu apa yang Taeyong lakukan padanya.
"Tapi Ayah Lee, tidak mati. " lirih suara Taehyung menyangkal pernyataan Taeyong.
"Oh, mencari ayahku ternyata. " Taeyong mendengkus, "mau minta apalagi? "
Taehyung melirik takut pada Taeyong yang bersendekap, menukikkan alis tajam. Taehyung menelan ludah, meremas selimut yang meraup dua kakinya.
"Taeyong. Minta tolong, pergi bertemu ibu. "
"Tidak bisa aku sibuk, lagi pula siapa mau pergi kepemakaman malam-malam begini. Pergi saja sendiri, merepotkan. "
Taeyong beranjak keluar dengan debaman pintu yang membersamai. Dia tidak sedikit pun menyesal tentang apa yang dikatakannya pada Taehyung. Karena Taehyung membuat kehidupan sekolahnya menjadi suram. Bukan hanya Taehyung yang sakit karena dirisak, di sini Taeyong juga merasakannya lebih parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glasses
FanfictionTaehyung tahu bahwa Taeyong tidak menyukai kehadirannya, akan tetapi Taeyong menyayangi dirinya seperti ayah dan ibu lakukan dulu. Selama ada Taeyong, Taehyung tidak takut apapun. Dokter Kim Seokjin juga mengatakan jika Taeyong akan selalu menyayang...