3- Pendekatan

60 9 0
                                    

" Aku tak akan memberimu puisi, ataupun kata-kata indah untuk mengungkapkan rasa cinta. Karena aku tau kau tidak butuh itu. Kau hanya butuh kehangatan ku. Yang akan selalu menemani disetiap langkah kakimu..."

[ Love And Secret ]

• • •

Jantung Jeni masih berdetak tak karuan. Rasa terkejutnya masih merajalela sampai sekarang.

Dia bingung harus mengatakan apa kepada lelaki yang ada di hadapannya itu.

"L.. Lo kenapa ada dirumah gue?" tanya Jeni gelagapan.

Bukannya menjawab, Rafa malah berjalan mendekati Jeni dengan senyuman manis dari bibirnya.

Yang seharusnya senyuman itu terlihat manis, justru malah terlihat menyeramkan bagi Jeni.

"Lo mau ngapain?"

"Lo jangan macem-macem ya!" bentak gadis itu.

Jeni masih berusaha mundur sedikit demi sedikit, untuk menghindar dari tubuh Rafa yang sudah mulai berdekatan dengan tubuhnya.

Entah apa yang ada di pikiran Rafa. Dia ingin menggoda Jeni atau hanya ingin menjahili nya saja.

Apapun itu, yang pasti situasi hati Jeni sudah mulai tidak terkendali. Wajahnya memerah, matanya membulat, seiringan dengan tubuh Rafa yang sedikit lagi menempel dengan tubuhnya.

"Kyaaaa!!" Jeni berteriak dan berlari ngibrit keluar dari dapur. Tentu saja itu membuat Rafa tertawa terbahak-bahak.

Siapa sangka menjahili Jeni akan seasik ini.

"Jeni..  Ini baru awal. Besok, lusa, dan juga seterusnya ... Gue akan bikin lo selalu inget wajah gue. Dimana pun itu."

Bukan perkara mudah untuk mendekati Jenni. Apalagi ini adalah yang pertama kalinya untuk Rafa mengejar gadis yang ia sukai.

Karena sebelumnya Rafa selalu bersikap bodo amat dengan perasaannya. Mau dia jatuh cinta dengan siapapun dia pasti lebih memilih untuk memendam daripada harus mengutarakan.

Tapi kali ini berbeda. Ada sesuatu dalam diri Jenni, yang membuat Rafa ingin selalu ada didekatnya.

Mungkin memang terdengar aneh. Sebab sebelumnya dia belum pernah mengenal Jenni.

• • •

Kriing.. kriing..

"Bangun Jen, nanti lo kesiangan sekolahnya." Kevin masih berusaha membangunkan adiknya dengan penuh kesabaran.

"Bangun buruan! apa perlu gue panggil, Abang dulu baru lo mau bangun?!" tanya Kevin dengan dua tangan berdecak pinggang.

"Iyaiya! ini udah bangun"

"Bangun itu berdiri dari kasur, kalo cuma melek doang mah kodok juga bisa," kesal Kevin. Pasalnya Jenni mengatakan 'sudah bangun' hanya dengan mata terbuka, tetapi badannya masih berbaring di kasur dan tubuhnya masih dibalut selimut.

Jenni sudah mulai kesal dengan ocehan Kakanya. Ingin sekali Jenni membalas ocehan itu, tapi ia takut dengan Abangnya.

Jenni langsung saja berjalan malas ke kamar mandi. Kevin pun membuang napas lega, dan berlalu keluar dari kamar Jenni.

LOVE AND SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang