I Dreamed This Drama; Prolog

130 17 2
                                    

February at Kingdom Come.

Prologue 1. Choi Soobin and the nightmare

"Kak Soobin, ikutlah denganku!"

Yang merasa terpanggil menengok ke sumber suara, namun nyatanya, tidak ada siapa-siapa di sini, di tempat yang ia sendiri belum pernah kunjungi.

Namun, rasanya Soobin seperti sudah sangat akrab dengan suasana hutan tak berpenghuni itu; lembab, sejuk, tapi terlampau indah dengan ribuan kunang-kunang yang kini mengelilinginya, serta langit gelap yang menunjukkan pesona kelam nan menawan bersama para bintang yang menerangi tiap langkah pemuda bertubuh bongsor itu.

"Siapa di sana?"

Soobin terus berjalan ke dalam hutan, tanpa senter, ponsel, ataupun alat lain yang sekiranya dapat membantu saat ia mengalami hal yang tidak-tidak.

Mungkin karena suara hatinya yang terus merasa deja vu saat langkah Soobin tak kunjung berhenti, lelaki itu sama sekali tidak merasa takut dengan hutan gelap yang pengap ini.

"Bagus, kemarilah Kak!"

Lagi, suara anak kecil yang terdengar menggema di telinganya semakin membuat Soobin dilanda penasaran, siapa sih, orang yang memanggilnya ini?

"Keluar dong, aku gak bisa liat apa-apa di sana!"

"Kakak memang tak bisa melihatku, tapi Kakak pasti bisa lihat ini!"

Lalu sepersekian detik kemudian, Soobin merasa matanya ditutup, mulutnyapun dibungkam, Soobin panik, dia menendang-nendang udara, berteriak harap seseorang mendengarnya. Apa yang terjadi?

Tubuhnya seperti ditarik paksa ke dalam sebuah perasaan yang mengejutkan jantungnya akibat rasa teramat kuat menerjang secara bersamaan dengan tubuhnya yang ia rasa sedang terjatuh, terjun bebas entah menuju apa. Sakit.

Soobin panik, memekak minta tolong hingga tenggorokannya perih. Tak lama, semuanya terasa menyilaukan bagi pemuda yang memiliki tinggi 185cm itu, Soobin membuka matanya perlahan.

Ternyata dirinya masih berada di dalam hutan, Soobin melihat sesuatu yang tadinya hanya tampak samar, kini terpampang jelas dan nyata. Di hadapannya, Soobin melihat ia bersama dua teman dekatnya tengah membuat api unggun, mereka tertawa dan bernyanyi.

Seperti reka adegan, Soobin melihat mereka bermain petasan yang dibawa Beomgyu dalam suasana menyenangkan, tanpa sadar ia mengulum senyum melihat pancaran binar yang indah itu, ia terbawa suasana.

Lagi, dirinya tertarik dalam perasaan mendebarkan tadi, ia melihat kedua sobatnya berlari kencang usai menyadari bahwa hutan yang tadinya tempat menyenangkan berubah ganas dalam sekejap, api menjalar ke mana-mana.

Soobin mengamati kilasan itu, rasanya sangat nyata sampai dia menyadari bahwa Soobin di sana tidak terlihat dalam barisan.

Kebingungan otomatis menggiring Soobin, lalu ia menyadari sesuatu.

Sesuatu yang kini membuatnya terkejut setengah mati, dia berada di posisi yang sama dengan kedua kawannya, Soobin ikut berlari menyusul yang lain. Di depan sana, rel kereta tua tanpa aba-aba berfungsi kembali, firasat buruk Soobin tiba-tiba terbesit liar.

"YEONJUN, BERHENTI!!"

Namun yang diteriaki namanya tak menghiraukan, Yeonjun dan Beomgyu terus berlari sampai mereka tiba di perlintasan kereta.

Tadinya rel kereta terlihat sepi, Yeonjun perlahan menyebrangi rel itu, diikuti oleh yang lain termasuk ia yang berjalan terseok berusaha menggapai Beomgyu. Ia mengerutkan dahi, kenapa mereka seolah tak menyadari akan kehadiran Soobin?

Lantang suara operator memberitahukan bahwa kereta akan berhenti beberapa saat lagi, sinar lampu kereta yang bewarna hijau serta biru menyilaukan iris mereka, Yeonjun tidak melihat sisi kirinya lantaran pancar sinar menyulitkannya.

Dibalik kedua warna yang berbeda itu, kereta melaju keras hingga akhirnya menabrak mereka. Sesuai dugaan Soobin.

"AAA!"

Pemuda gigi kelinci itu terengah, mendapati ia kini berada di kamarnya dengan peluh membanjiri sekujur tubuhnya.

"Cuma mimpi?" celetuknya pelan.

Soobin seketika menghela napas lega melihat raganya yang masih utuh. Ia mengusap bulir-bulir keringat dingin di sekitar permukaan wajahnya.

"Seram sekali, gila."

Pemuda berusia 18 tahun itu tidak pernah menyangka, bahwa esok pagi, dunia indahnya akan berubah menjadi sebuah mimpi buruk, bahkan lebih buruk dari mimpinya barusan.

-cont

A/N:

Maafin bgt woi kurubah ceritanya, sumpah kemarin aku gak pernah kepikiran mau rubah Arcadia, tapi ya gitulah, karna aku ngerasa Arcadia ini makin absurd, ga sesuai bayangan, dan malah menuhin draft, jadinya aku kepikiran nulis tentang teori terbarunya tubatu, khususnya Soobin :")

Dan bahasanya agak baku ya, latarnya juga masih di korea, alurnya pun pure tentang persahabatan dan petualangann, aku ga akan naruh sedikitpun romansa di sini, hehe karna aku ga jago bikin cerita cinta-cintaan, noob bgt huahaha

InvisibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang